Piala Liga Inggris: Tottenham 1-2 Arsenal
Duel Ketat di Lini Tengah
Dua gol Mathieu Flamini membawa Arsenal menang 2-1 atas Tottenham Hotspur, Kamis (24/9) dini hari WIB. Dalam pertandingan yang dihelat di Stadion White Hart Lane tersebut kedua tim silih berganti melancarkan serangan.
Piala Liga memang menjadi prioritas kesekian bagi kesebelasan-kesebelasan besar di Premier League. Akan tetapi tidak ada yang mau kalah dalam Derby London Utara. Baik Tottenham maupun Arsenal menurunkan komposisi pemain yang tak begitu drastis bedanya dengan yang biasa diturunkan di liga.
Manajer Arsenal, Arsene Wenger, menduetkan Flamini dengan Mikel Arteta sebagai poros ganda. Sementara itu, Spurs menduetkan Eric Dier dengan Tom Carroll.
Lini tengah kedua kesebelasan bermain rapat dan padu. Pertempuran di lini tengah berlangsung alot sehingga kedua kesebelasan mengalihkan serangan lewat kedua sisi.
Tottenham lebih banyak mengepung Arsenal terutama pada babak kedua dengan penguasaan bola 55% berbanding 45%. Arsenal mencoba menahan agresifitas permainan Tottenham dengan bermain lebih defensif sembari menunggu Tottenham melakukan kesalahan.
Keluarnya Andros Townsend dan Nacer Chadli menjadi awal perubahan skema permainan Tottenham yang dimaksimalkan The Gunners.
Menyerang Lewat Sisi
Kedua kesebelasan mengandalkan serangan lewat kedua sisi. Rapatnya lini tengah membuat Arsenal memaksimalkan kecepatan Joel Campbell dan Alex Oxlade-Chamberlain. Pun dengan Spurs yang mengandalkan Chadli di kiri dan Townsend di kanan.
Perbedaan yang terlihat adalah saat menyerang Tottenham dibantu oleh dua fullback yang melakukan overlap. Di sisi lain, peran Mathieu Debuchy dan Kierran Gibbs lebih terfokus pada lini pertahanan.
[Arah serangan. Kiri: Tottenham; Kanan: Arsenal]
Peran Danny Rose yang mengawal sisi kiri pertahanan Tottenham begitu terasa saat membantu serangan. Dari 13 tendangan yang dilepaskan The Lilywhites, tiga di antaranya berasal dari Rose.
Saat bertahan, Rose pun begitu agresif dan efektif. Rose mampu mematikan pergerakan Campbell dengan total melakukan tujuh tekel, dua potongan (intercept), dan dua sapuan (clearences).
The Gunners meski mengandalkan 46% serangan lewat sisi kanan, tapi pergerakan Chamberlain di sisi kiri yang lebih menonjol. Dua gol Arsenal pun sebenarnya berasal dari pergerakan di sisi kiri penyerangan.
Kokohnya Lini Tengah Spurs
[Heatmap kedua kesebelasan. Sumber: whoscored]
Arsenal kesulitan membangun serangan dari lini tengah. Dier dan Carroll bermain rapat dan tak memberi ruang yang terlampau lebar dengan lini pertahanan. Ini membuat Aaron Ramsey kesulitan memberi umpan menerobos lini tengah.
Dalam pertandingan dini hari tersebut, Ramsey melepaskan empat umpan kunci (key passes) dan melepaskan satu tendangan. Kurangnya suplai dari lini tengah membuat Olivier Giroud mesti menjemput bola hingga area tengah lapangan.
Peran Flamini dan Arteta pun tak terlampau kentara saat menyerang. Keduanya fokus untuk menghentikan kecepatan Christian Eriksen yang menjadi motor serangan Spurs.
Sepanjang 90 menit pertandingan, Flamini dan Arteta sama sekali tak memberikan umpan kunci maupun dribbling yang melewati lawan. Arteta bertugas mengalirkan bola dari lini tengah, sedangkan Flamini berfungsi sebagai penghalau serangan Spurs.
Saat bertahan, Flamini melakukan dua tekel, empat potongan, dan satu sapuan. Sementara itu, Arteta melakukan satu tekel dan tiga potongan. Arteta menjadi pengumpan terbanyak Arsenal dengan 45 umpan di bawah David Ospina dengan 48 umpan.
Dier dan Carroll melakukan pendekatan yang hampir mirip dengan yang dilakukan Arteta-Flamini. Dier bertugas memotong serangan lawan sedangkan Carroll menyuplai umpan. Carroll melepaskan 63 umpan atau yang terbanyak dalam pertandingan semalam, sementara Dier melakukan lima tekel, dua potongan, dan satu sapuan.
Karena dua fullback Tottenham, Rose dan Trippier aktif membantu serangan, Dier dan Carroll pun lebih fokus menjaga area tengah. Ini yang membuat Arsenal lebih sulit menembus area tengah Spurs. Bola pun diarahkan ke Campbell dan Chamberlain.
[Peluang Arsenal pada menit ke-12]
Skema seperti ini terbilang efektif. Dengan mengandalkan serangan balik, fullback Tottenham kerap terlambat saat bertahan. Beberapa kali Arsenal bisa memanfaatkan area kosong tersebut dan menjadikannya peluang. Beruntung penampilan maksimal Michel Vorm mampu menghalau Arsenal mencetak gol lebih banyak.
Gambar di atas memperlihatkan peluang Arsenal pada menit ke-12. Giroud bergerak ke sisi kanan pertahanan Spurs mendapat umpan terobosan dari Ramsey. Giroud memanfaatkan celah antara Federico Fazio dan Trippier untuk menusuk dan memberi umpan pada Campbell.
Tembusnya lini pertahanan Arsenal terjadi karena Trippier dan Townsend fokus pada pergerakan Chamberlain sehingga Giroud bisa bebas mendapatkan ruang.
Berawal dari Kesalahan
[Grafis gol pertama Arsenal]
Dua gol Arsenal bermula dari kesalahan antisipasi lini pertahanan Spurs. Gol pertama terjadi karena kegagalan Dier menahan laju Chamberlain. Kegagalan tersebut membuat ruang antara dua bek Spurs, Fazio dan Kevin Wimmer, terbuka lebar. Ruang tersebut dimanfaatkan Chamberlain untuk melepaskan tendangan yang bisa ditepis Vorm.
Fazio dan Wimmer tidak memerhatikan pergerakan Flamini yang memang tengah berlari menyongsong bola muntah. Flamini pun mencetak gol tanpa pengawalan. Dalam kondisi semacam itu, tanggung jawab sebenarnya ada di tangan Dier dan Fazio yang semestinya bisa menghentikan Chamberlain. Kegagalan tersebut membuat Chamberlain berhasil melepaskan tendangan yang diselesaikan Flamini.
Gol kedua Arsenal pun bermula dari kesalahan antisipasi umpan Alexis Sanchez. Umpan yang diarahkan pada Giroud, disapu Fazio yang membuat arah bola beralih ke sisi kiri pertahanan Spurs.
Sial buat Spurs karena di sisi tersebut tak ada pemain yang berjaga. Flamini yang berlari dari lini tengah pun tak kesulitan menendang lewat tendangan voli keras yang mengarah ke kiri gawang Vorm.
Gol yang didapat Arsenal sebenarnya bukan merupakan proses yang sulit untuk diantisipasi bek lawan. Namun, kurang jelinya duet Fazio-Wimmer membuat gol Arsenal tersebut bisa terjadi.
Komentator pertandingan pun mengkritik kinerja Fazio yang sering melakukan kesalahan antisipasi. Duetnya dengan Wimmer seperti tak menghadirkan harmoni.
Kesimpulan
Arsenal dan Spurs sama-sama mengandalkan kedua sisi untuk melakukan penyerangan. Arsenal memanfaatkan kedua sisi Spurs yang kerap terlambat turun saat membantu penyerangan, sementara Spurs memanfaatkan kecepatan kedua sayap serta pergerakan Harry Kane yang juga bergerak ke sayap.
Lini tengah Spurs terlampau kokoh untuk ditembus Arsenal. Bola-bola yang diarahkan ke kedua sisi tak kunjung memberikan hasil maksimal. Memasuki babak kedua, Arsenal mencoba memanfaatkan serangan balik untuk merespons serangan Spurs.
Dimasukkannya Sanchez memberi suntikan kreativitas serangan Arsenal. Meski menggantikan Campbell yang beroperasi di kanan, Sanchez seringkali bergerak ke tengah, bahkan hingga ke sisi kiri serangan Arsenal. Sama seperti Chamberlain, Sanchez menjadi pemain favorit untuk dihentikan.
Arsenal bukannya tanpa kelemahan. Sisi kanan yang dihuni Debuchy kerap kecolongan. Ini yang membuat Eriksen dan Kane kerap bergerak ke sisi yang dihuni Debuchy.
“Gol” yang dicetak Kane meski dianulir karena offside adalah hasil tembusnya sisi yang diisi Debuchy. Pun dengan gol bunuh diri Chambers, yang bermula dari kegagalan Debuchy menghalau umpan silang. Bola diterima Chadli yang melewati Debuchy untuk mengirimkan umpan ke area tengah kotak penalti. Nahas karena bola tersebut disambar Chambers yang masuk ke gawang sendiri.
Pertandingan memang berlangsung ketat, kedua tim masing-masing punya keunggulan dan kelemahan. Spurs mampu menekan Arsenal, sedangkan The Gunners punya kecepatan dalam membangun serangan balik. Ini membuat kedua kesebelasan sulit mengembangkan permainan terbuka karena Spurs rentan kebobolan jika menyerang habis-habisan, sedangkan Arsenal memang mengandalkan kecepatan.
Kemenangan atas Spurs akan kembali meningkatkan moral Arsenal yang sebelumnya kalah oleh Dinamo Zagreb dan Chelsea. Penting bagi Arsenal untuk meningkatkan kinerja dua fullback agar lebih aktif menyerang karena kelemahan utama Arsenal adalah soal kreatifitas saat membangun serangan.








