Liga Italia: Lazio 1-3 Milan
Perang di Lini Tengah dan Sayap yang Mampu Dimenangi AC Milan
Lazio gagal mempertahankan rekor sembilan laga tidak pernah kalah di kandang sendiri setelah pada dini hari tadi, Senin (2/11), mereka takluk 1-3 di tangan Milan. Andrea Bertolacci membawa keunggulan kesebelasan tamu pada menit ke-25 yang disusul Philippe Mexes pada menit ke-53 dan Carlos Bacca pada menit ke-79. Sementara itu, Lazio baru bisa memperkecil ketertinggalan pada menit ke-84 melalui gol Ricardo Kishna.
Absennya Stefan de Vrij, bek tengah, dan Marco Parolo, gelandang, sangat mengurangi kekuatan klub berjuluk Le Aquile, Si Elang, tersebut. Posisi de Vrij digantikan Santiago Gentiletti untuk menemani Mauricio di jantung pertahanan Lazio. Begitu juga Senad Lulic dimainkan sebagai full-back kiri dalam kondisi kurang fit, sehingga areanya sering menjadi sasaran serangan Milan.
Sementara Milan juga tidak bisa diperkuat Jeremy Menez, penyerang sayap, dan Mario Balotelli, penyerang tengah. Akan tetapi kekosongan Menez bisa dilakoni dengan baik oleh Alessio Cerci.
Sumber: FourFourTwo.
Full-Back Lazio yang Membiarkan Milan Menguasai Sektor Sayap
Lazio yang bermain dengan garis pertahanan tinggi tidak diimbangi dengan kedisiplinan kedua full-back mereka yakni Dusan Basta di kanan dan Lulic sebelah kiri. Keduanya sering terlambat turun membantu pertahanan ketika menghadapi serangan balik dari Milan. Tertuma bagi Lulic kerap terlalu jauh kembali turun mengejar Cerci.
Terlambatnya Lulic mengantisipasi kecepatan Cerci sering memaksa Gentiletti bergerak ke arah kiri untuk menghadangnya. Sementara pergeseran tersebut membuat lubang di antara dua bek tengah Le Aquile semakin lebar.
Dari area kanan inilah Milan menggempur Lazio lewati Cerci. Dirinya berhasil melepaskan tiga kesempatan menendang ke arah gawang dan melancarkan tiga umpan silang. Bahkan Cerci berhasil melakukan dribel sukses dengan mengecoh Gentiletti di dalam kotak penalti.
Serangan AC Milan lebih sering melalui sisi kanan. Sumber: Who Scored.
Bahkan kelalaian Lulic menjaga daerahnya hampir membuat gawang kesebelasannya kebobolan pada menit ke-36. Akselerasi Cerci dari sisi kiri pertahanan Lazio berakhir dengan tendangan yang membentur mistar gawang.
Selain itu memang jarak antara bek tengah Lazio dengan full-back cukup jauh. Sehingga distribusi bola menuju sayap kerap mampu dibaca kubu Rossoneri, julukan Milan. Dua gol yang dicetak Bertolacci dan Bacca memiliki keterkaitan atas keterlambatan full-back turun bertahan dan jarak antara mereka dengan bek tengah cukup lebar.
Gol pertama terjadi karena Lulic gagal menutup ruang umpan silang yang dilancarkan Cerci dan dua bek tengah Lazio tidak menyadari kekosongan jarak mereka bisa disambar Bertolacci. Saat itu juga terjadi kelalaian Ogenyi Onazi yang membiarkan Bertolacci tidak terkawal.
Sebetulnya di sisi kanan pertahanan Lazio lebih baik ketimbang seberangnya. Basta cenderung lebih tepat turun membantu pertahanan ketika menghadapi serangan balik Milan. Akan tetapi, Giacomo Bonaventura sebagai lawannya saat itu tampil dengan bagus saat laga tersebut.
Sisi kanan pertahanan Lazio memang lebih diminimalisasi untuk ditembus Rossoneri sehingga sering terjadi pertempuran antara Basta dan Bonaventura. Namun penyerang sayap kiri Milan itu mampu lebih unggul.
Dari segi individual Bonaventura sempat berhasil melakukan dribel sukses dengan melewati Basta sebanyak dua kali. Dirinya juga melepaskan satu umpan kunci melalui umpan silang yang dilepaskan dari sisi kiri. Selain berada lurus di kiri, hal yang membuat Bonaventura mampu merepotkan Basta itu karena permainannya di sepertiga akhir lawan kerap bergerak menuju tengah.
Di lini tengah tersebut sering adanya kekosongan jarak antara kedua bek Lazio dan Onazi pun tidak unggul ketika balik mengantispasi pergerakan Bonaventura dari kiri ke tengah. Sementara itu pos yang ditinggalkan Bonaventura di sisi kiri sering diisi Luca Antonelli yang juga naik ke area depan.
Pergerakan Antonelli ke depan ini menjadi salah satu yang diwaspadai Basta jika terpancing mengikuti Bonaventura. Di sisi kiri Milan juga sinergi lebih terbangun dari Bonaventura dan Antonelli kendati peluang di kotak penalti lawan lebih sering dihasilkan Milan melalui sisi kanan karena kekosongan yang ditinggalkan Lulic. Sedangkan dari sisi kiri lebih mengandalkan tendangan dari luar kotak penalti karena Basta cenderung lebih tepat turun ke bawah ketimbang Lulic dan peran Mauricio jarang terpancing ke sisi kiri sepeninggal Gentilentti.
Milan Lebih Efektif Membangun Serangan Dari Tengah
Pada awalanya pertahanan garis tinggi Le Aquile cukup efektif untuk menguasai bola di lini tengah. Tapi akibat sering adanya kesalahan-kesalahan individu dari mereka sering menjadi bumerang bagi lini tengah dan pertahanan skuat besutan Stefano Pioli tersebut.
Kesalahan individu menjadi salah satu penyebab penguasaan bola Lucas Biglia dkk di lini tengah menjadi kacau. Penempatan posisi mereka sering tidak tepat misalnya Sergej Milinkovic-Savic ketika membuka ruang jarang mendapatkan posisi yang bagus untuk mendapatkan operan sehingga aliran bola kepadanya sering mudah diantisipasi.
Begitu juga dengan Ogenyi Onazi sering membiarkan pemain lawan tidak terkawal. Hal tersebut tidak lepas dari gangguan Bonaventura dari sisi kiri karena sering memenangi duel melawan Basta. Sehingga penutupan area kepada Bertolacci juga jarang dilakukannya.
Sementara itu penguasaan bola di lini tengah Lazio tidak lepas dari gangguan Milan melacarkan pressing agresif Milan. Onazi juga mesti dua kali kehilangan bola akibat direbut Bertolacci. Dari sini para gelandang Milan memanfaatkannya dengan mengandalkan umpan lambung dari tengah menuju dua sisi sayap pertahanan lawan lebih terbuka karena kekosongan dan jarak jauh sepeninggal full-back Lazio.
Milan tidak pernah berlama-lama menguasai bola di area tengah. Ricardo Montolivo dkk lebih cepat mengalirkan si kulit bundar menuju lini depan dengan menggunakan umpan lambung yang cukup efektif. Sementara berbeda dengan Le Aquile yang mendapatkan bola hasil dari pressing ketat lebih memilih memutar-mutar bola terlebih dahulu.
Grafis umpan panjang AC Milan dari tengah. Sumber: Squawka
Milinkovic tidak terlalu bagus mencari posisi. Sementara Miroslav Klose, penyerang, dan Antonio Candreva, gelandang serang sayap kanan, mendapat kawalan ketat dari bek Milan. Hal tersebut menyulitkan Lazio untuk segera menemukan celah di sepertiga akhir lawan dan terlebih juga terlalu berkegantungan kepada Candreva soal serangan.
Candreva memang berhasil melepaskan tujuh kali umpan silang, namun tidak ada satu pun yang berhasil karena rekan-rekannya pun jarang berada di posisi yang baik menerima bola karena penumpukan pemain di lini tengah.
Milan Berhasil Mengatasi Serangan Kedua Sayap Lazio
Lazio memanfaatkan serangan melalui kedua sayap mereka terutama kepada Candreva. Tapi sayangnya Candreva tidak pernah lepas dari penjagaan Antonelli dan Bertolacci secara bergantian. Begitu juga dengan Feliper Anderson, gelandang serang sayap kiri, kesulitan mengatasi penjagaan terkordinir antara Juraj Kucka dan Mattia De Sciglio.
Tentunya serangan Lazio amat membutuhkan dua pemain tersebut karena mengandalkan umpan-umpan silang dari sisi lapangan agar mampu dikonversi Klose menjadi gol. Sayangnya dua full-back Milan lebih tenang menghadapinya daripada yang dimiliki Le Aquile. Baik Antonelli dan De Scigilio naik membantu serangan hanya ketika area sisinya mengalami kekosongan akibat penyerang sayap yang bergerak ke tengah area sepertiga lawan.
Selain itu area full-back yang ditinggalkan Antonelli atau De Sciglio sering dibantu penjagaan dari Bertolacci di sisi kiri dan Juraj Kucka di sebelah kanan. Namun penjagaan mereka cuma berada di sisi tengah saja karena mundur sampai ke belakang hanya sesekali jika Lazio berhasil mengalirkan bola menuju kedua sayap mereka.
Tentu saja dengan hal tersebut membuat Montolivo lebih tenang untuk menjaga areanya atau mulai membangun serangan dari tengah. Tugas Montolivo pun dipermudah dengan pergerakan Milinkovic yang tidak menemukan ruang bebasnya, mengingat terkadang Alessio Romagnoli juga ikut memberikan kawalan sampai keluar kotak penalti. Pergerakan Milinkovic untuk bergeser ke sisi kanan pertahanan Milan pun mendapat jegalan dari Kucka.
Otomatis Klose yang sendirian di depan tidak mendapatkan suplai bola. Bahkan penyerang asal Jerman ini tidak melepaskan satu kesempatan menendang bola ke arah gawang sekalipun. Dirinya pun menjadi pemain starting eleven paling rendah menyentuh bola yakni sebanyak 31 kali menyusul Candreva dengan 33 kali akibat aliran bola kepadanya sering digagalkan.
Aksi bertahan Rossoneri yang cukup agresif melakukan pelanggaran kepada Lazio dua kali di sepertiga akhir pertahanan sendiri. Akan tetapi sayang dua eksekusi tendangan bebas Le Aquile gagal dimanfaatkan untuk dikonversi menjadi gol. Berbeda dengan skuat besutan Sinisa Mihajlovic tersebut mampu memanfaatkan tendangan bebas menjadi gol sundulan oleh Mexes pada menit ke-52.
Sementara Lazio baru bisa memperkecil ketertinggalan melalui gol Ricardo Kishna pada menti ke-84 setelah De Sciglio gagal menutupi pergerakannya akibat terpancing bertahan ke tengah. Masuknya Alessandro Matri menggantikan Milinkovic membuat aliran bola dari antara celah masing-masing koordinasi full-back dengan bek tengah mengecoh lini pertahanan Milan.
Kesimpulan
Lazio yang juga mahir dalam mencuri bola kepada lawang menjadi sulit dikembangkan karena sering mereka acapkali salah posisi. Akibat aliran bola ke sayap yang menjadi sulit itulah para pemain Le Aquile nampak bertumpuk di lini tengah yang mampu diatasi pressing Milan.
Montolivo dkk. yang berhasil mencuri bola mampu memanfaatkan dengan serangan langsung melalui umpan jauh kepada dua serangan sayapnya. Mengingat dua full-back Lazio sering gagal menjaga area masing-masingnya dengan baik dan sanggup berkali-kali dimanfaatkan sebagai lumbung serangan Milan.
====
*dianalisis oleh @panditfootball, profil lihat di sini.








