Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Champions: Madrid 1-0 PSG

    Madrid Kuat Bertahan, PSG Gagal Menang

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Reuters/Benoit Tessier Reuters/Benoit Tessier
    Jakarta -

    Gol tunggal Jose Ignacio Fernandez Iglesias alias Nacho pada menit ke-35 mengunci kemenangan Real Madrid 1-0 atas Paris Saint-Germain (PSG) pada lanjutan babak grup Liga Champions, Rabu (4/11) dini hari WIB. Kemenangan tersebut mengantarkan El Real ke puncak klasemen Grup A dengan 10 poin, meninggalkan PSG di peringkat kedua dengan tujuh poin, dan memastikan mereka melangkah ke babak berikutnya.

    Menurut sejumlah pengamat, pertandingan yang dihelat di Stadion Santiago Bernabeu tersebut seperti hanya menentukan siapa juara grup dan runner up, karena dua pesaing lain, Shakhtar Donetsk dan Malmo belum mampu menyaingi Madrid dan Paris.

    Walau menang, suporter Madrid seolah tak puas dengan penampilan Cristiano Ronaldo dan kolega. Bagaimana tidak? Mereka ditekan sepanjang pertandingan dan tidak bermain terlalu baik. Gol Nacho pun lebih kepada keberuntungan dan kesalahan antisipasi kiper PSG, Kevin Trapp.

    Susunan Pemain



    Manajer Real Madrid, Rafael Benitez, menurunkan komposisi pemain yang hampir mirip saat mereka bersua PSG di Stadion Parc des Princes. Benitez menempatkan Cristiano Ronaldo sebagai ujung tombak didampingi Jese dan Isco di kedua sisi dalam formasi 4-3-3. Di lini tengah, Benitez mengganti Lucas Vazquez dengan Luka Modric untuk melengkapi duo gelandang Toni Kroos dan Casemiro.

    Di kubu PSG, pelatih Laurent Blanc pun menerapkan komposisi pemain yang hampir sama. Bedanya, ia menurunkan David Luiz menggantikan Marquinhos yang cedera untuk berduet bersama Thiago Silva di pos bek tengah.

    Madrid Gagal Tekan PSG



    [Umpan PSG. Kiri: Babak pertama; Kanan: Babak Kedua. Sumber: FourFourTwo Statszone]

    Kedua kesebelasan bermain menekan saat tidak memegang bola. Namun pengelolaan posisi pemain yang baik membuat PSG mampu melepaskan diri dari tekanan para pemain Madrid. PSG justru mampu memanfaatkan tiga penyerang Madrid, yang turut menekan hingga area sepertiga akhir, untuk menguasai lini tengah.

    Para pemain Madrid pun seringkali gagal untuk meng-intercept umpan-umpan para pemain PSG. Dalam pertandingan semalam, El Real cuma lima kali melakukan intercept berbanding 18 yang dilakukan PSG. Jumlah ini menurun drastis ketimbang saat bertanding di Paris dua pekan lalu, di mana Madrid melakukan 20 intercept.

    Kegagalan intercept ini dikarenakan terlalu lebarnya jarak antarlini yang dimanfaatkan PSG untuk menerima bola. Lini pertahanan bermain begitu dalam yang berjarak dengan lini tengah. Pun antara lini tengah dan lini depan yang juga berjarak karena lini depan mesti menekan hingga area pertahanan lawan.

    Hal ini yang membuat PSG begitu leluasa mengirimkan 640 umpan sukses sepanjang pertandingan berbanding 396 umpan sukses yang dilakukan Madrid. Dari 12 umpan kombinasi terbanyak, semuanya dilakukan oleh para pemain PSG. Total, presentase umpan sukses PSG mencapai 92 persen, berbanding Real Madrid dengan 85 persen.

    Dari grafis umpan di atas terlihat pada babak pertama tekanan Madrid memaksa para pemain PSG memberi back pass pada Trapp. Pada babak kedua, tekanan berkurang sehingga back pass menjadi semakin jarang.



    [Situasi pada akhir menit keempat]

    Dari grafis di atas, terlihat tekanan yang dilakukan penyerang Madrid tidak begitu efektif. Para pemain PSG masih memiliki banyak opsi untuk memberi operan. Bahkan pada gambar sebelah kanan, terlihat Matuidi dan Di Maria yang berdiri bebas di belakang Modric dan Isco. Selanjutnya momen pada gambar di sebelah kanan berbuah peluang bagi PSG di mana Matuidi berhasil menerima bola yang berakhir pada Di Maria di dalam kotak penalti.

    Bek Madrid Disiplin



    [Grafis aksi pertahanan Real Madrid. Sumber: FourFourTwo Statszone]

    Empat bek Madrid, Marcelo, Sergio Ramos, Raphael Varane, dan Danilo bermain dalam garis pertahanan rendah. Keempatnya bermain begitu rapat demi menghalau serangan PSG.

    PSG sadar kalau Real Madrid tidak begitu kokoh dalam duel udara. Pada pertandingan pertama di Paris, PSG menang 15 kali duel udara, sedangkan Madrid cuma empat kali. Ini yang membuat PSG terus memanfaatkan umpan silang dan umpan lambung ke dalam kotak penalti.

    Skema tersebut membuat bek Madrid menjadi lebih sibuk untuk menghalau bola udara. Semalam, mereka menang sembilan kali duel bola udara.



    [Grafis umpan yang diterima Zlatan Ibrahimovic. Sumber: statszone]

    Meski berakibat pada terciptanya ruang antara lini pertahanan dan lini tengah, cara bertahan Madrid membuat Zlatan Ibrahimovic kesulitan menembus kotak penalti. Zlatan pun mesti turun untuk menjemput bola. Karena tak bisa menerobos benteng pertahanan lawan, ia pun mengirimkannya ke kedua sisi lapangan.

    Saat bertahan, Madrid tak mau ambil resiko saat bola sudah memasuki kotak penalti. Di Paris, Madrid melakukan 26 kali sapuan (clearences), sedangkan di Madrid mereka melakukan 20 kali sapuan. Sebanyak 17 sapuan di antaranya dilakukan di dalam kotak penalti.

    Cara PSG Bertahan



    Real Madrid kesulitan menciptakan peluang karena rapatnya pertahanan PSG. Meski El Real bermain bertahan dan menyisakan tiga pemain untuk serangan balik, tapi para pemain PSG memiliki transisi menyerang dan bertahan yang begitu cepat.

    Di Paris, Madrid terlihat begitu agresif dengan membuat 18 attempts, sementara tuan rumah cuma 11 attempts. Namun, bermain di kandang sendiri, justru PSG yang memiliki jumlah attempts lebih banyak dengan 15 kali berbanding Madrid dengan 13 kali.

    Saat bertahan, PSG hanya menyisakan Zlatan Ibrahimovic di lini serang. Empat bek mereka, Aurier, Silva, Luiz, dan Maxwell, berdiri rapat di area kotak penalti. Kedua sisi dijaga oleh Cavani dan Di Maria yang turun jauh ke belakang. Di tengah, Thiago Motta, menjadi penetralisir pertama serangan Madrid yang berasal dari tengah.

    Dari grafis di atas pada gambar sebelah kiri, terlihat saat Real Madrid mulai melakukan serangan. Dua gelandang PSG, Verratti dan Motta terlihat terlambat menutup pergerakan Isco dan Ronaldo, meski sudah dibayangi Luiz dan Silva. Namun, Matuidi, Maxwell, dan Cavani, melakukan pressing dengan menutup arah umpan Modric menuju lini tengah. Ini yang membuat Modric mengembalikan bola kepada Varane di lini belakang.

    Gambar sebelah kanan adalah saat Modric mengirim balik bola pada Varane yang mengumpan pada Ramos. Terlihat PSG sudah siap untuk bertahan dan menutup arah umpan para pemain Madrid. Zlatan menjaga Casmeiro, Motta menjaga Kross, Cavani menjaga Danilo, Di Maria siap menahan pergerakan Marcelo. Motta, Matuidi, dan Verratti bertugas mengejar bola yang posisinya paling dekat dengannya.



    Ini yang membuat Madrid berputar-putar mengalirkan bola untuk mencari celah menembus pertahanan PSG. Trio gelandang PSG pun tidak terburu-buru untuk mengejar bola, melainkan menjaga ruang antara lini pertahanan dan lini tengah tidak terlampau lebar.
     
    Seperti pada grafis di atas di mana Verratti tidak buru-buru menekan Casemiro, melainkan menjaga agar ruang yang diperoleh Ronaldo tidak terlampau lebar. Benar saja, karena Casemiro mengirimkan bola pada Ronaldo, yang berhasil diganggu oleh Verratti.

    Kesimpulan

    Pada babak kedua, PSG begitu mengandalkan sisi kiri yang dihuni Edinson Cavani. Angel Di Maria sendiri tidak melulu menyisir sayap kanan, melainkan beroperasi di belakang Zlatan. Pos sayap kanan justru lebih sering dihuni Aurier yang semalam menjadi pengumpan silang terbanyak dengan sembilan kali.

    Berdasarkan Whoscored, sebanyak 50% serangan PSG dilakukan dari sebelah kiri. Meskipun demikian Cavani lebih sering menerangsek ke tengah dan menyerahkan tugas mengirimkan umpan silang kepada Maxwell dengan lima kali umpan silang.

    PSG melakukan satu kesalahan fatal saat mengantisipasi Nacho yang bergerak di sisi kiri serangan Madrid. Masuk menggantikan Marcelo pada menit ke-33, Nacho justru mencetak gol pengunci kemenangan Real Madrid dua menit setelahnya.

    Gol tersebut tidak bisa dibilang sebagai hasil dari skema permainan yang diterapkan Benitez, karena bola tendangan Kroos memantul mengenai paha Silva. Bola yang melambung ke tepi kotak penalti pun berusaha dihentikan Trapp. Sial, karena Trapp tidak melihat Nacho tengah menyongsong bola.

    Komentator di televisi pun berujar kalau Nacho mungkin saja tidak berniat mencetak gol, tetapi mengirim umpan silang pada rekannya. Beruntung bola bergerak menuju gawang yang sudah ditinggalkan Trapp.

    Dengan kemenangan tersebut benarkah Real Madrid menang meski bermain buruk? Sejatinya tidak bisa dibilang demikian karena mereka begitu disiplin saat bertahan dan tidak membiarkan para pemain PSG masuk ke kotak penalti.Mereka mampu menetralisir para pemain macam Cavani, Zlatan, dan Di Maria untuk tak mencetak gol. PSG memang tidak diliputi keberuntungan karena dua tendangan mereka membentur tiang gawang.

    Karenanya pertandingan ini bisa disimpulkan sebagai dua hal: Madrid yang bermain buruk tapi bisa menang, dan PSG yang justru bermain lebih buruk karena tidak bisa mencetak gol.

    ====

    *dianalisis oleh @panditfootball, profil lihat di sini.



    (roz/a2s)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game