Liga Champions: Barcelona 6-1 AS Roma
Kala Messi Ganas Mencabik-cabik I Lupi

Setelah pertemuan pertama di Olimpico berakhir imbang, pertandingan Barcelona kontra AS Roma di fase grup Liga Champions berakhir tak seimbang. Los Cules begitu ganas mencabik-cabik "Serigala" dari ibukota Italia.
Barca menghancurkan lawannya tersebut dengan marjin skor yang begitu besar yaitu 6-1. Gol-gol dari Blaugrana dicetak oleh Lionel Messi (2), Luis Suarez (2), Adriano Correia, dan Gerard Pique. Tim tamu hanya mencetak semata wayang gol oleh Edin Dzeko lewat sundulan di pengujung babak kedua.
Harus diakui, performa Barcelona sedang bagus-bagusnya pasca menggulung Real Madrid akhir pekan lalu.
Andres Iniesta, yang sempat bermain dengan gangguan di otot betisnya saat tandang ke Madrid, ternyata kali ini dicadangkan oleh Luis Enrique, yang lebih memilih Sergi Roberto untuk bermain di posisi tersebut. Thomas Vermaelen jadi starter setelah Javier Mascherano mengalami cedera pada akhir pekan lalu.
Tim tamu sendiri tak bisa memasang Mohamed Salah dan Gervinho yang cedera. Sebagai gantinya, Rudi Garcia mengembalikan posisi Alessandro Florenzi sebagai penyerang sayap kanan, dari yang biasanya bermain sebagai bek kanan, serta dan Iago Falque sebagai penyerang sayap kiri. Sedangkan pos bek kanan yang kosong diisi oleh satu veteran mereka, Maicon Douglas.
Sistem Pertahanan Roma Mencoba Rapat, Lionel Messi Merusaknya
Sedari awal pertandingan Roma mencoba bermain dengan garis pertahanan yang cukup tinggi. Dengan menganut formasi 4-3-3, mereka menempatkan Dzeko, Falque dan Florenzi sebagai pemain paling depan untuk menggedor pertahanan lawan dan melancarkan pressing. Upaya untuk merebut bola dan menutup ruang, idealnya patut dilakukan lini depan Roma sedari lini serang mereka sendiri untuk menghambat aliran bola tim tuan rumah.
Namun pada kenyataannya, sistem bertahan Roma yang mencoba mengandalkan blok pertahanan yang cenderung tinggi ini tidak diikuti oleh upaya para pemainnya untuk menutup ruang dan jalur umpan para pemain Barca. Sergio Busquets, Messi dan Neymar kerap berkali-kali bebas untuk mengkreasikan serangan sedari lini tengah. Sergi Roberto dan Ivan Rakitic menyediakan opsi jalur operan yang berguna membuka celah-celah di pertahanan Roma. Pemain Roma sendiri bisa dikatakan gagal melakukan pressing terhadap pemain Barca sedari lini depan mereka sendiri.
Ketika Roma di tekan, mereka memang menaikkan garis pertahanan dan mencoba menumpuk pemainnya sejajar dengan bek. Falque dan Florenzi sebagai penyerang sayap malah sering memposisikan dirinya sejajar dengan empat bek. Roma seperti membuat formasi 6-3-1 sebagai upaya menambah pemain untuk berduel dengan sisi sayap tim tuan rumah.
Gambar di bawah ini adalah salah satu momen ketika Roma mencoba menguasai bola dan menaikkan garis pertahanannya sampai ke garis tengah. Para pemain Roma sebetulnya mencoba untuk mengalirkan bola di area Barcelona. Ketika aliran bola menuju Dzeko, yang sudah bermain melebar, Radja Nainggolan dan Florenzi pun kehilangan penguasaan bola dan berakibat serangan balik yang di inisiasi oleh Busquets, Roberto dan Messi. Posisi Maicon menjadi salah satu area yang dituju Messi untuk melakukan operan karena ruang yang ditinggalkan terlampau lebar untuk dieksploitasi oleh Neymar sebagai penyerang sayap kiri Barcelona.
Gambar di atas, terutama gambar bawah sangat jelas bagaimana bek kanan Roma yang dihuni oleh Maicon sangat tertinggal jauh untuk meng-cover dari pergerakan Neymar serta umpan terobosan dari Messi. Bahkan orang terdekat untuk menutup jalur umpan dari Messi yaitu Keita dan Manolas terlihat kesulitan untuk melakukan hal tersebut.
Florenzi yang sering berada sejajar dengan Maicon pun terlihat telat. Ini semua imbas dari kegagalan Roma mengalirkan bola ataupun mengambil balik bola yang terebut oleh para gelandang Barcelona.
Peran Lionel Messi yang terlihat pada gambar sebelumnya memang sering terlihat pada pertandingan vs Roma khususnya pada babak pertama. Ia sering menyisir lini tengah dan lini kiri penyerangan timnya, padahal ia sendiri merupakan penyerang sayap kanan.
Memang pergerakan Messi ini sudah lazim kita lihat. Tapi jarangnya dia berada di pos kanan terutama pada babak pertama membuat barikade pertahanan Roma lebih cermat memperhatikan pergerakan Messi ketimbang menjaga ruang kosong yang tercipta akibat kelengahan mereka sendiri.
Pergerakan Messi menuju sisi kanan dari pertahanan Roma ini tentu sangat beralasan. Maicon sebagai bek kanan tentu menjadi salah satu upaya Enrique memanfaatkan sisi lemah dari susunan pemain yang diturunkan oleh Rudi Garcia. Maicon sendiri pergerakannya mulai melambat dan tak sebanding jika Messi dan Neymar ketika beradu sprint ataupun menggiring bola.
Grafis di bawah ini sedikit banyak menjelaskan mengapa Messi lebih sering mengincar celah yang ditempati Maicon. Dua aksi sapuan, satu intersep dan satu duel udara Maicon lakukan lebih mengarah di posisi bek tengah. Di sini tercipta celah di antara posisi bek tengah dan garis tepi (touchline) yang sering dimanfaatkan Neymar maupun Alba untuk melakukan sprint dengan bola. Meski Florenzi kerap kali membantu, namun ketika Florenzi menekan, ia berada jauh dari posisi Maicon dan terkadang telat untuk meng-cover pemain Barca yang melakukan overlap.
Sebelum gol pertama tercipta, Messi yang melihat Neymar menggiring bola mencoba bergeser sedikit demi sedikit untuk menciptakan ruang di sisi kanan yang mampu diisi oleh Rakitic dan Alves yang melakukan overlap sampai posisi sepertiga akhir pertahanan Roma. Pemain tengah seperti Nainggolan, Keita dan Pjanic lebih terfokus melihat pergerakan Neymar dan Messi yang kemungkinan bekerja sama.
Hanya saja Lucas Digne dan Iago Falque yang berdiri dekat Alves dan Rakitic, tak mengira umpan terobosan akan dilancarkan Neymar yang diarahkan menuju celah di antara posisi bek tengah dan bek kiri Roma. Alves yang berlari dari blind side Falque akhirnya lepas dan mampu mengirimkan umpan silang yang nantinya akan diselesaikan oleh Luis Suarez. Lihat gambar di bawah ini:
Gambar bagian bawah juga menjelaskan bagaimana Messi lebih sering bergerak di tengah dan cenderung melebar ke kiri untuk mengisi ruang statis antara sisi sayap kanan Roma dan lini tengah tim tamu. Messi, bersama Suarez dan Neymar mampu lepas dari tekanan 6 pemain Roma yang mencoba melakukan overload (3v6) saat trio MSN menguasai bola.
Pergerakan tiga pemain ini memang sangat andal untuk bermain di ruang yang sangat sempit dengan memanfaatkan operan-operan pendek mereka, serta positioning yang tepat untuk merusak kompaksi pertahanan Roma. Upaya Messi ini mampu membebaskan kedua bek sayap (Jordi Alba dan Dani Alves) cukup leluasa memberikan opsi lebar lapangan ketika menyerang. Tak heran, kejadian seperti ini (Messi merusak lewat sisi kiri dan tengah) sering terlihat sepanjang babak pertama.
Ketika sudah tertinggal 2-0, AS Roma mencoba menambah pemain di pertahanan mereka sendiri dengan menarik Florenzi sebagai bek sayap kanan, dan menjadikan Roma bermain 5-1-3-1 dengan meninggalkan Dzeko sebagai penyerang tunggal. Bahkan sewaktu-waktu, Seydou Keita memposisikan diri di antara bek tengah Roma dan terlihat seperti 6-3-1 saat menumpuk pemain di depan gawang mereka sendiri.
Grafis aksi defensif Roma yang telah dipaparkan sebelumnya juga terlihat hanya aktif di area mereka sendiri dan lebih mencoba memaksakan untuk mengikuti ke mana Messi dominan untuk bergerak (lihat perbedaan aksi defensif babak 1 dan 2). Meski mencoba bertahan sedemikian rupa di pertahanan mereka sendiri, tetap saja minimnya kontribusi lini depan mereka untuk merebut bola, atau setidaknya mengintersep bola sedari lini depan, patut dipertanyakan karena akan berimbas pada leluasanya Busquets dkk untuk mengalirkan bola ke area sepertiga terakhir penyerangan dari tim tuan rumah.
Sebetulnya Roma mencoba melakukan pergantian pemain dengan memasukan Juan Iturbe untuk menggantikan Nainggolan, William untuk Florenzi dan Salih Ucan untuk Pjanic. Kehadiran Iturbe awalnya untuk memanfaatkan kecepatan pemain asal Argentina tersebut. Iturbe diplot Garcia untuk menyokong Dzeko dengan kecepatan-kecepatannya demi memperkecil keadaan. Namun sayangnya, gol yang mereka harapkan tercipta beberapa detik sebelum peluit panjang dibunyikan.
Pergantian pemain ini tampaknya tak memliki arti yang banyak untuk membenahi struktur posisi mereka dalam melakukan pressing atau hanya sekadar menumpuk banyak pemain di area sendiri. Karena nyatanya, dengan cerdik Enrique mengintruksikan Messi kembali bergeser ke sisi sebelah kanan dan banyak beroperasi di areanya sendiri.
Ini terbukti dari dua gol tambahan Barcelona lewat Messi sendiri, serta assist yang ia ciptakan untuk Pique, keduanya condong masuk dari sisi sayap kanan menuju celah diantara bek kiri serta bek tengah Roma. Coba lihat gambar berikut:
Penutup
Kehadiran Messi yang mulai menemukan ritme permainannya pasca cedera benar-benar menjadi ancaman serius bagi Roma. Selain gagal menerapkan sistem garis pertahanan tinggi, Roma juga bisa dianggap gagal untuk melakukan pressing yang mampu membendung alur serangan Barca. Sehingga gol demi gol tercipta dan memaksa sang kiper Wojiach Szczesny harus memungut bola sampai enam kali.
Roma sendiri masih mempunyai harapan untuk lolos menuju fase knock-out liga Champions andai mereka mampu menaklukkan FC Bate dan Barca unggul atau imbang saat bertandang ke markas Leverkusen. Skenario ini mungkin akan memastikan Roma untuk lolos. Namun, untuk melaju lebih jauh lagi rasa-rasa mereka harus membenahi cara bermain mereka, apalagi jika berhadapan dengan tim yang lebih menyerang seperti Barcelona atau Bayern Munich.
====
* Dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini.