Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Inggris: Leicester City 1-1 Manchester United

    Pertahanan MU Solid, Leicester Lebih Efektif

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Getty Images/Laurence Griffiths Getty Images/Laurence Griffiths
    Jakarta -

    Duel Leicester City dan Manchester United akhirnya hanya berakhir imbang 1-1. Laga itu menggambarkan bagaimana efektifnya serangan The Foxes mampu membelah solidnya pertahanan The Red Devils.

    Gol Leicester dicetak Jamie Vardy yang melampaui rekor 10 gol beruntun milik penyerang MU, Ruud van Nistelrooy, yang telah bertahan selama 13 musim. Sementara itu, gol MU dicetak lewat sundulan gelandang berkebangsaan Jerman, Bastian Schweinsteiger.

    Hasil seri 1-1 menjadi hasil cukup adil dalam pertandingan yang mempertemukan kesebelasan paling produktif menghadapi kesebelasan paling kuat dalam bertahan. Leicester sulit menemukan celah di lini pertahanan MU. Pun sebaliknya, MU meski mendominasi tak bisa menyerang secara frontal mengingat serangan balik Leicester yang berpotensi menghasilkan gol.

    Susunan Pemain



    Manajer Manchester United, Louis van Gaal, menurunkan skema permainan berbeda kala bertandang ke Leicester. Ia menurunkan Daley Blind, Chris Smalling, dan Paddy McNair sebagai poros di lini pertahanan. Di kedua sisi, terdapat nama Ashley Young dan Matteo Darmian.

    Manajer asal Belanda itu pun memilih menurunkan duet Schweinsteiger dan Michael Carrick di lini tengah. Keduanya menopang pergerakan Juan Mata yang bergerak di belakang Anthony Martial dan Wayne Rooney.

    Sementara itu, Manajer Leicester, Claudio Ranieri, menurunkan komposisi terbaiknya. Di lini serang ia menduetkan Jamie Vardy dengan penyerang berkebangsaan Jepang, Shinji Okazaki.

    Fokus di Kedua Sisi

    Sejak peluit dibunyikan, Manchester United segera mendapatkan penguasaan bola. Hal ini ditambah dengan Leicester yang tidak mengandalkan permainan menekan. Leicester menerapkan garis pertahanan rendah dan menjaga jarak antar lini agar tidak terlalu jauh. Pos Vardy dan Okazaki pun lebih sering menekan di area garis tengah lapangan, dan tak pernah lebih dari itu.

    MU terlihat nyaman memainkan operan-operan. Meskipun demikian, Leicester sukses membuat MU kesulitan membuat peluang. Saat melakukan ball possesion, hampir tidak ada pemain depan MU yang bebas tak terkawal. Malah, area tengah pertandingan terlihat kosong karena para pemain MU berusaha mencari celah ke sisi lapangan.

    Vardy dan Okazaki memiliki peran penting untuk mencegah aliran bola diberikan kepada Carrick dan Bastian. Keduanya menempel Carrick dan Bastian sehingga tak memiliki kesempatan untuk membangun serangan dari bawah.Ini yang membuat Mata terlihat lebih sibuk ketimbang biasanya. Ia mesti menjemput bola ke belakang, maupun membantu pergerakan Young dan Darmian di kedua sisi.

    Tercatat umpan McNair pada Darmian mencapai 25 umpan; Carrick pada Mata dengan 20 umpan; Darmian kepada McNair 17 umpan; Smalling kepada McNair 15 umpan; Blind kepada McNair juga dengan 15 umpan. Dari umpan kombinasi tersebut terlihat kalau berulang kali bola sebenarnya hanya bergulir di situ-situ saja. MU menunggu Leicester untuk menekan lebih tinggi, meski hal tersebut baru terjadi pada pertengahan babak kedua.



    [Grafis umpan MU. Kiri: Babak Pertama; Kanan: Babak Kedua]

    Dari grafis umpan di atas terlihat kalau MU sebenarnya hanya mengalirkan bola dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Pada babak pertama, terlihat umpan yang diarahkan menuju hampir ke garis tepi lapangan. Ini terjadi karena betapa lebarnya posisi Young dan Darmian.

    Sementara itu, pada babak pertama, dari lima umpan panjang yang diarahkan ke kotak penalti, hanya satu yang berhasil mencapai sasaran. Sementara itu, pada babak kedua, MU hanya mengirimkan lima umpan ke dalam kotak penalti dengan dua yang mencapai sasaran.

    Selain karena bermain melebar, MU memang kesulitan untuk menembus pertahanan Leicester. Namun, melihat kegagapan Leicester dalam menerima umpan lambung membuat MU mulai mengirimkan umpan-umpan silang. Sepanjang pertandingan, MU mengirimkan 29 umpan silang dengan rincian 12 umpan silang pada babak pertama dan 17 umpan silang pada babak kedua.

    Mengumpan ke Depan



    [Grafis umpan Leicester]

    Leicester lagi-lagi mencatatkan akurasi umpan yang tidak bisa dibilang baik. Saat MU mencatatkan 83 persen akurasi, Leicester hanya 63 persen. Jika melihat dari grafis umpan Leicester sepanjang pertandingan, ini bukan karena mereka buruk dalam memberi operan pendek, melainkan sebagai gabungan umpan-umpan panjang yang diarahkan langsung ke area pertahanan lawan. Namun, hal ini tidak didukung oleh kemampuan duel udara Leicester di area pertahanan MU, sehingga sejumlah umpan bisa dipatahkan.



    [Grafis duel udara Leicester. Hijau: Berhasil; Oranye: gagal]

    Umpan-umpan panjang ke depan dilakukan karena Leicester lebih sering melakukan serangan balik, sehingga diperlukan umpan yang mengarah langsung ke kedua penyerang mereka sebelum MU bisa melakukan koordinasi di lini pertahanan.

    Ini yang terjadi pada gol pertama Leicester. Usai menangkap bola hasil tendangan sudut MU, kiper Leicester, Kasper Schmeichel, langsung memberikan bola pada Christian Fuchs. Selepas area tengah lapangan, Fuchs melepaskan umpan terobosan kepada Vardy yang melepaskan diri dari pengawasan McNair dan Smalling.

    Ini berarti Leicester hanya membutuhkan tiga kali perpindahan bola (Schmeichel-Fuchs-Vardy) dalam skema terciptanya gol. Ini sekaligus memperlihatkan kalau Leicester tak ingin bertele-tele saat menguasai bola.

    Menjaga Vardy



    [Proses Gol Leicester]

    Sepanjang pertandingan terlihat kalau ada tugas khusus yang dibebankan kepada Smalling dan McNair. Keduanya bergantian menjaga dan mengawasi pergerakan Vardy. Hal ini sebenarnya tidak efektif karena Blind yang menjadi eksekutor tendangan sudut sementara Smalling seringkali ikut masuk ke kotak penalti Leicester. Praktis, Vardy pun cuma dijaga McNair saat MU melakukan tendangan sudut.

    Proses gol Leicester berawal dari tendangan sudut. Skenarionya sama seperti yang dijelaskan pada paragraf di atas. Di lini pertahanan, MU cuma menyisakan McNair, Carrick, Young, dan Darmian. Hal ini tentu memudahkan para pemain Leicester untuk mengirimkan "umpan yang seperti biasa" kepada Vardy.

    Dari grafis di atas sebenarnya terlihat kalau Vardy sekalipun turut membantu pertahanan Leicester saat menghadapi tendangan sudut MU. Setelah bola ditangkap Schmeichel, Vardy dan para pemain Leicester melakukan akselerasi ke lini serang.

    Dari gambar di sebelah kanan, terlihat lima pemain Leicester sudah masuk ke area pertahanan MU yang menandakan cepatnya transisi saat bertahan dan melakukan serangan balik. Ini penting terutama bagi Leicester yang biasa mencetak gol dari skema seperti ini. Fuchs memiliki sejumlah opsi, apakah mengirimkan langsung pada Vardy, atau memberi umpan terobosan pada Okazaki yang bergerak ke area yang tidak dijaga.

    Sementara itu, pertahanan MU kepayahan karena selain baru melakukan tendangan sudut, dua bek mereka pun tidak ada di tempat. Ini yang membuat McNair mengisi pos sebelah kiri yang harusnya diisi Blind dan Young berada di sebelah kanan untuk turut mengawal Vardy.

    Ruang di Lini Pertahanan Leicester



    [Leicester City saat bertahan]

    Pertahanan Leicester sebenarnya tidak terlampau istimewa.Duet Daniel Drinkwater dan N’Golo Kante tidak benar-benar menjadi penyaring serangan MU. Ini yang membuat berulang kali terlihat posisi Martial yang bebas karena beroperasi di ruang antara lini pertahanan dan lini tengah Leicester.

    Empat gelandang Leicester pun bermain lebih rapat. Namun, hal ini menjadikan persoalan karena saat bola bergulir di area tengah, kedua sisi mereka menjadi terbuka seperti pada gambar di atas.Selain itu, dua fullback Leicester yang dihuni Fuchs dan Danny Simpson terlihat tidak akan menekan lawan lebih dari area garis kotak penalti. Ini yang memungkinkan MU mengirimkan umpan silang andai dua gelandang sayap Leicester, Marc Albrighton dan Ryan Mahrez, terlambat menutup pergerakan sayap MU.

    Pada babak kedua, Leicester mencoba untuk lebih menekan dan menguasai bola dengan mengandalkan Albrighton dan Mahrez. Ini yang membuat MU lebih leluasa melakukan serangan lewat sayap pada babak kedua. Pos Albrighton dan Mahrez yang terlambat membantu pertahanan, dieksploitasi kedua sayap MU yang semestinya sudah menebar ancaman sejak babak pertama.

    Gol Bastian memperlihatkan kurang sigapnya antisipasi Leicester saat menghadapi umpan lambung. Ini pula yang terus menerus dilakukan MU sebagai respons minimnya suplai bola dari lini tengah kepada para penyerang mereka.



    [Aksi Pertahanan Leicester. Silang: tekel; Bulat: Sapuan; Wajik: potongan]

    Meskipun demikian, aksi pertahanan Leicester tidak bisa dibilang buruk. Dengan tidak terburu-buru menekan, Leicester memiliki peluang untuk melakukan potongan karena setiap pergerakan telah diperhitungkan. Sepanjang pertandingan, Leicester melakukan 24 potongan (intersep), 25 sapuan (clearence), dan 36 tekel.

    Kesimpulan

    Van Gaal menurunkan tiga bek yang salah satunya sebagai antisipasi pergerakan Vardy. Dari 13 gol yang dicetak penyerang Inggris tersebut, semuanya berasal dari dalam kotak penalti. Artinya, MU hanya perlu menahan pergerakan Vardy agar tidak masuk kotak penalti. Akan tetapi, strategi tersebut menjadi kontraproduktif dengan skema tendangan sudut MU yang menempatkan Smaling dan Blind terlibat ke dalamnya.

    Gol Leicester (saat itu) memperlihatkan garis pertahanan MU terlampau tinggi. Ini membuat McNair, Darmian, dan Young (yang saat itu berada di paling belakang) kesulitan menutup serangan Leicester. Usai pertandingan Van Gaal pun mengakui kalau McNair bermain terlalu tinggi yang membuat Ulloa hampir mencetak gol kedua MU. Namun, bisa dibilang kalau pertahanan MU cukup baik untuk menahan serangan-serangan Leicester.

    MU sebenarnya bisa membuat lebih banyak peluang. Pergerakan Young dan Darmian seringkali tidak terkawal terutama saat Leicester melakukan serangan. Kedua fullback Leicester lebih memilih menunggu lawan masuk ke area kotak penalti, ketimbang melakukan tekanan yang bukan tidak mungkin bisa dilewati para pemain sayap MU.



    [Umpan yang diterima. Kiri: Martian; Kanan: Rooney]

    Suplai bola di lini tengah MU menjadi terganggu karena Bastian dan Carrick yang pergerakannya diganggu oleh duo striker Leicester. Juan Mata dan Wayne Rooney pun sampai mesti menjemput bola ke tengah maupun ke kedua sisi. Ini yang membuat peran kedua penyerang MU seperti tak begitu terasa.

    Dari grafis umpan yang diterima di atas, terlihat kalau Martial hanya sekali mendapatkan bola di dalam kotak penalti. Sementara itu Rooney pun mendapatkan satu umpan hasil tendangan sudut. Sisanya Roonye berkelana hingga ke area tengah untuk mendapatkan bola.

    MU berhasil mengontrol permainan hampir di sepanjang permainan. Hal ini yang membuat taktik Ranieri yang mengandalkan umpan-umpan panjang dan garis pertahanan rendah gagal membuat Leicester mencetak lebih banyak gol.

    Ranieri pun akhinya menginstruksikan para pemainnya lebih cair saat menyerang. Ini yang sebenarnya membuat serangan balik Leicester menjadi amat berbahaya. Gol Leicester berasal dari umpan Fuchs dari sebelah kanan pertahanan Leicester, padahal Fuchs merupakan fullback kiri. Selain itu, sering pula terlihat di mana Albrighton dan Mahrez berada pada sisi yang sama; Kadang Mahrez di kiri atau Albrighton di kanan. Keduanya bisa melakukan umpan satu-dua dan memberikan umpan terobosan karena keduanya sama-sama memiliki kecepatan.

    ===

    *dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini.


    (mrp/mrp)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game