Liga Champions: PSG 2-2 Man City
City Memaksakan Hasil Imbang Berkat Garis Pertahanan Rendah

Paris Saint-Germain harus puas bermain imbang saat menghadapi tamunya, Manchester City, pada leg pertama babak perempat final Liga Champions, Kamis (7/4) dini hari WIB. Laga yang berlangsung di Stadion Parc des Princes tersebut berkesudahan dengan skor 2-2.
Manchester City unggul terlebih dahulu melalui gol yang diciptakan Kevin De Bruyne. Namun PSG mampu membalikkan keadaan melalui gol Zlatan Ibrahimovic dan Adrien Rabiot. Gol Fernandinho pada menit ke-72 berhasil menyelamatkan Manchester City dari kekalahan.
PSG sebenarnya mendominasi pertandingan dengan unggul penguasaan bola sebanyak 65% berbanding 35%. Hanya saja aliran serangan PSG sulit menembus masuk sampai ke jantung pertahanan Manchester City.
Garis Pertahanan Rendah Man City Memaksa PSG Bermain Melebar
Manchester pada laga ini masih bermain tanpa kapten mereka, Vincent Kompany. Di jantung pertahanan, manajer Man City, Manuel Pellegrini, memasang duet Eliaquim Mangala dan Nicolas Otamendi. Perlu dicatat, dua pemain ini mendapatkan sorotan karena gagal menggantikan Kompany yang cedera betis sejak November 2015.
Cederanya Kompany membuat City tak terlalu berani memainkan sepakbola menyerang. City kerap kali kerepotan menghadapi serangan balik lawan. Menghadapi PSG yang memiliki lini serang di atas rata-rata, garis pertahanan rendah pun dipilih Man City.
Meski tanpa Yaya Toure yang juga mengalami cedera, duet Fernando Reges dan Fernandinho berhasil membendung setiap serangan PSG. Total sebanyak 10 kali (dari 15 percobaan) keduanya berhasil menghentikan serangan tengah PSG. Catatan lima intersep pun menambah kekokohan mereka di lini tengah.
Kehadiran Fernando dan Fernandinho di depan backfour Man City membuat PSG dipaksa bermain melebar. Hanya saja, PSG kala itu menurunkan Edinson Cavani sebagai penyerang sayap kiri, yang biasanya ditempati Lucas Moura.
PSG kemudian tercatat melepaskan 22 umpan silang. Namun hanya enam yang menemui sasaran. Sebaliknya, skema seperti ini justru menimbulkan celah di lini tengah. Hal ini dikarenakan ketika PSG menyerang melalui sisi kiri, bukan Cavani yang ditugaskan sebagai pengirim umpan silang, melainkan Maxwell dan Blaise Matuidi. Padahal, Matuidi berposisi sebagai gelandang tengah menemani Rabiot dan Thiago Motta pada laga ini.
Grafis umpan silang PSG
Paling fatal adalah ketika gol pertama Man City terjadi. Matuidi hendak membangun serangan bersama Maxwell dari sisi kiri. Ketika bola berada di kaki Matuidi, operannya pada Rabiot berhasil diintersep Fernando. Rabiot dan Matuidi yang terlanjur naik membuat Fernandinho yang kemudian membawa bola hanya tinggal berhadapan dengan Thiago Motta.
Hanya saja gelandang asal Brasil tersebut lebih unggul perihal kecepatan. Situasi ini membuat bek tengah PSG, David Luiz dan Thiago Silva, terpancing untuk menghalaunya. Di sanalah De Bruyne bergerak ke sisi kiri pertahanan PSG yang telah ditinggalkan Maxwell.
Fernando dan Fernandinho sendiri memang memainkan peran yang berbeda. Fernando lebih difungsikan sebagai penjaga kedalaman lini tengah di depan kotak penalti pertahanan Man City. Sementara Fernandinho bermain sebagai gelandang box-to-box untuk membantu lini serang.
Umpan silang PSG sejatinya menjadi cara mereka mencetak gol kedua mereka. Sepak pojok yang merupakan proses dari terjadinya gol pertama PSG berawal dari serangan dari sisi kanan pertahanan Man City. Umpan silang Maxwell yang disambut oleh Cavani, berhasil diblok oleh Mangala.
Pressing PSG Membuat Man City Kesulitan di lini tengah.
Setiap PSG bermain di kandang, skuat berjuluk Les Parisiens ini selalu berusaha mendominasi permainan. Cara yang mereka lakukan adalah dengan memainkan penguasaan bola dan berusaha membuat lawan kesulitan membangun serangan sejak di area sepertiga akhir PSG.
Lini pertahanan Man City pun mendapatkan pressing ketat nan agresif dari para lini depan PSG yang dihuni Cavani, Ibrahimovic, dan Di Maria. Man City pun tak leluasa dalam membangun serangan. Bahkan pergerakan Ibra yang aktif melakukan pressing di tengah membuat Man City tak bisa menggulirkan bola pada gelandangnya.
Grafis operan Manchester City
Sama seperti PSG, Man City pun dipaksa menyerang melalui sayap. Bedanya, PSG bisa menggulirkan bola lewat para pemain tengah, sementara aliran serangan Man City langsung melalui kedua sayap. De Bruyne yang ditempatkan sebagai gelandang serang tengah, bahkan harus bermain melebar untuk mendapatkan bola.
Pressing yang dilakukan PSG ini selain menghambat alur serangan Man City, ternyata berhasil membuahkan gol. Gol penyama kedudukan PSG yang dicetak Ibrahimovic tercipta setelah penyerang asal Swedia tersebut memberikan tekanan pada Fernando yang menerima bola operan goal kick dari Joe Hart. Ketika Fernando hendak mengoper ke samping, Ibra dengan cepat memotong bola yang kemudian bola tersebut mengarah ke gawang Man City.
Skema bertahan PSG sebenarnya cukup benar karena memiliki tujuan agar De Bruyne yang menjadi kreator serangan Man City tak mendapatkan suplai bola. Namun gelandang asal Belgia ini bermain cukup baik dengan selalu bergerak mengikuti bola sehingga para pemain sayap bisa memberikan bola pada De Bruyne.
De Bruyne bergerak di hampir seluruh area sepertiga akhir Man City
Meski jarang mendapatkan bola, setiap kali bola berada di kaki De Bruyne nyaris hampi pasti terjadi peluang bagi Man City. Bahkan pada gol kedua Man City yang diciptakan oleh Fernandinho, bermula dari kaki De Bruyne. De Bruyne memindahkan serangan yang awalnya dari kiri ke kanan, pada Jesus Navas yang kemudian memberikan bola pada Bacary Sagna. Serangan ini diakhiri dengan umpan silang yang dilepaskan Sagna ke jantung pertahanan PSG sehingga menciptakan kemelut (blunder dari Serge Aurier) yang dimanfaatkan Fernandinho.
Kesimpulan
Dua blunder memang tercipta pada laga ini. Namun hal tersebut bukan semata-mata keberuntungan yang didapat masing-masing tim. Ada keberhasilan strategi dari dua kesebelasan yang membukakan pintu pada gol tersebut.
PSG dengan pressingnya, berhasil membuat Man City kesulitan berkreasi di lini tengah dan menciptakan gol penyama kedudukan lewat Ibrahimovic. Sementara garis pertahanan rendah Manchester City memaksa PSG bermain melebar dan serangan balik berbuah gol yang diciptakan De Bruyne.
Pada leg kedua nanti pertandingan akan semakin menarik dinantikan. Man City bermain di kandang dengan keunggulan agregat gol. Sementara PSG bisa jadi akan kembali diperkuat Verratti yang dijadwalkan sembuh dari cedera pertengahan April, yang mana hal ini bisa menambal kelemahan PSG di lini tengah seperti yang terjadi pada pertandingan ini.