Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Champions: Atletico Madrid 1-0 Bayern Munich

    Atletico Menekan Dahulu, Bertahan (Sangat Dalam) Kemudian

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Foto: Getty Images/Denis Doyle Foto: Getty Images/Denis Doyle
    Madrid - Strategi Atletico Madrid berjalan manis ketika mereka bermain agresif lebih dulu dan menekan habis Bayern Munich. Setelah gol didapat, pertahanan Atletico merapat dan sulit ditembus Bayern.

    Begitulah gambaran singkat bagaimana duel leg pertama semifinal Liga Champions di Vicente Calderon, Kamis (28/4/2016) dinihari WIB tadi, yang berakhir skor 1-0 untuk kemenangan Atletico.

    Pemikiran berlebihan Guardiola yang berakibat fatal

    Kami jarang menganalisis secara mendalam dari pemilihan susunan sebelas pemain. Biasanya kami hanya menampilkannya saja. Namun khusus untuk pertandingan dini hari tadi, kami harus mengakui bahwa ada yang aneh dengan susunan sebelas pemain yang Guardiola turunkan.

     Gambar 1 Susunan sebelas pemain, rata-rata distribusi posisi, dan arah pergerakan para pemain Atletico Madrid dan Bayern München

    Di atas kertas, kita bisa sama-sama mengidentifikasi tiga masalah utama dari starting XI Bayern. Yang pertama adalah memainkan pasangan David Alaba dan Javi Martinez sebagai bek tengah, kedua mencadangkan Franck Ribery yang performanya sedang bagus, dan ketiga adalah juga menyimpan Thomas Mueller.

    Dari masalah pertama, duet bek tengah ini bisa dibilang belum terlalu nyetel, ditambah lagi keduanya bukan berposisi alami sebagai bek tengah.

    Ini berarti Bayern memainkan bek sayap kiri pilihan keduanya (Juan Bernat) di atas lapangan saat mereka harus menghadapi karakteristik Atletico yang memainkan serangan balik cepat, kemudian bek sayap kiri pilihan pertamanya (Alaba) malah bermain di posisi yang bukan posisi alaminya.

    Maksudnya mungkin agar mereka bisa memainkan bola dari belakang untuk membantu serangan. Tapi yang lebih kelihatan malah Bayern yang berkali-kali terganggu ketika berada pada fase bertahan, sehingga mereka pun tidak bisa maksimal ketika berada dalam fase transisi dari bertahan ke menyerang dan sebaliknya.


     Gambar 2 Grafik dribel Atletico Madrid (kiri) dan aksi bertahan Bayern München (kanan), keduanya sama-sama ditunjukkan dengan arah serangan ke kanan - sumber: FourFourTwo Stats Zone

    Hal ini dimanfaatkan oleh Atletico di awal laga. Mereka menekan sampai ke wilayah bek sayap Bayern. Dengan memainkan 4-4-2 yang melebar, membuat ada dua pemain (Juanfran dan Saul Niguez) yang menekan Douglas Costa di kiri dan dua pemain juga (Filipe Luís dan Koke) yang menekan Kingsley Coman di kanan.

    Atletico berhasil menciptakan 11 tembakan (enam di antaranya dari dalam kotak penalti), dan lima di antaranya terjadi sampai gol dari Saul.

    Selain itu, gol solo run brilian dari Saul juga terjadi dari wilayah sayap, tepatnya pada wilayahnya Costa dan Bernat, di mana pada akhirnya ada empat pemain yang berhasil dilewati oleh Saúl. Pada gol ini juga Xabi Alonso dan Thiago Alcantara terlihat kehilangan kontrol di wilayah tengah lapangan mereka.

    Guardiola mengatakan dalam konferensi pers pasca-pertandingan (via DW Sports): "Saya ingin pemain sayap berkaki kiri kiri dan sayap kanan berkaki kanan, dan gelandang ekstra."

    Kedua sayap yang disebut oleh Guardiola adalah Coman dan Costa yang keduanya memenangkan 8 dari 16 dribel mereka. Sedangkan gelandang ekstra yang dimaksud adalah Thiago.

    Guardiola memang tidak menyebut alasannya kenapa, mungkin ia terlalu banyak berpikir untuk menghadapi taktik dari Diego Simeone. Kemungkinan ia bermaksud untuk membantu mengalirkan bola di tengah untuk mengatasi taktik Atletico di antara garis antar lini mereka.

    Sayangnya, itu tidak terjadi. Kedua sayapnya berhasil dimatikan sementara Thiago bisa dibilang tiak menghasilkan dampak pada pertandingan. Ini yang kemudian membuat Guardiola memasukkan Mueller pada menit ke-70. Mueller  berhasil menyelesaikan 9 dari 10 dribelnya, yang salah satunya menghasilkan peluang emas.

    Permainan bertahan Atletico yang mendominasi babak pertama

    Bermain menekan dengan maksud mencetak gol sedini mungkin adalah taktik yang tepat dari Simeone. Mereka berhasil mencetak gol di awal laga yaitu pada menit ke-11, tentunya ini membuat Atletico bisa lebih mengendurkan serangan mereka dan bermain lebih bertahan.

    Dari awal pertandingan, terutama setelah gol Saul, para pemain Atletico bergerak sebagai sebuah unit yang sempurna. Mereka tidak membiarkan Bayern untuk memasuki kotak penalti mereka.

    Gambar 3 Grafik operan Bayern München - sumber: FourFourTwo Stats Zone

    Dari 706 total operan bayern, hanya 12 saja yang berhasil sampai ke dalam kotak penalti, dengan dua di antaranya menghasilkan peluang.

    Pasangan sayap (bek sayap dan gelandang sayap) kanan dan kiri Bayern yang biasanya sangat berperan untuk serangan Bayern, berhasil dimatikan oleh Atletico. Ini berarti bahwa Bayern membutuhkan beberapa pemain bertipikal melebar yang dimaksudkan untuk meredam tekanan Atletico dan menemukan ruang lebih cepat daripada yang Atletico bisa cover.


     
    Gambar 4 Grafik intersep Atletico Madrid (merah) dan Bayern Munich (hijau) - sumber: Squawka

    Kemudian rapi dan disiplinnya permainan Atletico juga sangat ditunjukkan dari jumlah intersep mereka. Dari gambar 4 di atas, Atletico berhasil mencetak 25 intersep di antara banyaknya operan Bayern tersebut, angka ini sangat jauh dibandingkan dengan hanya 6 saja yang berhasil dicetak oleh Bayern.

    Kebanyakan intersep Atletico juga terjadi di wilayah tengah. Sehingga ditambah dari gambar 3, kita juga bisa melihat kebanyakan operan sukses Bayern adalah operan yang menuju ke wilayah sayap.

    Perubahan yang terlambat di babak kedua

    Tentu saja Bayern bisa bermain lebih baik dini hari tadi, dan mereka menunjukkannya di babak kedua. Secara umum, Bayern bermain lebih baik dengan mendominasi penguasaan bola (71%), jumlah operan (614 berhasil dari 707, atau 87%), jumlah peluang (17), jumlah tembakan (7 on target dari 20 tembakan), sampai jumlah dribel (31).

    Sementara Atletico adalah kesebelasan yang kalah dari Bayern dalam semua aspek di atas. Mereka hanya mencetak 29% penguasaan bola, 159 operan berhasil dari 253 percobaan (63%), 7 buah peluang, 5 shot on target dari 11 total tembakan, dan 28 dribel.

    Semua angka di atas memihak kepada Bayern, kecuali untuk angka yang paling krusial, yaitu skor 1-0 untuk Atletico.

    Kuncinya ternyata ada pada gol pertama Atletico yang dicetak di awal pertandingan sehingga membuat mereka bermain lebih defensif dan Bayern dibiarkan lebih banyak menguasai bola.

    Setelah gol Atletico, terutama pada babak kedua, Arturo Vidal pindah lebih jauh dan bertindak hampir sebagai striker kedua sampai Mueller masuk. Ini sangat mencolok ketika kita bisa melihat Vidal bergantian dengan Robert Lewandowski menempatkan diri di sudut kanan area penalti (di mana juga bukan kebetulan banyak operan yang masuk ke kotak penalti Atletico adalah operan ke arah kanan), sehingga membentuk sebuah segitiga dengan Philipp Lahm, Thiago, Costa atau Coman.

     
    Gambar 5 Perbandingan grafik operan attacking third Bayern Munich di babak pertama (kiri) dan babak kedua (kanan) - sumber: FourFourTwo Stats Zone


    Sampai Thiago kemudian diganti, terjadi overload di sisi kiri dekat area penalti, tetapi dengan output yang kurang seimbang dari sisi sebaliknya. Di sini Bernat yang menjadi sorotan karena ia selalu terlihat ragu untuk naik, andaikan Alaba yang mengisi posisi Bernat, mungkin serangan Bayern akan lebih seimbang di kedua sisi.

    Guardiola kemudian berniat bermain lebih ofensif dengan memasukkan Ribery dan Mueller. Ini mengubah banyak hal bagi Bayern di babak kedua, tapi waktu tidak cukup bagi mereka untuk mencetak gol.

    Kesimpulan

    Sesuai perkiraan kami, dan sama dengan saat mereka mengalahkan FC Barcelona 2-0 di perempatfinal leg 2 yang lalu, Atletico bermain menekan dari awal untuk mencuri satu gol, untuk kemudian bermain bertahan dan disiplin sambil sesekali meluncurkan serangan balik ke pertahanan Bayern

    Ada yang aneh dengan pemilihan susunan sebelas pemain utama Bayern. Pep Guardiola melakukan perubahan untuk lebih bermain ofensif pada babak kedua tapi terlihat sudah terlambat.

    Babak kedua pastinya banyak memberikan Bayern keberanian untuk leg kedua nanti. Pertahanan Atletico memang kuat, mereka baru kebobolan lima kali di Liga Champions musim ini, tapi mereka tidak kebal juga.

    Modal satu gol akan sangat berharga bagi Diego Simeone untuk bertandang ke München pekan depan. Atletico hanya butuh bertahan lebih sabar lagi tanpa harus bermain terlalu menekan seperti di awal pertandingan dini hari tadi.

    Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Atletico menekan dahulu, bertahan dalam kemudian. Meskipun melelahkan, ini adalah cara yang efektif untuk melawan kesebelasan yang lebih menyerang dan juga menarik untuk pendukung kedua kesebelasan dan penonton netral.

    Guardiola terlalu berpikir berlebihan dalam mempersipakan pertandingan ini. Sehingga Simeone-lah yang menuai hasilnya.

    ===
    * Dianalisis oleh @panditfootball, profil lihat di sini. (mrp/din)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game