Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Inggris: Man Utd 1-1 Leicester

    Ketika Manchester United Menunda Pesta Leicester

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Foto: Reuters Foto: Reuters
    Jakarta - Louis van Gaal menepati janjinya, tapi bukan janjinya untuk membawa Manchester United finis di zona Liga Champions UEFA (sampai sejauh ini, sih, belum), melainkan untuk menggagalkan pesta juara Leicester City di Old Trafford, Manchester.

    Hasil imbang 1-1 pada akhirnya membuat The Foxes gagal berpesta, tapi mereka jelas semakin dekat dengan gelar juara Liga Primer Inggris.

    Setelah pertandingan, Van Gaal berkata bahwa pertandingan ini adalah salah satu pertandingan terbaik United, tapi kami tidak setuju. The Red Devils bermain seperti biasanya di musim ini, mereka memang bagus, tapi hanya di babak pertama saja. Sementara di babak kedua, permainan mereka menurun.

    Tempo Tinggi dari United, Tapi Hanya di Babak Pertama

    Di babak pertama, United memulai pertandingan dengan tempo tinggi. Salah satu penyebabnya adalah kedua full-back mereka, Antonio Valencia di kanan dan Marcos Rojo di kiri, berkali-kali naik dan menekan sampai ke wilayah pertahanan Leicester. Ini membuat Leicester kebanyakan menghabiskan waktu mereka di wilayah pertahanan mereka sendiri.

    Dengan bermain agresif seperti ini, Leicester tidak bisa melancarkan cara menyerang mereka yang paling efektif, yaitu serangan balik. Banyak pemain Leicester yang biasanya berperan dalam skema counter-attack mereka, kali ini terlalu sibuk bertahan.



    Gambar 1 – Heat map Marcos Rojo dan Luis Antonio Valencia – sumber: Squawka

    Selain itu, absennya Jamie Vardy juga membuat pasukan Claudio Ranieri hanya bisa membangun serangan lewat operan ke sayap, bukan bola panjang ke tengah untuk kemudian membuat Vardy berlari mencari ruang.

    Kedua sayap Leicester yang sebenarnya masuk ke dalam kategori pelari yang cepat, Riyad Mahrez di kanan dan Jeffrey Schlupp di kiri, selalu ditekan oleh Rojo dan Valencia. Kemudian kedua penyerang mereka di depan, Leonardo Ulloa dan Shinji Okazaki, juga tidak bisa membuka ruang dan bermain cepat seperti Vardy, sehingga duet Chris Smalling dan Daley Blind pun, yang keduanya sama-sama tidak cepat juga, bisa mengatasi mereka.



    Gambar 2 – Grafik operan Riyad Mahrez dan Jeffrey Schlupp – sumber: Squawka

    United Mengalirkan Bola dari Sayap ke Sayap

    Kita bisa melihat pola permainan United secara jelas pada pertandingan semalam. Mereka berhasil menyelesaikan 84% operan mereka semalam karena mereka selalu mengalirkan bola dari sayap ke sayap untuk melihat celah yang bisa dimanfaatkan untuk United membuat peluang.

    Gol dari Anthony Martial di menit ke-8 adalah buah dari skema United yang satu ini. Tepatnya ketika mereka mengawali serangan dari kanan (Valencia).



    Gambar 3 – Perbandingan grafik operan Manchester United dan Leicester City – sumber: Squawka

    Sebanyak 37% serangan United diawali dari kanan, sementara 39% dari kiri. Biasanya mereka akan mencoba pada salah satu sayap terlebih dahulu. Jika tidak ada celah di pertahanan Leicester, mereka akan mengalirkan bola kembali ke tengah (tak jarang ke belakang) untuk kemudian mengalirkan bola lagi ke sayap yang seberangnya. Di sini peran Rojo dan Valencia kembali tersorot. Namun sejujurnya, Manchester United terlalu bertele-tele.

    Leicester terlihat berhasil mengatasi serangan United di kanan (kiri Leicester) karena permainan Christian Fuchs yang mencetak 6 tekel sukses di wilayah sayap kiri Leicester.

    Kemudian Leicester yang biasanya memanfaatkan bola panjang, semalam mereka berkali-kali gagal. Kewaspadaan United terhadap serangan balik Leicester bisa lebih terealisasi karena mereka memainkan 4-1-4-1 (atau kadang bertransformasi menjadi 4-3-3) dengan Wayne Rooney dan Marouane Fellaini berpasangan sebagai gelandang dan dilindungi oleh Michael Carrick di belakang mereka.



    Gambar 4 – Grafik aksi defensif Manchester United – sumber: FourFourTwo Stats Zone

    Semalam United berhasil mencatatkan 7 buah intersep di tengah lapangan, dengan empat di antaranya terjadi di babak pertama ketika mereka bermain dengan tempo tinggi.

    Duet Lini Tengah Rooney-Fellaini yang Bermain Gemilang

    Lini tengah United yang diisi oleh Rooney dan Fellaini menjadi sorotan penting di sini karena mereka berdua (dengan mengejutkannya) bisa bermain lebih fisikal yang membuat N'Golo Kante dan Danny Drinkwater kesulitan dalam melakukan penetrasi.

    [Baca juga: Posisi Gelandang adalah Masa Depan Wayne Rooney?]

    Tidak dipungkiri, Kante dan Drinkwater bermain sangat gemilang ketika membantu kesebelasannya dalam bertahan. Mereka berdua berhasil mencetak 10 tekel sukses, 9 intersep, 7 sapuan, dan 5 blok sepanjang pertandingan.

    Namun, kontribusi Kante dan Drinkwater dalam penyerangan tidak terlalu signifikan semalam, terutama dalam soal distribusi bola. Misalnya saja Drinkwater yang hanya menyelesaikan 25 dari 42 operannya, padahal ia adalah pengoper andalan Leicester. Pada babak kedua bahkan ia harus keluar lapangan lebih dulu karena menerima kartu kuning kedua akibat melanggar Memphis Depay.

    "Mereka adalah spesialisnya bermain di wilayah mereka sendiri dan juga dalam memainkan serangan balik," kata Van Gaal setelah pertandingan. "Ancaman utama mereka hanya melalui bola mati, kami bisa mengatasinya dengan baik." (Padahal gol Wes Morgan di menit ke-17 berasal dari set piece).

    Semalam, terutama melalui Fellaini, United mendominasi duel udara dengan membiarkan Leicester hanya memenangkan 28% dari duel udara mereka. Hal ini bisa terjadi lantaran bukan karena Fellaini saja, tetapi karena Rooney yang berpasangan bersamanya di lini tengah.

    Sayangnya dari 28% itu, salah satunya adalah gol Morgan yang memenangkan duel melawan Rojo (Kenapa Rojo? Fellaini ke mana? Fellaini malah jadi pagar betis).



    Gambar 5 – Grafik permainan Wayne Rooney – sumber: FourFourTwo Stats Zone

    Pada gambar di atas, kita bisa melihat kontribusi Rooney saat menjadi gelandang. Ia mencetak 86% operan sukses, 6 dribel sukses, 7 buah tembakan (2 on target), dan dua buah peluang. Ia adalah tipe gelandang pembagi bola, bukan pencipta peluang atau assist, tidak heran operannya kebanyakan hanya ke samping dan belakang (kebanyakan juga bola panjang). Mengingatkan akan Paul Scholes? Bisa jadi.

    United Menurunkan Tempo di Babak Kedua, Membuat Leicester Memegang Kendali

    Sayangnya United tidak bisa mempertahankan (apalagi meningkatkan) permainannya di babak kedua. Mereka masih tetap menguasai pertandingan dengan operan, namun kita tidak bisa tertipu dengan statistik ini karena operan mereka di babak kedua lebih lambat meskipun jumlahnya tetap banyak.

    Kenapa operan lambat sangat berpengaruh pada permainan? Karena operan yang lambat akan membuat pergerakan tanpa bola juga menjadi terbatas dan bisa tertebak lawan, sehingga ruang yang tercipta pun akan semakin sedikit. Ruang yang semakin sedikit inilah yang membuat peluang mereka mencetak tembakan juga menjadi berkurang.

    Jadi kalau mau menurut dengan filosofi Van Gaal, sebenarnya cara ini (terus-menerus bermain possession tapi menurunkan tempo operan) bukan cara yang salah. Hanya mungkin cara ini memang lebih cocok dimainkan ketika kesebelasan sedang unggul.



    Gambar 6 – Operan yang menghasilkan peluang bagi Leicester City (kiri) dan Manchester United (kanan) – sumber: Squawka

    Hal ini membuat Leicester bisa bermain lebih leluasa di babak kedua. Mereka bisa memainkan operan-operan yang lebih pendek dan menciptakan lebih banyak peluang. Masuknya Demarai Gray menggantikan Okazaki juga turut berpengaruh pada permainan Leicester, yang membuat "Si Rubah" dapat membangun serangan mereka melalui lini tengah dan umpan-umpan pendek, alih-alih umpan panjang yang kali ini tidak banyak memberi dampak kepada permaianan.

    Akurasi operan Leicester naik dari 59% menjadi 70% di babak kedua. Mereka yang malah membuat United lebih banyak bertahan di babak kedua. Pada gambar di atas, United memang berhasil mencetak lebih banyak peluang (chances created) sebanyak 13 berbanding 12. Tapi apalah artinya jumlah yang banyak, karena Leicester-lah yang berhasil berkali-kali melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti United (9 peluang); sementara operan United yang menghasilkan peluang hanya 6 saja yang berhasil dicetak di dalam kotak penalti.

    Rooney masih bermain bagus pada babak kedua. Hanya Fellaini yang mulai terlihat kelelahan. Dalam situasi seperti ini, permainan fisikal sudah tidak berpengaruh lagi kecuali mereka memainkan pemain yang lebih segar dengan fisik yang lebih kuat (Timothy Fosu-Mensah sebenarnya bisa).

    Cara yang Van Gaal ambil adalah dengan memasukkan Ander Herrera yang bertipikal gelandang box-to-box. Di atas kertas, cara ini bisa jadi efektif, tapi waktu tidak cukup untuk membuat perubahan bagi United.

    Kesimpulan

    Pertandingan semalam adalah pertandingan yang mengecewakan untuk Manchester United. Dua poin yang hilang akan sangat berarti bagi Louis van Gaal untuk membawa kesebelasannya finis di zona Liga Champions UEFA. Sepertinya Van Gaal sudah harus mulai siap-siap merelakan posisi empat besar.

    Sementara bagi Leicester City, hasil ini hanya menunda pesta mereka untuk menjuarai Liga Primer Inggris. Entah tertunda sampai dini hari nanti (Selasa, 3 Mei 2016, dini hari, Tottenham Hotspur harus mengalahkan Chelsea jika ingin menunda lebih jauh gelar juara Leicester), atau tertunda sampai akhir pekan ini.

    Salah satu hal positif semalam bagi United adalah bagaimana Wayne Rooney bisa bermain sangat baik sebagai gelandang. Ia berhasil mematikan N'Golo Kante dan Danny Drinkwater. Sehingga kami punya gambar spesial untuk Anda di bawah ini...



    Gambar 7 (bonus) – Wayne Rooney drinks water

    "Wayne Rooney drink-water"? Tidak usah berlebihan, ya, karena mungkin saja Drinkwater yang akan "drink champagne" (foto menyusul) dini hari nanti atau akhir pekan ini.

    =====

    *dianalisis oleh @panditfootball, profil lihat di sini.

    (roz/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game