Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Italia: AC Milan 1-3 AS Roma

    Keberhasilan I Lupi Mengeksploitasi Sisi Kiri Rossoneri

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Foto: Marco Luzzani/Getty Images Foto: Marco Luzzani/Getty Images
    Jakarta - AC Milan harus mengakhiri musim Serie A 2015/2016 dengan kekalahan di kandang sendiri. Menghadapi AS Roma di Stadion San Siro, Minggu (15/5) dinihari WIB, mereka takluk 1-3.

    Kedua kesebelasan tampil dengan formasi dasar serupa, 4-3-1-2. Namun cara bermain keduanya berbeda, khususnya saat melancarkan serangan. Serangan Roma kemudian menjadi lebih berhasil karena "kontribusi" gaya bertahan para pemain Milan.

    Kualitas lini pertahanan kedua kesebelasan memang menjadi pembeda pada laga ini. Meski sama-sama melepaskan jumlah tembakan yang hampir sama banyak, namun serangan AS Roma lebih efektif dalam memanfaatkan lini pertahanan Milan yang rapuh.

    Skema Umpan Silang Milan yang Selalu Berhasil Digagalkan Szczesny

    Susunan pemain yang ditampilkan pelatih Milan, Christian Brocchi, cukup mengejutkan. Ia dengan percaya diri memasang gelandang muda berusia 18 tahun, Manuel Locatelli. Sebelumnya, Locatelli hanya sekali berlaga di Serie A, itu pun hanya bermain tiga menit saat melawan Carpi.

    Locatelli dipilih untuk menemani Juraj Kucka dan Andrea Bertolacci. Dengan Keisuke Henda diplot sebagai gelandang serang, ini artinya Riccardo Montolivo, Andrea Poli, dan Giacomo Bonaventura harus duduk manis di bangku cadangan.

    Yang terjadi kemudian Locatelli tak begitu memberikan dampak signifikan pada permainan Milan. Meski ia menjadi pemain Milan dengan jumlah operan terbanyak, namun akurasi operan yang ia lepaskan hanya 67%. Tak ada satupun umpan kunci atau percobaan tembakan yang dilakukannya. Hanya dua tekel berhasil yang menjadi aksi terbaiknya pada laga ini.

    Locatelli bermain penuh selama 90 menit. Saat memasukkan Bonaventura, Brocchi memilih menarik keluar Bertolacci. Bertolacci sendiri memang tampil buruk pada laga ini di mana ia hanya melepaskan 22 operan dalam 57 menit bermain tanpa sekalipun menciptakan umpan kunci, intersep, tekel berhasil, sapuan, dan tembakan.

    Serangan Milan memang berhasil dihentikan Roma sedari lini tengah. Sang tuan rumah kesulitan mengalirkan bola ke sepertiga akhir mereka. Hal ini dikarenakan Milan begitu memaksakan untuk melepas umpan silang untuk memasuki kotak penalti lawan.

    Di lini depan, Milan memercayakan Carlos Bacca yang bertandem dengan Mario Balotelli. Keduanya diharapkan menjadi pemain yang menyambut setiap umpan silang yang dilancarkan kedua sayap. Milan pun begitu mengandalkan Mattia De Sciglio untuk melepaskan umpan-umpan silang. Tak mengherankan setiap awal mula serangan Milan selalu diarahkan ke sisi kanan.

    [Milan mengarahkan serangan ke sisi kanan. Sumber: Squawka]


    De Sciglio kemudian menjadi pemain dengan jumlah operan terbanyak kedua (45 operan). Ia hanya sebagai penyambung antara lini pertahanan dan lini tengah. Aliran serangan Milan ini kemudian lebih sering berakhir lewat sisi kiri.

    Sisi pertahanan Roma sebenarnya bukan tanpa celah. Bahkan kedua full-back, Alessandro Florenzi dan Lucas Digne, seringkali terlambat kembali ke pertahanan usai melakukan overlap. Dari sanalah Milan menciptakan sejumlah peluang.

    Milan tercatat melepaskan 14 tembakan pada laga ini. Jumlah tersebut hanya kalah sedikit dari jumlah tembakan yang dilepaskan Roma, sebanyak 16 kali. Namun penyelesaian akhir mereka seringkali digagalkan Wojciech Szczesny. Kiper asal Polandia tersebut tercatat melakukan lima kali penyelamatan.

    Pada gol yang dicetak Bacca, Szczesny pun sebenarnya mampu menahan percobaan pertama Bacca yang menyambut umpan silang Davide Calabria. Namun bola yang berhasil diamankan Szczesny tersebut lepas dari penguasaan yang membuat Bacca langsung menyambarnya menjadi gol.

    Sejak masuknya Calabria dan Bonaventura, serangan Milan memang lebih hidup. Tercatat pada babak kedua, Milan berhasil melepaskan 11 tembakan, 10 di antaranya setelah Calabria masuk pada menit ke-66 (Bonaventura menit ke-57).

    Roma Mengeksploitasi Sisi Kiri Pertahanan Milan

    Selain memasang Locatelli sejak menit pertama, kejutan lain yang disajikan Brocchi adalah memasang Alessio Romagnoli sebagai bek kiri. Biasanya, eks bek Sampdoria tersebut selalu dipasang sebagai bek tengah, posisi tebaiknya. Tapi pada laga ini, Brocchi lebih percaya pada duet bek senior, Alex dan Phillipe Mexes.

    Keputusan ini bisa dikatakan sebuah kesalahan fatal. Romagnoli jarang terlibat dalam skema serangan Milan yang melancarkan lewat kedua sayap. Jika De Sciglio melepaskan 45 operan, Romagnoli hanya 24 kali.

    Tugas Romagnoli memang difokuskan untuk mengamankan sisi kiri pertahanan. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan AS Roma. Jarang naiknya Romagnoli membuat para pemain Roma sering mengarahkan ke sisi kiri pertahanan Milan.

    Selain Florenzi yang rajin melakukan overlap, Miralem Pjanic yang pada laga ini bermain sebagai gelandang serang di belakang Mohamed Salah dan Stephan El Shaarawy pun lebih sering bergerak ke sisi kanan. Dengan bermain tidak posisi idealnya, Romagnoli pun kewalahan menghadapi serangan sisi kanan Roma.

    [Area bermain Pjanic yang dominan di sisi kiri. Sumber: Squawka]


    Ketiga gelandang Milan, Locatelli-Kucka-Bertolacci, lebih sering bermain di area tengah. Hal ini yang menyebabkan Romagnoli harus menghadapi sendirian serangan sayap Roma. Maka yang terjadi kemudian, Roma berkali-kali menciptakan peluang dari sisi kiri ini.

    [Hampir seluruh peluang Roma tercipta lewat serangan dari sisi kiri pertahanan Milan. Sumber: Squawka]


    Lemahnya sektor kiri ini pun ditambah dengan buruknya kordinasi di area tengah, khususnya bek tengah. Alex menjadi bek yang seringkali melakukan kesalahan. Gol pertama Milan lahir dari keputusannya yang hendak coba menjebak offside Salah.

    [Situasi sebelum Salah mencetak gol pembuka Roma]


    Sebelum gol ini, Alex pun melakukan blunder. Backpass yang ia lakukan berhasil disambut Salah dan membuat Salah memiliki situasi satu lawan satu dengan kiper Milan, Gianluigi Donnarumma. Namun pada saat itu, tendangan Salah masih mampu diblok oleh Donnarumma.

    Lewat sisi kiri pula gol ketiga Roma yang diciptakan Emerson tercipta. Berawal dari aksi Francesco Totti yang mengecoh dua pemain Milan, Totti memberikan operan pada Salah. Tendangan Salah berhasil diblok, namun bola liar disambut Emerson.

    Pada situasi ini, terlihat lini pertahanan Milan terlalu berhati-hati. Mereka tak berusaha merebut bola, hanya membayangi. Hasilnya Totti bisa leluasa masuk ke kotak penalti, serta Salah dan Emerson dengan leluasa melepaskan tembakan.

    Untuk gol kedua, Alex kembali menjadi pemain yang harusnya bertanggung jawab. Ia tak mewaspadai pergerakan El Shaarawy yang berhasil menaklukkan garis pertahanan Milan. Dengan kecerdikan dan kecepatannya, El Shaarawy menyelinap ke belakang Alex untuk menyambut umpan dari Pjanic.

    Kesimpulan

    Brocchi menyadari bahwa Alex bermain buruk. Bek asal Brasil tersebut kemudian digantikan Calabria. Calabria yang berposisi bek kanan, membuat De Sciglio digeser ke sisi kiri. Romagnoli yang sebelumnya bermain sebagai bek kiri, kembali ke posisi bek tengah.

    Secara skema penyerangan, skema ini berhasil, di mana kemudian Calabria menciptakan asisst untuk gol Bacca. Secara kualitas lini pertahanan pun sebenarnya Milan menjadi lebih baik. Namun berkat gaya bertahan yang terlalu berhati-hati, membuat mereka kebobolan untuk ketiga kalinya.

    Bagi Roma, menduetkan Salah-El Shaarawy di lini depan terbukti berhasil. Keduanya, dengan kecepatan yang dimiliki, berhasil memperdayai Alex dan Mexes. Belum lagi dengan keputusan Brocchi yang memasang Romagnoli di sisi kiri, Roma kemudian berhasil mengeksploitasi area tersebut.

    (a2s/fem)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game