Liga Inggris: Leicester City 0-0 Arsenal
'Pencerahan' yang Terlambat untuk Leicester Maupun Arsenal
Foto: Reuters / Darren Staples
Dari hujan gol ke kemarau gol, Arsene Wenger sudah tahu apa yang harus diperbuat untuk memperbaiki pertahanan kesebelasannya yang kebobolan empat gol dari Liverpool pekan lalu. Ia sudah bisa menurunkan Laurent Koscielny yang semalam memakai ban kapten. Bek asal Prancis ini berduet dengan Robert Holding.
The Gunners yang kerap kerepotan ketika diserang balik, apalagi serangan balik merupakan senjata utama Leicester, coba meredamnya dengan memainkan Granit Xhaka bersama Francis Coquelin di depan back four mereka.
Gambar 1 β Susunan pemain Leicester City dan Arsenal |
Claudio Ranieri juga belajar banyak dari kekalahan mereka pekan lalu dari kesebelasan promosi, Hull City. Mereka seolah tidak bisa jika diberikan penguasaan bola dan masih kehilangan sosok N'Golo Kante untuk melindungi back four sekaligus menjadi pemain pertama yang berusaha memutus alur serangan lawan. Peran Kante tersebut semalam diberikan kepada pemain baru mereka, Nampalys Mendy.
Arsenal Menekan dari Awal
Sama seperti saat melawan Liverpool pekan lalu, Arsenal memulai pertandingan dengan positif. Mereka bisa menguasai pertandingan dengan 60,5% penguasaan bola, 82% akurasi operan, dan 13 tembakan (4 tepat sasaran). Mereka melakukannya dengan menekan Leicester sejak awal. Melalui tekanan secara dini ini, terlihat sekali jika mereka mengincar gol pertama sesegera mungkin.
Gambar 2 β Grafis ball recovery Arsenal di babak pertama. Sumber: FourFourTwo Stats Zone |
Hasilnya, Leicester kesulitan membangun serangan di babak pertama, bahkan dengan bola panjang sekalipun. Dany Drinkwater dan Jamie Vardy menjadi pemain yang paling sering kehilangan bola dari permainan menekan Arsenal ini.
Namun, usaha Arsenal tidak membuahkan hasil. Pada kenyataannya, pertahanan Leicester tidak seperti pertahanan Liverpool (yang kebobolan 3 pekan lalu dan kemudian kalah 2-0 dari Burnley semalam).
Itulah kenapa, meskipun berhasil mencatatkan 20 dribel sukses, baik Alexis Sanchez, Theo Walcott, dan Alex Oxlade-Chamberlain (terbaik dengan 6 dribel sukses) tidak mampu menembus dua bek tengah The Foxes, Wes Morgan (5 intersep) dan Robert Huth.
Leicester Mengandalkan Bola Panjang dan Serangan Balik
Menghadapi Arsenal yang lebih menguasai pertandingan, Leicester tidak keberatan sama sekali. Mereka justru lebih nyaman jika tidak menguasai bola terlalu sering. Mereka senang-senang saja ditekan dan hanya menyelesaikan 65% operan mereka di babak pertama.
Drinkwater dkk tetap konsisten bermain melalui bola-bola panjang dan serangan balik. Dari gambar di bawah ini, kebanyakan operan mereka mengarah ke sayap. Mereka juga berhasil menyelesaikan 22 operan panjang mereka dari 45 operan panjang.
Gambar 3 β Grafis operan Leicester di babak pertama (kiri) dibandingkan di babak kedua (kanan). Sumber: FourFourTwo Stats Zone |
Kemudian untuk kecepatan dan teknik, mereka masih mengandalkan Riyad Mahrez di sisi kanan yang berhasil mencatatkan 3 dribel sukses.
Tuan rumah melakukan perubahan di babak kedua. Cederanya Mendy membuat mereka memainkan Andy King alih-alih gelandang bertahan. Hasilnya mereka lebih mampu menyebarkan bola lebih naik dan lebih percaya diri dalam membangun serangan. Mereka berhasil menyelesaikan 79% operan mereka di babak kedua, tentunya dengan jumlah yang lebih banyak pula dibanding babak pertama.
Gambar 4 β Grafis ball recovery Leicester City di babak kedua. Sumber: FourFourTwo Stats Zone |
Hal ini bisa Ranieri lakukan lantaran juga Leicester yang menaikkan pressing mereka di babak kedua. Sebanyak 9 ball recovery berhasil mereka cetak di wilayah lapangan Arsenal sepanjang babak kedua.
Dengan skema ini, Leicester bisa mencetak 8 tembakan, tapi hanya satu saja yang tepat sasaran,dan itupun terjadi pada menit ke-92.
Jalan Keluar (Bukan) Lewat Umpan Silang
Selama satu jam lebih pertandingan masih alot, kedua manajer mencoba keluar dari kebuntuan dengan cara klasik: umpan silang.
Gambar 5 β Grafis umpan silang Arsenal (kiri) dan Leicester City (kanan). Sumber: Squawka |
Sebanyak 21 umpan silang dilepaskan oleh Arsenal, 10 di antaranya terjadi stelah menit ke-60. Sementara Leicester melepaskan 16 umpan silang dengan 6 di antaranya terjadi pada 30 menit terakhir pertandingan.
Kedua kesebelasan hanya berhasil menyelesaikan dua dari seluruh umpan silang mereka tersebut.
Untuk Arsenal, kegagalan "cara klasik" ini disebabkan oleh Morgan dan Huth yang selalu sigap ketika situasi umpan silang. Kalaupun bola lolos, penjaga gawang Kasper Schmeichel juga sudah siap. Ia berhasil mencetak 6 penyelamatan semalam.
Alexis juga terlihat tidak berguna sebagai penyerang. Keahliannya adalah untuk terlibat dari wilayah tengah, di mana ia terisolasi jika bermain sebagai penyerang. Wenger menyadari hal ini dengan memasukkan Olivier Giroud pada menit ke-78 yang agaknya terlambat.
Gambar 6 β Sebanyak 11 peluang berhasil dicatatkan oleh Arsenal (merah) dan 6 peluang oleh Leicester City (biru), tetapi tidak satupn yang berasal dari umpan silang. Sumber: Squawka |
Xhaka dan Koscielny sebagai Faktor Pembeda Bagi Pertahanan Arsenal
Jika Arsenal gagal selebihnya karena Alexis yang tidak cocok bermain sebagai penyerang, tidak demikian dengan Leicester City. Vardy dan Shinji Okazaki adalah pemain yang cocok dalam bermain bola panjang, serangan balik, maupun umpan silang. Bahkan Ranieri memasukkan Leonardo Ulloa (menit 67) dan Amed Musa (menit 87) untuk meningkatkan serangan "Si Rubah".
Hal yang membuat serangan Leicester (bukan hanya umpan silang) berkali-kali tidak berhasil menemui gawang (5 terblok dan hanya satu yang on target) adalah Koscielny dan Xhaka.
Gambar 7 β Grafis permainan Laurent Koscielny dan Granit Xhaka. Sumber: FourFourTwo Stats Zone |
Meskipun banyak yang menyoroti Koscielny (3 intersep dan 7 sapuan) dan Holding (9 sapuan, 71% duel bola udara, dan 2 blok), serta Coquelin (5 tekel sukses dan 4 intersep), tapi kehadiran Xhaka lah yang sangat berpengaruh karena ia bisa mengatur tempo timnya saat transisi dari menyerang ke bertahan, sehingga Koscielny, Holding, dan Coquelin jarang sekali terlambat turun.
Selain Xhaka, Koscielny menjadi faktor pembeda lini belakang Arsenal dibanding saat dibobol 4 gol oleh Liverpool pekan lalu. Ia mampu bermain baik sekaligus membantu Holding yang menjadi rekannya di posisi bek tengah. Sebuah hal sederhana yang sangat berpengaruh.
Sementara Leicester tidak bisa memecah kebuntuan dengan bola panjang menuju dua penyerang mereka (karena Koscielny dan Holding) dan dribel sekaligus kecepatan dari kedua sayap mereka (karena Hector Bellerin dan Nacho Monreal), maka cara menembus pertahanan Arsenal adalah dengan lebih banyak menambah kecepatan, bukan operan di sepertiga akhir.
Ranieri memasukkan Ahmed Musa sehingga Musa, Vardy, dan Mahrez bisa memecah kebuntuan dengan kecepatan mereka karena baik Holding, Koscielny, maupun Coquelin bukan merupakan pemain yang pergerakannya cepat. Di saat yang bersamaan juga memanfaatkan Ulloa sebagai poacher.
Namun satu pelajaran bagi Ranieri adalah, ia terlambat menyadari hal ini. Ia baru sadar ketika memasukkan Musa pada menit ke-87. Satu tembakan on target Leicester pun berhasil dicetak pada menit ke-92.
Kesimpulan
Setelah sama-sama kalah di pekan pertama, kedua kesebelasan sebenarnya bisa menampilkan permainan yang lebih baik. Secara umum, hal-hal negatif di pekan pertama berhasil diatasi oleh Claudio Ranieri dan Arsene Wenger di pekan kedua ini.
Leicester lebih nyaman tidak menguasai bola dan sudah mulai bisa mendapatkan pengganti N'Golo Kante melalui Nampalys Mendy. Kalaupun Mendy cedera, masih ada Gokhan Inler yang entah kenapa jarang sekali diberi kesempatan bermain. Akhirnya The Foxes mampu memainkan ciri khas mereka melali bola panjang dan serangan balik.
Sementara lini belakang Arsenal yang kedodoran sudah bisa diperbaiki dengan kehadiran Laurent Koscielny dan Granit Xhaka.
Kedua manajer sama-sama mendapatkan pencerahan ketika Wenger sadar ia butuh target man yang bukan Alexis Sanchez (tapi Olivier Giroud) dan ketika Ranieri sadar ia lebih butuh kecepatan untuk menembus lini belakang yang solid melalui Ahmed Musa. Namun, pencerahan tersebut datang terlalu terlambat sehingga tidak banyak mengubah akhir pertandingan.
Mengingat status Leicester sebagai juara bertahan dan Arsenal sebagai runner-up musim lalu, pertandingan ini seharusnya menjadi pertandingan yang lebih menarik.
Ini juga yang membuat kami cenderung tidak ingin mengomentari wasit Mark Clattenburg yang bisa saja memberikan penalti kepada Leicester karena, ya, pada dasarnya pertandingan memang kurang bisa mencapai ekspektasi.
====
* Dianalisis oleh @panditfootball; Profil lihat di sini
(a2s/fem)



Gambar 1 β Susunan pemain Leicester City dan Arsenal
Gambar 2 β Grafis ball recovery Arsenal di babak pertama. Sumber: FourFourTwo Stats Zone
Gambar 3 β Grafis operan Leicester di babak pertama (kiri) dibandingkan di babak kedua (kanan). Sumber: FourFourTwo Stats Zone
Gambar 4 β Grafis ball recovery Leicester City di babak kedua. Sumber: FourFourTwo Stats Zone
Gambar 5 β Grafis umpan silang Arsenal (kiri) dan Leicester City (kanan). Sumber: Squawka
Gambar 6 β Sebanyak 11 peluang berhasil dicatatkan oleh Arsenal (merah) dan 6 peluang oleh Leicester City (biru), tetapi tidak satupn yang berasal dari umpan silang. Sumber: Squawka
Gambar 7 β Grafis permainan Laurent Koscielny dan Granit Xhaka. Sumber: FourFourTwo Stats Zone





