Kemenangan di Derby, Bukti Keunggulan Taktik Pep atas Mourinho
Foto: Reuters / Phil Noble
Kedua manajer melakukan beberapa perubahan pada skuatnya. Sergio Aguero yang terkena hukuman digantikan oleh Iheanacho, kiper baru Claudio Bravo juga langsung diberikan kesempatan debut.
Sedangkan Jose Mourinho menurunkan Jesse Lingard dan Henrikh Mkhitaryan untuk menggantikan Juan Mata dan Antony Martial di posisi sayap. Perubahan ini sepertinya dilakukan untuk mengekspolitasi sayap City sekaligus memanfaatkan kecepatan untuk serangan balik. Namun di lapangan hal ini gagal dilakukan.
Susunan awal pemain kedua kesebelasan. |
Perubahan Taktik Tak Terduga Guardiola
Seperti yang disebutkan di atas, ada dugaan diturunkannya Mkhitaryan dan Lingard adalah untuk menekan sayap Man City. Lalu, kenapa Mourinho melakukan hal ini, mengubah susunan terbaiknya yang menghasilkan empat kemenangan beruntun?
Hal ini dilakukan karena ada kecenderungan tertentu taktik Guardiola di beberapa laga terakhir. Kecenderungannya adalah menggeser full-back (bek sayap) ke tengah untuk menjadi poros ganda. Fernandinho sebagai gelandang bertahan kemudian turun sehingga City bertransformasi menjadi tiga bek saat bangun serangan.
Namun ternyata taktik seperti itu tidak digunakan oleh Guardiola. Ia sudah menyiapkan alternatif strategi lain. Kenapa kami berani bilang dipersiapkan, karena memang dieksekusi dengan baik di lapangan.
City memang masih bertransformasi menjadi tiga bek ketika membangun serangan, bek tengah juga masih melebar. Hanya saja peran Fernandinho yang turun telah digantikan oleh Bravo. Sang penjaga gawang menjadi sosok penting dalam usaha City untuk keluar dari tekanan lini depan MU.
Karena Fernandinho tidak turun maka full-back tidak perlu lagi untuk bergerak ke tengah. Kolarov dan Sagna bisa tetap berada di sisi lapangan untuk menjaga sayap-sayap MU. Strategi ini juga terbantu berkat penampilan baik John Stones dalam melakukan distribusi bola. Pemain asal Inggris ini tetap tenang dan tidak panik membuang bola bahkan ketika ditekan.
Tim tamu makin tenang dalam bermain terutama pada babak pertama karena tekanan yang dilakukan MU sangat buruk. Mourinho berkali-kali terlihat meminta para pemainnya untuk terus naik ke depan. Namun City masih bisa terus keluar dari tekanan dengan mudah, salah satunya karena kemampuan Bravo dalam mendistribusikan bola.
Justru dengan naiknya garis pertahanan MU yang dibarengi dengan pressing yang buruk, ini membawa petaka. De Bruyne berhasil memanfaatkan kesalahan Blind dalam antisipasi sundulan Iheanacho dari tengah lapangan. Kolarov sendiri dengan bebas mengirimkan umpan jauh padahal seharusnya Mkhitaryan melakukan pressing. Gol pertama kemudian tercipta dan membuat tuan rumah tertekan sehingga menjadi terburu-buru dalam menyerang.
Foto: Reuters / Phil Noble |
Yang tersaji pada babak pertama, City dengan mudahnya keluar dari tekanan yang dilancarkan lini depan MU. Pressing tuan rumah yang belum maksimal inilah yang membuka jalan bagi lini tengah City dalam berkreasi.
Padahal jika melihat menit-menit awal, Mourinho sepertinya menyiapkan timnya ini untuk menunggu, baru melakukan serangan balik. Bek MU uga mengalami dilema karena di depan City selalu bersiaga tiga pemain yang punya kecepatan. Iheanacho, Sterling, dan Nolito siap menerima umpan terobosan. Belum lagi waspada munculnya pemain dari lini kedua seperti Silva dan De Bruyne.
Iheanacho juga menjalankan perannya dengan baik sebagai false nine menggantikan Aguero. Pergerakannya memudahkan lini tengah City dalam keluar dari tekanan yang dilakukan MU di area tengah. Silva dan De Bruyne tampak leluasa menguasai lini tengah karena pergerakan Iheanacho yang mengganggu fokus penjagaan pemain yang harus dilakukan Paul Pogba dan Marouane Fellaini.
Saling Respons Taktik Babak Kedua
Mourinho langsung melakukan perubahan taktik pada babak kedua. Setelah turun minum ia langsung mengganti dua pemainnya sekaligus. Lingard dan Mkhitaryan ditarik keluar dan digantikan oleh Rashford dan Ander Herrera. Pergantian ini membuat MU bermain dengan pola 4-3-3 pada babak kedua.
Ibrahimovic di depan diapit oleh Rashford di kiri dan Rooney di kanan. Pogba dan Herrera menyokong di belakangnya,yang membuat MU tampil dengan formasi menyerang. Lalu apakah dengan formasi ini mereka berhasil?
Jika jawabannya adalah skor akhir, tentu tidak. Namun dari segi permainan jelas ada peningkatan yang ditunjukkan oleh "Setan Merah" di babak kedua.
Tiga penyerang di depan membuat tekanan ke lini belakang City lebih baik. Bravo juga dipaksa untuk melakukan umpan-umpan panjang ketimbang membagi bola ke bek di dekatnya. Akibatnya, kendali permainan mulai bisa dikuasai dan suplai bola City ke depan berkurang. Jika babak pertama tuan rumah hanya punya 34% penguasaan bola di babak kedua meningkat menjadi 45%.
Guardiola sepertinya sadar akan hal ini. Iheanacho yang mulai minim kontribusi karena tak ada suplai kemudian ditarik. Ia kemudian memilih memperkuat lini tengah dengan memasukkan Fernando. City bermain tanpa striker, sebagai gantinya De Bruyne diberikan kebebasan termasuk mengisi kotak penalti MU.
Foto: Reuters / Phil Noble |
Kondisi tersebut membuat City semakin kesulitan menciptakan peluang karena berkurangnya pemain di depan. Tapi siapa yang peduli karena timnya sudah dalam kondisi unggul. Usaha mempertahankan keunggulan ini justru semakin baik karena mereka kini punya dua gelandang yang fasih dalam bertahan.
Fenandinho dan Fernando sendiri amat jarang jadi rekan duet sebelumnya karena keduanya bertipikal sama, yakni bertahan. Biasanya salah satu dipilih untuk diduetkan dengan gelandang lain yang bisa membantu serangan seperti Yaya Toure.
Lagi-lagi saling respons taktik dilakukan, kali ini tentu oleh Mourinho. Mungkin di benaknya adalah berusaha cetak gol sebisa mungkin, sekarang atau tidak sama sekali. Secara mengejutkan ia menarik keluar Luke Shaw dan menggantinya dengan Martial. MU bermain dengan hanya tiga bek dan ada empat pemain bertipe penyerang di lapangan.
Di sinilah kecerdikan Guardiola terbukti. Walaupun MU punya empat penyerang sekaligus dan timnya bermain tanpa striker, lawan masih tetap gagal membobol gawang Bravo. Hal ini karena meski bertahan garis pertahanan City tetap tinggi. Sederhananya, empat penyerang tadi menjadi tidak berguna karena posisinya jauh dari gawang.
Akhirnya yang bisa dilakukan oleh MU adalah melakukan umpan-umpan jauh, menghujani kotak penalti City melalui bola-bola atas β dan hal itu mudah diantisipasi. Bahkan menjelang akhir pertandingan Guardiola memasukkan Zabaleta menggantikan De Bruyne.
Selain untuk mengulur-ulur waktu, dimasukkan bek membuat City semakin kokoh di belakang. Alhasil serangan MU tak lagi efektif karena bisa dihalau dengan mudah.
Foto: Action Images via Reuters / Carl Recine |
Kesimpulan
Guardiola menang dalam pertarungan melawan Mourinho. Selain dilihat dari skor pertandingan duel taktik yang terjadi di lapangan juga menunjukkan Pep masih superior. Bravo, terlepas dari blunder-blunder yang ia lakukan, berhasil mendistribusikan bola dengan baik, di mana ini menjadi skema terpenting Guardiola untuk keluar dari tekanan.
Pressing MU pun belum bisa dijalankan dengan baik oleh sejumlah pemain, khususnya Mkhitaryan dan Lingard. Karenanya tak heran kedua pemain dengan cepat diganti ketika tak bisa memerankan perannya dalam pressing dengan baik.
Dengan kemenangan di Derby Manchester ini, Pep delapan kali mengalahkan Mourinho dari total 17 pertemuan. Mourinho sendiri baru bisa menang sebanyak tiga kali.
Sebelum pertandingan, perencanaan taktik Pep juga terbukti masih unggul. Hal ini dibuktikan dengan langkah Mourinho yang langsung menarik dua pemainnya setelah turun minum. Padahal dua pemain tersebut adalah bagian dari rencana "kejutannya" karena tak bermain di posisi inti di laga-laga sebelumnya.
Begitu juga soal respons di lapangan sepanjang pertandingan. Terlihat bahwa apa yang dilakukan oleh Mourinho adalah bagian dari menanggapi taktik dari Pep Guardiola. Dengan kata lain, Pep selalu berada satu langkah lebih maju dari Mourinho.
(a2s/roz)



Susunan awal pemain kedua kesebelasan.
Foto: Reuters / Phil Noble
Foto: Reuters / Phil Noble
Foto: Action Images via Reuters / Carl Recine





