Arsenal Menang karena Lebih Mampu Beradaptasi secara Taktikal

Arsene Wenger menurunkan dua pemain debutannya semalam, Shkodran Mustafi sebagai bek tengah dan Lucas Perez sebagai ujung tombak. Alexis Sanchez yang pulang paling akhir dari jeda internasional di Amerika Selatan, memulai pertandingan dari bangku cadangan.
![]() |
Sementara Claude Puel, manajer Southampton, masih sama dengan tiga pertandingan sebelumnya, yaitu memainkan formasi 4-4-2 berlian. Semalam ia memainkan dua pemain sayap, Nathan Redmond dan Jay Rodriguez, sebagai ujung tombak. Selain itu, Ryan Bertrand juga sudah bisa diturukan kembali setelah sebelumnya cedera.
Debut yang Terlalu Terburu-buru
Hampir semua pendukung Arsenal menantikan debut Mustafi. Bek yang didatangkan dengan harga 35 juta poundsterling ini mendapatkan kesempatan tersebut, Wenger mencadangkan Robert Holding yang dinilai sedang tampil impresif.
Debut Mustafi diwarnai dengan tidak baik di awal laga ketika ia kehilangan bola saat sentuhan pertamanya. Namun setelahnya, bek Jerman berusia 24 tahun itu bisa tampil lebih tenang terutama saat menguasai bola.
Satu sorotan untuk Mustafi adalah ketika ia dinilai lambat bereaksi saat Redmond dilanggar dan menghasilkan tendangan bebas yang kemudian berujung gol bunuh diri Cech. Tapi terlepas dari groginya ia di awal laga dan sorotan tersebut, duetnya bersama Koscielny patut dinantikan lebih lanjut.
![]() |
Sementara itu, Lucas Perez yang juga melakukan debut, terlihat menjanjikan di awal laga dan beberapa kali mampu mencari ruang di wilayah pertahanan lawan. Penempatan posisinya beberapa kali mampu membuat situasi berbahaya dari bola panjang yang biasanya dilepaskan oleh Mustafi (meskipun beberapa juga gagal).
Tapi tidak hanya penempatan posisi yang akan membuat seorang penyerang produktif, karena pemain asal Spanyol ini terlihat kurang berkontribusi saat situasi umpan silang, di mana Arsenal melepaskan 27 umpan silang semalam dan hanya 7 yang berhasil.
Masuknya Olivier Giroud menggantikan Perez lah yang membuat serangan Arsenal terlihat lebih berbahaya. Empat umpan silang Arsenal berhasil dimanfaatkan menjadi peluang setelah Giroud masuk. Melihat tipikal permainannya, Perez lebih cocok diplot sebagai penyerang yang mengandalkan bola muntahan alih-alih sebagai target man.
Tadic Sebagai Pusat Permainan The Saints
Secara taktik, apa yang dilakukan Puel sebenarnya sangat menarik. Ia memainkan dua pemain sayapnya sebagai ujung tombak dalam formasi 4-4-2 berlian. Hal ini langsung direfleksikan dengan Redmond (sayap kanan) dan Rodriguez (sayap kiri) yang langsung bermain melebar saat membangun serangan sehingga membentuk formasi 4-3-3 false nine.
Saat bertahan, posisi Dusan Tadic adalah sebagai gelandang paling depan (gelandang serang). Tapi saat menyerang, sosok "nomor 9 palsu" diperankan oleh Tadic yang menjadi pusat permainan Southampton.
![]() |
Tidak heran, hampir semua operan Southampton yang menuju sepertiga lapangan terakhir mengarah ke sayap untuk kemudian dikembalikan ke tengah, kepada Tadic (lihat gambar 3).
Kebebasan yang ia dapatkan pada taktik Puel ini bisa memaksimalkan pemain asal Serbia ini melalui kecerdasannya dalam mengambil posisi dan melepaskan tembakan maupun operan dengan kaki kirinya tersebut.
Gol The Saints dicetak berasal dari sebuah sepakan tendangan bebas darinya yang mebentur tiang dan mengenai punggung Cech, sehingga menghasilkan gol bunuh diri.
Permainan Sayap yang Tidak Efektif
Tidak seperti yang dibayangkan, hal menarik dari taktik Puel tersebut hanya berbuah manis pada Tadic saja. Tidak bagi Rodriguez, Redmond, maupun Shane Long yang masuk menggantikan Rodriguez di awal babak kedua.
Masih dari gambar 3, kita bisa melihat banyak juga umpan sepertiga akhir Southampton yang tidak mencapai sasaran. Tidak heran juga mereka menyikapi kebuntuan tersebut dengan cara klasik: umpan silang.
Sebanyak 16 umpan silang dilepaskan Southampton, namun hanya 4 yang berhasil. Ini sangat menunjukkan Southampton merindukan sosok target man yang sebelumnya ada pada diri Graziano Pelle yang sudah pindah ke Tiongkok. Padahal di bangku cadangan masih ada Charlie Austin, tapi entah kenapa Puel tidak menurunkannya.
Southampton yang kekeuh dengan taktiknya ini pada akhirnya tidak bisa memecah kebuntuan. Puel butuh alternatif.
![]() |
Menyeberang ke kubu tuan rumah, permainan sayap Arsenal juga sama-sama tidak maksimal. Dari 18 percobaan dribel yang dilakukan oleh Arsenal, hanya 3 saja yang sukses yang terjadi di wilayah sayap pertahanan lawan.
Semua Berubah karena Sanchez Masuk
Jika permainan sayap Southampton mengalami kebuntuan dan tidak mengalami perbaikan sampai akhir laga, hal berbeda berlaku untuk Arsenal. Masuknya Alexis Sanchez di menit ke-62 mengubah segalanya.
![]() |
Serangan Arsenal jadi terpusat di kiri, seperti yang bisa dilihat pada gambar 5 bagian kiri. Di sisi kiri inilah sisi di mana Alexis bermain. Memang tidak seperti tiga pertandingan Arsenal sebelumnya ketika Alexis bermain sebagai ujung tombak, bermainnya pemain asal Cile ini di kiri lebih bisa memaksimalkan permainannya.
Selain Alexis, masuknya Giroud juga banyak mengubah penyerangan Arsenal. The Gunners yang memiliki target man pada diri Giroud, pemain kreatif pada diri Mesut Oezil, dan pemain pembuat perubahan pada diri Alexis Sanchez, membuat serangan Arsenal lebih berbahaya di akhir laga.
Santiago Cazorla menjadi pemain yang mendapatkan manfaat langsung dari membaiknya penyerangan Arsenal ini. Ia mampu mendikte permainan dari posisi yang lebih dalam. Ia berhasil mencetak 94% akurasi operan, empat buah dribel, tiga intersep, dan empat peluang, termasuk satu sepakan penaltinya di akhir pertandingan.
Perubahan Wenger ini terbukti menjadi keputusan yang jitu, meskipun Arsenal hanya berhasil mencetak gol kemenangan dari titik putih. Sebuah keputusan penalti yang memang patut diperdebatkan konsistensinya (karena di pertandingan lain, kejadian serupa belum tentu menghasilkan penalti). Tapi setidaknya Arsenal sudah tampil baik dan mampu beradaptasi secara taktikal, tidak seperti Southampton dan Puel tadi malam.
(a2s/mfi)