Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Champions: Brugge 0-3 Leicester

    Kesalahan Club Brugge di Balik Kemenangan Perdana Leicester di Liga Champions

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Foto: Getty Images Sport/Dean Mouhtaropoulos Foto: Getty Images Sport/Dean Mouhtaropoulos
    Jakarta - Kesalahan dalam sebuah pertandingan penting akan berbuah hal yang fatal. Itulah yang dialami oleh Club Brugge dalam matchday 1 Liga Champions Eropa 2016/2017. Berbagai kesalahan yang kerap mereka lakukan di lini pertahanan akhirnya membuat mereka kalah oleh Leicester City dengan skor 0-3.

    Kemenangan ini, bagi Leicester, adalah kemenangan perdana mereka dalam ajang Liga Champions Eropa. Dua gol dari Riyad Mahrez dan satu gol dari Marc Albrighton membuat Leicester pulang ke Inggris membawa poin penuh, sekaligus mencatatkan start yang baik dalam Liga Champions Eropa 2016/2017 ini.



    Ada beberapa faktor yang membuat Leicester mampu meraih kemenangan perdananya dalam laga Liga Champions Eropa, selain tentunya kesalahan pertahanan dari Club Brugge itu sendiri.

    Apa Saja Kesalahan yang Dilakukan Pertahanan Club Brugge?

    Dalam pertandingan ini, Brugge sebenarnya memulai pertandingan dengan baik. Sadar bahwa Leicester adalah tim yang kuat dalam bertahan dan kerap mengandalkan serangan balik, pada awal-awal pertandingan, sekira sampai menit ke-4 mereka membiarkan Leicester menguasai bola dan para pemain Club Brugge memperketat pertahanannya sendiri.

    Hal ini sempat membuat Leicester kerepotan, dan sulit untuk melakukan serangan. Sampai akhirnya, Brugge melakukan sebuah kesalahan elementer pada menit ke-6. Kesalahan komunikasi antara kiper Brugge, Ludovic Butelle dengan pemain tengah Brugge, Hans Vanaken, membuat bola malah mengalir ke arah Marc Albrighton. Pemain yang pernah membela Aston Villa ini pun tidak kesulitan untuk mencetak gol, karena ia bebas akibat dari Ricardo van Rhijn yang gagal mengawal pemain ini.

    Itu baru kesalahan pertama Brugge. Kesalahan kedua adalah awal mula dari terjadinya gol kedua. Komunikasi yang buruk di area sepertiga lapangan akhir Brugge membuat Vardy, yang memiliki ruang yang bebas di sisi kiri pertahanan Brugge (juga karena Vardy memiliki kecepatan), hampir saja mencocor bola hasil dari umpan tanggung Stefano Denswil. Timmy Simmons berhasil mengalau Vardy, namun halauannya berbuah pelanggaran yang melahirkan tendangan bebas.

    Tendangan bebas ini berhasil dieksekusi dengan baik oleh Riyad Mahrez. Dua gol Leicester unggul pada babak pertama.



    Gambar 1 – Situasi yang melahirkan free-kick Mahrez pada menit ke-30. Vardy yang memiliki kecepatan yang baik mampu memanfaatkan misspass dari Denswil

    Kesalahan ketiga adalah kesalahan dari sang kapten yang berujung kepada gol ketiga yang dicetak oleh Riyad Mahrez lewat titik penalti. Back pass yang ia lakukan berhasil dipotong oleh Jamie Vardy. Melawan dua bek Brugge (Benoit Puloin dan Stefano Denswil), Vardy menang dan saat berhadapan satu lawan satu dengan Butelle, ia dijatuhkan. Wasit menunjuk titik putih dan akhirnya gol pun terjadi.

    Tiga kesalahan dasar ini membuat Brugge kalah dari Leicester. Dalam pertandingan sekelas Liga Champions, kesalahan memang harus sebisa mungkin diminimalisir.

    Pertahanan Lima Bek Leicester Sulitkan Brugge

    Usai kebobolan gol pertama, Brugge yang pada awalnya bermain lebih menunggu berganti menjadi mengambil inisiatif serangan, dan hal ini terus berlangsung sampai akhir pertandingan. Ball possession berada dalam kuasa mereka dengan persentase 62% berbanding 38% milik The Foxes.

    Tapi, justru inilah yang menjadi keunggulan dari Leicester. Meski banyak menguasai bola, dan mencatatkan sentuhan dengan bola lebih banyak (765 berbanding 536), Brugge sulit untuk mencetak tembakan mengarah ke gawang. Di sisi lain, Leicester yang mulai mengandalkan serangan balik malah mencetak lebih banyak tendangan mengarah ke gawang (tujuh berbanding dua milik Brugge).

    Sulitnya Brugge masuk ke dalam kotak penalti Leicester dan mencetak tembakan ke gawang adalah karena Leicester menerapkan pertahanan lima pemain, dengan Marc Albrighton yang kerap turun ke bawah untuk membantu pertahanan, dan Fuchs yang merapat ke tengah bersama Morgan dan Huth untuk mengamankan area kotak penalti.



    Gambar 2 – Bentuk pertahanan lima orang Leicester City. Sumber: sharemytactics.com

    Bukan hanya Albrighton, Daniel Amartey pun sering kali turun membentuk pertahanan lima pemain ketika Albrighton maju menyerang. Ia akan turun ke wilayah tengah pertahanan bersama Morgan dan Huth, mengamankan kotak penalti, dan Fuchs melebar ke kiri mengisi posisi Marc Albrighton.



    Gambar 3 – Model pertahanan lima pemain jika Amartey mundur ke belakang. Sumber: sharemytactics.com

    Dengan mode pertahanan seperti ini, Brugge begitu sulit menembus pertahanan Leicester. Apalagi mereka menyerang dengan hanya mengandalkan kecepatan dari Abdoulaye Diaby dan Jose Izqueirdo. Mereka menjadi semakin sulit untuk berkreasi karena minimnya suplai bola dari Ruud Vormer dan Tomas Pina, yang bermain lebih terkonsentrasi di tengah dan umpan-umpan mereka pun lebih banyak dilepaskan ke samping ataupun ke belakang.





    Gambar 4 – Grafis dari Vormer dan Pina. Kebanyakan umpan dilepas ke samping dan belakang. Sumber: Stats Zone FourFourTwo

    Mahrez dan Albrighton Kunci Penyerangan Leicester

    Selain dari gol-gol yang mereka cetak, Albrighton dan Mahrez adalah dua sosok yang menjadi kunci penyerangan Leicester. Memang distribusi bola lebih banyak dilakukan oleh Drinkwater yang berperan sebagai gelandang box-to-box. Tapi, dengan adanya Mahrez dan Albrighton di sayap, serangan Leicester menjadi lebih mengalir.

    Tercatat, dua pemain ini adalah pemain yang cukup sering berpartisipasi dalam serangan. Mahrez mencetak tiga tembakan ke gawang (dua mengarah ke gawang dan berbuah gol, serta satu lagi off target), satu umpan kunci, dan satu dribel sukses. Albrighton mencetak satu tembakan yang berbuah gol, dan empat umpan kunci (terbanyak di antara para pemain Leicester).

    Bahkan, pada babak kedua, dua pemain ini melakukan pertukaran posisi yang membuat pemain bertahan Brugge sedikit kebingungan mengawal dua pemain ini.

    Kesimpulan

    Leicester City tetap mampu bertarung dengan ciri khas mereka sekaligus mampu meminimalisir kesalahan di dalam lapangan. Keberhasilan Leicester memenangkan pertandingan pun karena banyaknya kesalahan elementer yang dilakukan oleh Club Brugge, yang mampu dimanfaatkan oleh Leicester untuk mencetak gol.

    Skema pertahanan yang diterapkan Claudio Ranieri pun menjadi kunci mengapa Brugge yang cukup menguasai jalannya pertandingan tak mampu menembus pertahanan Leicester. Dengan beberapa pola dalam memaikan skema lima bek, Brugge menghadapi tembok yang sulit dihancurkan sehinggal gol tak mampu berhasil mereka cetak.

    ====

    *dianalisis oleh @panditfootball, profil lihat di sini.

    (roz/roz)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game