Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Spanyol: Barcelona 1-1 Atletico

    Kunci Atletico Imbangi Barca: Kepadatan Lini Tengah

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Foto: Getty Images Sport/David Ramos Foto: Getty Images Sport/David Ramos
    Jakarta - Atletico Madrid berhasil mencuri poin di Stadion Camp Nou pada pekan ke-5 La Liga Spanyol 2016/2017, Kamis (22/9) dini hari WIB. Kendati berhasil mengimbangi Barcelona, namun hasil tersebut memperpanjang rekor belum pernah menang di Camp Nou selama 10 tahun terakhir.

    Atletico sendiri hampir kalah pada pertandingan ini. Sebab mereka tertinggal terlebih dahulu melalui gol yang dicetak Ivan Rakitic pada menit ke-41 setelah menyelesaikan umpan Andres Iniesta. Kemudian gol balasan Atletico yang dicetak oleh Angel Correa pada menit ke-61 terjadi karena memanfaatkan kelengahan Gerard Pique dan Javier Mascherano.

    Barcelona sendiri menguasai pertandingan ini. Mereka memenangi penguasaan bola sebesar 63% dan melepaskan percobaan tendangan 19 kali. Hal tersebut terjadi karena Atletico bermain bertahan dan mengandalkan serangan balik pada laga ini. Maka dari itu Atletico cuma melepaskan 9 kali percobaan tendangan. Gabi dkk. tidak terlalu menunjukkan tekanan kepada penguasaan bola lawan seperti biasanya. Padahal Atletico turun dengan kekuatan penuh.

    Seluruh pemain andalan Atletico bisa diturunkan pada laga ini. Hanya saja mereka memainkan formasi yang berbeda daripada pertandingan biasanya. Kali ini Diego Simeone selaku Pelatih Atletico menerapkan formasi 4-2-3-1 kepada kesebelasannya, yang biasa bermain dengan formasi 4-4-2. Tapi, Atletico kembali menggunakan formasi 4-4-2 sejak Fernando Torres masuk menggantikan Saul Niguez pada menit ke-60.

    Sementara Barcelona tetap memainkan formasi 4-3-3 tanpa adanya Samuel Umtiti di lini belakang karena cedera. Luis Enrique selaku pelatih Barcelona memilih memainkan Sergi Roberto sebagai full-back kanan ketimbang Aleix Vidal. Barcelona juga hanya menggunakan dua kali pergantian pemain pada laga ini.



    Atletico Menumpuk Pemainnya di Tengah

    Perubahan formasi Atletico dari 4-4-2 ke 4-2-3-1 dimaksudkan untuk meredam para gelandang Barcelona. Melalui formasi itu juga, tekanan yang diberikan kepada penguasaan bola lawan sedikit berbeda.

    Kali ini Atletico membiarkan Kevin Gameiro yang beredar mengganggu penguasaan bola di lini belakang lawan. Sementara tiga gelandang serangnya ikut membantu pertahanan di lini tengah. Koke turun ke bawah membantu Saul Niguez dan Gabi di lini tengah, membentuk segitiga pertahanan di depan kotak penalti, dan bisa menjadi segi lima jika Yannick Carrasco dan Antoine Griezmann ikut merapat ke tengah.

    Sistem itulah yang membuat Iniesta dan Rakitic terkunci di depan kotak penalti. Koke yang turun ke bawah juga tidak lupa melakukan tugasnya untuk mengganggu penguasaan Sergio Busquets sebagai gelandang bertahan Barcelona.

    Perbedaan gaya bertahan pun ditunjukkan mereka. Jika Gameiro lebih agresif ketika memberikan tekanan dengan mencoba merebut bola secara langsung, pemain lainnya lebih sabar untuk mengatasi penguasaan bola Barcelona. Tekanan secara agresif dilakukan pemain tengah Atletico ketika tertinggal gol terlebih dahulu.



    Grafis rata-rata posisi pemain Barcelona (kiri) dan Atletico Madrid (kanan) ketika pertandingan berlangsung. Grafis: whoscored.

    Taktik itu cukup berhasil membuat lini tengah Barcelona tidak terlalu atraktif. Atletico semakin menguasai lini tengah ketika Barcelona lebih sering memaksimalkan umpan-umpan daerah. Aliran bola seperti itu mulai berlaku ketika Lionel Messi ditarik keluar pada menit ke-59 karena cedera. Jarak antara pemain Barcelona mulai menjauh untuk memaksimalkan umpan-umpan daerah tersebut.

    Barcelona Kesulitan Menembus Kotak Penalti Atletico

    Barcelona mencoba cara lain untuk mengakali penumpukan pemain di lini tengah Atletico. Enrique menginstruksikan agar bangunan serangan ke lini tengah secara langsung bisa dikurangi.

    Barcelona lebih memilih mengawali serangan dari lini belakang, dialirkan kepada full-back kiri atau kanan, atau melepaskan umpan jauh ke sisi pertahanan Atletico, tempat kedua winger Barcelona berada. Penguasaan bola di lini belakang bisa dilakukan Barcelona karena cuma mendapatkan tekanan dari Gameiro seorang.

    Tapi, upaya itu masih belum cukup berhasil untuk menembus kotak penalti Atletico. Sebab kedua full-back Atletico cenderung lebih bertahan pada laga ini. Barcelona sendiri mengarahkan umpan jauh ke sisi pertahanan karena dua full-back Atletico bermain lebih rapat ke tengah.

    Juanfran di sebelah kanan lebih rapat kepada Stefan Savic dan Filipe Luis mendekati Diego Godin. Tapi, ketika aliran bola Barcelona sudah mencapai sisi pertahanan Atletico, Juanfran dan Filipe Luis bergerak melebar membayangi penguasaan bola sayap Barcelona. Apalagi kedua full-back Atletico dibantu kedua winger yang turun ikut bertahan.



    Juanfran dan Filipe Luis pun sabar untuk merebut bola dari kaki pemain Barcelona. Mereka memaksa pemain Barcelona untuk melakukan dribel menuju area kotak penalti namun sulit menembus kesabaran aksi bertahan dua full-back Atletico itu. Alhasil bola lebih sering dikembalikan ke tengah, tepatnya ke luar kotak penalti. Namun, upaya itu masih belum bisa dimaksimalkan rekan-rekannya di sana. Sebab, perlahan pemain tengah Atletico turun ke luar kotak penalti.

    Jika pun lolos, Barcelona kesulitan menghadapi duet bek tengah Atletico, Godin dan Savic. Keduanya sabar merebut bola dari kaki lawan dan dribel yang dilakukan bisa diblokade. Maka Barcelona tetap kesulitan untuk masuk ke dalam kotak penalti, sehingga percobaan tendangan di luar kotak penalti lebih sering dilakukan.

    Serangan sayap Barcelona semakin buntu ketika Atletico mengubah formasinya menjadi 4-4-2. Kecenderungan serangan Barcelona dari sayap kiri disulitkan Thomas Partey yang kemudian masuk menempati winger kanan. Thomas menjadi anjing penjaga antara Alba dan Neymar, sehingga memudahkan tugas bertahan Juanfran. Apalagi Thomas tidak diinstruksikan agresif membantu serangan Atletico pada laga tersebut. Alhasil, Barcelona pun kesulitan untuk mengembalikan keunggulan.



    Grafis operan bola Barcelona di sepertiga akhir pertahanan Atletico Madrid. Terlihat bahwa Barcelona kesulitan mengalirkan bola ke dalam kotak penalti Atletico. Sumber: FourFourTwo Stats Zone.

    Efektivitas Rotasi Lini Depan Barcelona Bersifat Temporer

    Buntunya lini tengah Barcelona membuat Enrique memberi tugas lain kepada Messi, Rakitic, dan Luis Suarez. Messi diinstruksikan agar bermain turun ke bawah, agar menjadi penyuplai bola ke kotak penalti. Selain itu, intruksi tersebut agar Messi memberikan ruang bagi Suarez dan Rakitic.

    Suarez bergerak lebih ke tengah dan supaya Rakitic maju ke dalam kotak penalti atas ruang yang diciptakan Suarez. Hasilnya, Rakitic bisa melepaskan tiga kali percobaan tendangan dan satu di antaranya menjadi gol untuk Barcelona.

    Tapi risiko tugas itu menjadi penyebab cedera Messi karena pergerakannya di luar kotak penalti yang harus senantiasa menghadapi tekanan Atletico yang menumpuk para pemainnya di lini tengah.

    Apalagi pemain Atletico menjadi lebih agresif melakukan tekanan ketika tertinggal satu gol, membuat tekel-tekel langsung lebih sering dilakukan, mengabaikan kesabaran mereka ketika merebut bola dari lawan. Alhasil Messi pun menjadi korban dari upaya tekel yang dilakukan Godin dan Gabi. Messi kemudian digantikan oleh Arda Turan pada menit ke-59 karena cedera.



    Grafis tekel Atletico Madrid. Sumber: Squawka.

    Ditariknya Messi membuat kreativitas serangan Barcelona berkurang. Suplai bola dari lini tengah semakin hilang. Jarak antara pemain Barcelona lebih melebar karena lebih mengandalkan umpan-umpan daerah. Sementara Neymar, Suarez, dan Arda lebih sering berada di areanya masing-masing. Tidak ada lagi pergerakan yang saling membuka ruang untuk rekan-rekannya di lini depan. Rakitic pun kembali kepada kebuntuannya di lini tengah.

    Upaya Enrique untuk menghidupkan lini tengah dengan memasukan Andre Gomes pun tidak terlalu terasa karena alih-alih menyerang, Gomes lebih banyak mengantisipasi serangan balik Atletico.

    Sejak tertinggal, lini tengah Barcelona hanya mengandalkan kesalahan Atletico yang sering kehilangan bola di daerahnya sendiri. Itu bisa terjadi karena Atletico sering terburu-buru melepaskan umpan sejak kebobolan. Dan kesalahan itu masih terjadi ketika skor sudah sama kuat 1-1.

    Pertahanan Atletico Madrid Tidak Berimbang dengan Serangan

    Dengan masuknya Torres dan gol penyama kedudukan yang dicetak Correa, tidak membuat Atletico semakin ganas melancarkan serangan balik. Seyogyanya, masuknya Torres yang menjadikan Atletico bermain dengan dua penyerang, bisa meningkatkan agresivitas serangan balik.

    Kendalanya, serangan Atletico sudah dibiarkan begitu saja sejak pertandingan dimulai. Para pemain depan Atletico lebih berusaha sendiri-sendiri untuk menembus pertahanan Barcelona.

    Hal itu terjadi karena lini depan Atletico kekurangan dukungan dari lini tengah. Dalam hal ini bukan soal berapa banyak umpan yang diberikan dari lini tengah ke lini depan, melainkan lini depan Atletico tidak diimbangi dengan transisi menyerang para gelandangnya.

    Kecenderungan serangan Atletico diarahkan ke Carrasco di sayap kiri, mengingat Sergi Roberto (full-back kanan Barcelona) agresif membantu serangan. Tapi sejak ekploitasi-ekploitasi yang berhasil dilakukan Carrasco, Sergi Roberto mulai mengurangi aktivitas menyerangnya.

    Sementara Carrasco lebih sering mengandalkan kecepatan dan aksi dribelnya ketika mendapatkan bola. Bukan berarti Carrasco egois, melainkan jarang ada gelandang yang datang menyokongnya di sepertiga akhir pertahanan Barcelona. Faktor itu membuat Carrasco lebih sering melakukan cut-inside dan melepaskan tendangan dari luar kotak penalti.

    Sebab ketika melakukan cut-inside, ia harus berhadapan dengan duet Pique dan Mascherano. Duet bek tengah Barcelona itu pun bermain tenang pada laga ini, tidak terburu-buru merebut bola untuk memblokade skill individu lawan.

    Sementara mustahil bagi Carrasco untuk mengembalikan bola ke belakang. Selain jarang adanya gelandang yang naik ke depan, Sergio pun mengawalnya dari belakang. Untuk memberikan bola kepada Gameiro di depannya pun agak sulit karena rekannya itu tidak lepas dari kawalan bek Barcelona.

    Nasib Carrasco itu juga berlaku ketika Gameiro atau Griezmann menguasai bola di sepertiga akhir pertahanan Barcelona. Gol Correa pun bisa terjadi karena kesalahan individual yang dilakukan Pique dan Mascherano ketika menghadapi situasi bola mati.



    Grafis operan bola Atletico di sepertiga sepertiga akhir pertahanan Barcelona. Sumber: FourFourTwo Stats Zone.

    Kesimpulan

    Perubahan formasi dan permainan Atletico dari laga-laga biasanya menjadi kunci mengimbangi permainan Barcelona. Berbeda dengan tuan rumah yang relatif tidak ada perubahan taktik. Hanya perubahan positioning saja yang dilakukan di lini depan dan hal ini sudah dilakukan sejak dua musim ke belakang.

    Lini depan Atletico sendiri terlalu banyak melakukan dribel karena mendapatkan situasi sulit untuk mengalirkan bola. Hal itulah yang membuat Atletico terlihat kendor kendati berhasil menyamakan kedudukan.

    Namun, hasil ini tetap bisa dirasakan sebagai hasil yang positif bagi Atletico karena berhasil mengimbangi Barcelona sebagai tuan rumah. Sementara untuk barcelona, hasil imbang mungkin terasa biasa saja, tapi kehilangan Lionel Messi selama setidaknya tiga pekan karena cedera pangkal pahalah yang bisa membuat mereka kesulitan ke depannya.

    ====

    *dianalisis oleh @panditfootball, profil lihat di sini.

    (roz/din)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game