Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Champions: Borussia Dortmund 2-2 Real Madrid

    Madrid Tak Punya Gelandang Bertahan, Dortmund Leluasa Kuasai Pertandingan

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Foto: Reuters Foto: Reuters
    Jakarta - Imbang 2-2 jadi hasil akhir pertemuan Borussia Dortmund dan Real Madrid di Signal-Iduna Park. Tuan rumah sempat ketinggalan dua kali, melalui gol Cristiano Ronaldo (menit ke-17) dan Raphael Varane (menit ke-68), namun mereka selalu mampu membalasnya lewat gol dari Pierre-Emerick Aubameyang (menit ke-43) dan André Schürrle (menit ke-87).


    Gambar 1 – Susunan pemain Borussia Dortmund dan Real Madrid


    Aubameyang yang sempat diragukan tampil akhirnya mampu mengisi susunan sebelas pemain utama pasukan Thomas Tuchel. Begitu juga Andre Schurrle yang duduk di bangku cadangan.

    Sementara manajer Real Madrid, Zinedine Zidane, harus kehilangan gelandang bertahan Casemiro yang posisinya digantikan oleh Toni Kross. Absennya bek kiri andalan mereka, Marcelo, juga membuat Danilo diplot sebagai bek sayap kiri meskipun Fábio Coentrão ada di bangku cadangan.

    Real Madrid Menekan dan Bertahan dengan Buruk

    Dengan absennya Casemiro, Zidane dengan mengejutkannya memasang James Rodríguez alih-alih Mateo Kovačić (yang kami anggap sebagai pilihan yang lebih baik) sebagai gelandang yang menekan di lini tengah Real Madrid.

    Hal ini membuat Los Blancos membentuk formasi 4-4-2 ketika bertahan karena James membantu Karim Benzema menekan ke depan, sementara Ronaldo dan Gareth Bale bergerak statis di posisi sayap, menunggu untuk serangan balik.

    Bentuk ketika bertahan ini ternyata membuat banyaknya lubang di lini tengah Real Madrid yang bisa dieksploitasi oleh Dortmund. Bahkan ketika James turun ke posisi yang lebih dalam, ia juga tidak banyak bisa berbuat banyak untuk menutup ruang yang terbuka tersebut.

    Real Madrid sebenarnya mencoba menekan Dortmund di posisi yang lebih tinggi. Tapi dengan hanya dua pemain saja yang menekan, biasanya di daerah sayap, dan tanpa adanya dukungan pressing dari rekan-rekannya yang lain, Dortmund selalu bisa keluar dari tekanan dengan mengoper ke tengah untuk kemudian mengoper lagi ke sisi sayap yang berseberangan, di mana tidak ada tekanan di sana.


    Gambar 2 – Grafis ball recovery Real Madrid (kiri) dan Borussia Dortmund (kanan) – sumber: FourFourTwo Stats Zone


    Dortmund bisa mengambil keuntungan dari cara menekan Real Madrid ini dan pada akhirnya bisa memanfaatkan ruang di belakang para gelandang Madrid, atau di depan para pemain bertahan Los Blancos. Mario Götze berkali-kali berhasil mendapatkan bola pada posisi di belakang Luka Modric dan Kroos.

    Maka dari itu, tekanan Madrid yang paling banyak menghasilkan bola yang terebut, bisa kita lihat pada gambar 2 sebelah kiri, yaitu saat para pemain Dortmund memasuki sepertiga lapangan penyerangan mereka.

    Ini juga yang menjadi alasan kenapa Sergio Ramos dan Varane sering meninggalkan pos mereka sebagai bek tengah untuk merebut bola ke depan, dan juga banyaknya aksi bertahan Real Madrid yang terjadi di sekitar kotak penalti mereka (gambar 3).


    Gambar 3 – Grafis seluruh aksi bertahan Real Madrid – sumber: FourFourTwo Stats Zone


    Gaya menekan yang buruk ini membuat Real Madrid kesulitan sepanjang pertandingan. Pelanggaran yang menghasilkan tendangan bebas - yang mengawali proses terjadinya gol Aubameyang - tercipta melalui kejadian yang dijelaskan di atas. Dari musim lalu, Zidane memang belum bisa memecahkan masalah Real Madrid yang satu ini.

    Absennya Casemiro Membuat Dortmund Leluasa di Wilayah Tengah Madrid

    Dari penjelasan di atas, kita sudah mengetahui masalah Real Madrid yang berkali-kali bisa dieksploitasi oleh Dortmund. Para gelandang Madrid hampir tidak pernah memiliki pengambilan posisi yang pas (dalam artian tidak terlalu jauh, tapi tidak terlalu dekat juga) dengan para bek mereka.

    Tidak ada satupun dari trio Modric, Kroos, dan James yang bisa bertanggung jawab secara defensif untuk menutup ruang yang terbuka di belakang mereka.


    Gambar 4 – Grafis perbandingan operan lini tengah Real Madrid (kiri) dan Borussia Dortmund (kanan) – sumber: FourFourTwo Stats Zone


    Dari gambar 4 yang menunjukkan operan di sepertiga wilayah tengah (middle third), kita bisa melihat Dortmund (kanan) yang berkali-kali bisa mengoper menuju wilayah tengah, bukan hanya sayap, Real Madrid. Posisi tersebut adalah tempat di mana Modric, Kroos, dan James bermain.

    Sementara Madrid sebaliknya, mereka tidak mampu banyak mengoper menuju wilayah tengah. Alhasil, operan build up penyerangan mereka hampir pasti menuju ke sayap.Salah satu penyebab leluasanya Dortmund ini adalah tentunya absennya Casemiro yang merupakan (satu-satunya) gelandang bertahan alami yang dimiliki oleh Real Madrid.

    Julian Weigl yang Menjadi Kunci Permainan Dortmund

    Semalam Dortmund benar-benar mendominasi Madrid melalui operan-operan cepat dan pergerakan yang efektif dari seluruh pemainnya. Mereka berhasil menguasai permainan dengan 60% penguasaan bola, 89% operan sukses berbanding 83% milik Real Madrid, dan 10 tembakan tepat sasaran (dari 20 percobaan) berbanding 4 (dari 13) milik Real Madrid.

    Melihat permainan Dortmund, ada satu sosok pemain yang menjadi kunci. Julian Weigl yang diletakkan di jantung permainan dalam formasi 4-1-4-1, yaitu di depan back four dan di belakang keempat gelandang, menjadi nyawa utama Dortmund dini hari tadi.

    Berkali-kali ia mampu memecahkan blok defensif Real Madrid dan dengan cepatnya melakukan sirkulasi penguasaan bola dari sisi lapangan ke sisi lapangan seberangnya (gambar 5). Bahkan jika ia mendapatkan ruang untuk melakukan penetrasi, ia juga meluncurkan operan ke depan untuk memaksa Real Madrid melakukan transisi ke bertahan, yang mana masa transisi ke bertahan ini merupakan kelemahan utama pasukan Zidane.


    Gambar 5 – Grafis permainan Julain Weigl – sumber: FourFourTwo Stats Zone


    Untuk memaksimalkan Weigl, Tuchel menginstruksikan Gonzalo Castro dan Raphaël Guerreiro agar bergerak menuju ruang di belakang para gelandang Madrid. Ini membuat mereka berdua mampu mengkreasikan kombinasi operan yang mematikan di depan kotak penalti Real Madrid.

    Kemudian bukan hanya kemampuan mengoper Weigl yang menjadi kunci, pengambilan posisinya yang lebih sering lebih ke dalam juga sangat membantu. Hal ini membuat rekan-rekannya di depan tidak perlu khawatir dan bisa menyerang dengan lebih percaya diri.

    Permainan cemerlang Weigl adalah yang tidak dimiliki oleh Madrid, di mana mereka kehilangan Casemiro. Zidane pasti sadar jika memiliki pemain yang tepat untuk diletakkan di depan para bek, yaitu gelandang bertahan, adalah kunci sukses sebuah kesebelasan dalam bebrbagai transisi pada pertandingan.

    Real Madrid Mengandalkan Bola Panjang dan Serangan Balik

    Dengan kebuntuan pada saat build up serangan, Real Madrid mencoba memecahnya dengan melakukan upaya melalui operan panjang. Sebanyak 28 dari 46 operan panjang mereka berhasil mencapai sasaran (gambar 6 sebelah kiri).


    Gambar 6 – Grafis bola panjang (kiri) dan operan sepertiga lapangan penyerangan (kanan) yang dicatatkan oleh Real Madrid – sumber: FourFourTwo Stats Zone


    Begitupun dengan operan di wilayah sepertiga penyerangan mereka (gambar 6 sebelah kanan) yang banyak melalui bola panjang juga.

    Kemudian dengan terus menekannya Dortmund untuk memaksa bola lebih banyak dimainkan di wilayah Real Madrid, hal ini yang membuat Madrid tidak memiliki pilihan lain kecuali dengan serangan balik. Los Blancos beberapa kali berposisi lebih ke dalam karena hal ini.

    Dortmund mengantisipasi bola panjang dan serangan balik Madrid dengan memainkan garis pertahanan yang tinggi. Hal ini tidak selalu berhasil membuat Madrid tidak berbahaya, penyebabnya tentu adalah kehadiran Ronaldo.

    Pemain asal Portugal ini mampu melakukan pergerakan tanpa bola yang baik, di mana ia mengambil posisi yang dalam di wilayahnya sendiri untuk membantu menekan Dortmund, sebelum kemudian berlari ke depan menerima operan serangan balik dari rekan-rekannya.


    Gambar 7 – Grafis perbandingan operan sepertiga lapangan penyerangan Borussia Dortmund di babak pertama (kiri) dan di babak kedua (kanan) – sumber: FourFourTwo Stats Zone


    Ketika hal ini terjadi, garis pertahanan tinggi Tuchel mampu diekspos oleh Madrid. Hal ini berikutnya memaksa Dortmund menurunkan tempo di babak kedua, angka penguasaan bola dan akurasi operan Dortmund-pun turun di babak kedua (gambar 7).

    Cara bermain Dortmund yang lebih berhati-hati di babak kedua inilah yang membuat Madrid justru berbahaya. Madrid jadi bisa lebih menyerang dan menghasilkan gol Varane. Hanya, sayang untuk Madrid, mereka lengah menjelang akhir laga di mana mereka kebobolan di menit ke-87. (din/raw)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game