Liga Italia: AS Roma 2-1 Inter Milan
Padatnya Pertahanan Roma Sulitkan Inter Cetak Gol
Foto: REUTERS/Max Rossi
Inter sendiri baru sanggup menyamakan kedudukan melalui gol Ever Banega pada menit ke-71. Namun, skor imbang itu tidak bertahan lama. Empat menit kemudian, Roma berhasil kembali membalikkan keadaan melalui sundulan Kostas Manolas setelah mendapatkan umpan dari eksekusi bola mati Alessandro Florenzi. Padahal Inter lebih menguasai pertandingan dengan penguasan bola sebesar 64%.
Kedua kesebelasan ini sama-sama menerapkan formasi 4-2-3-1. Namun, terjadi beberapa perubahan komposisi pemain utama pada kedua kesebelasan tersebut. Inter mencadangkan Senna Miangue yang sejauh musim ini diandalkan sebagai full-back kiri. Kekosongan Miangue diisi Davide Santon yang sebelumnya selalu bermain sebagai full-back kanan. Sementara posisi full-back kanan kemudian ditempati oleh Cristian Ansaldi.
Di kubu Roma, Luciano Spalletti sebagai manajer mengembalikan beberapa pemain ke posisi aslinya. Alessandro Florenzi kembali diberikan tugas sebagai gelandang serang, sebab full-back kanan yang biasa ditempatinya, pada pertandingan ini dilakoni oleh Bruno Peres. Hanya Juan Jesus yang ditugaskan bukan pada posisi aslinya. Ia diinstruksikan menjadi full-back kiri, bukan bek tengah yang merupakan posisi aslinya.
Susunan pemain AS Roma dan Inter Milan |
Roma Main Bertahan dan Andalkan Serangan Balik
Pada awalnya, kedua kesebelasan bermain secara terbuka dan sama-sama agresif menyerang. Tapi Roma mengubah permainannya lebih tertutup setelah unggul terlebih dahulu. Roma bermain lebih bertahan dan sabar untuk merebut bola dari penguasaan Inter. Roma pun bermain dengan garis pertahanan rendah.
Empat bek mereka dibantu Daniele De Rossi dan Kevin Strootman sebagai poros ganda di depan mereka. Hanya saja Strootman terkadang naik ke depan atau melebar ke kiri untuk menjadi jembatan serangan antara lini belakang dan lini depan. Dengan skema ini, Roma berhasil memadati lini tengah.
Kepadatan di lini tengah Roma itulah yang membuat Inter harus benar-benar memanfaatkan permainan kolektif khas racikan De Boer. Kesebelasan berjuluk I Nerazzurri itu menyerang dengan sabar. Mereka cenderung memutar-mutarkan bola di lini tengah untuk mencari celah di pertahanan Roma.
Untuk mendukung kolektivitas tersebut, Inter sampai harus mengerahkan Santon dan Gary Medel untuk membantu mengalirkan bola di lini tengah tersebut. Ivan Perisic pun beberapa kali harus bergerak ke tengah untuk membangun kolektivitas tim. Maka dari itu Inter berhasil memenangkan penguasaan bola pada laga ini.
Grafis dominasi para pemain Inter menguasai lini tengah [Sumber: Opta] |
Banega dan Joao Mario adalah pemegang peran penting kolektivitas aliran bola Inter. Keduanya menjadi pusat aliran bola melalui umpan-umpannya. Hal yang paling berbahaya dari keduanya adalah sama-sama mampu melepaskan umpan terobosan yang berbahaya. Hanya saja Banega lebih kesulitan karena selalu dikawal De Rossi.
Banega baru bisa bergerak ketika pertahanan Roma terpancing oleh pergerakan Icardi yang turun ke bawah, namun itu jarang terjadi. Atau ketika dibantu Mario serta ketika De Rossi bergerak menjaga Perisic dan Strootman meninggalkan rekannya untuk membantu serangan.
Inter Terus Manfaatkan Kebocoran Sisi Kiri Roma
Kecenderungan perputaran bola dari Banega atau Mario sering diarahkan ke sisi kanan. Di sisi kanan tersebut, Juan Jesus, full-back kiri Roma, kelabakan menghadapi Antonio Candreva, winger kanan Inter.
Sebetulnya Jesus cukup baik dalam membantu pertahanan Roma yang menumpuk para pemainnya di lini belakang tersebut. Tapi ia terlalu berhati-hati dan kelewat sabar pada pertandingan ini. Jesus terlalu menjaga jarak ketika membayangi Candreva. Ketika mulai menghadang, Candreva jadi memiliki lebih banyak waktu dan ruang untuk lebih kemudian mengoper bola atau mengirim umpan jauh maupun umpan silang.
Di sisi lain, alasan kesabaran Jesus pun ia lakukan karena mewaspadai Ansaldi yang sering naik membantu serangan Inter. Jesus wajar mewaspadai keberadaan Ansaldi karena Perotti sering terlambat mundur ketika melakukan transisi bertahan.
Akan tetapi, Ansaldi tidak diintruksikan untuk melepaskan umpan silang dari sisi kanan, melainkan untuk membuka ruang bagi Candreva. Alhasil, Candreva pun berhasil melepaskan lima umpan silang, meskipun tidak ada satu pun yang tepat sasaran.
Juan Jesus yang terlalu menjaga jarak dengan Candreva dan Ansaldi |
Umpan silang Candreva sering gagal karena menumpuknya pemain Roma di dalam kotak penalti. Umpan-umpan silangnya itu lebih sering diblok oleh bek-bek Roma. Kepadatan lini belakang Roma hanya bisa ditembus ketika mereka lengah karena pergerakan Mauro Icardi yang turun ke bawah. Hal itu membuat Banega mendapatkan ruang di dalam kotak penalti dan menjadi gol pada menit ke-71.
Roma Andalkan Edin Dzeko sebagai Pemantul Bola
Sejak unggul terlebih dahulu, Roma hanya mengandalkan serangan balik melalui umpan-umpan jauh. Hal itu juga disebabkan karena Roma menghindari pertempuran di lini tengah karena Inter menguasai area tersebut.
Umpan-umpan jauh itu diarahkan kepada Dzeko yang berada di luar kotak penalti Inter atau ketika ia turun lebih ke tengah. Tugas Dzeko di sana adalah memantulkan bola kepada Florenzi yang bergerak di dekatnya.
Florenzi bermain begitu dekat dengan penyerangnya itu karena Dzeko tidak lepas dari kawalan lawan, baik itu oleh Joao Miranda atau Jeison Murillo. Mungkin Dzeko bisa mengatasinya ketika melakukan duel udara, sebab ia memenangkannya sebanyak tujuh kali. Tapi ketika bola dikirimkan dengan mendatar, Dzeko kerap kesulitan melewati kawalan tersebut. Maka dari itulah keberadaan Florenzi di sana dimaksudkan untuk menjadi penerima pantulan bola darinya.
Grafis operan panjang Roma (kiri) dan operan yang diterima oleh Dzeko (kanan). [Sumber: FourFourTwo Stats Zone] |
Tapi Florenzi pun kesulitan karena mendapatkan kawalan dari Medel. Bahkan Medel berhasil melakukan tiga tekel bersih kepada Florenzi. Namun hal itu tidak terlalu menjadi masalah karena Dzeko tampil cukup baik pada laga ini.
Pemain asal Bosnia-Herzegovina ini tahu kapan bola harus diberikan kepada Florenzi atau langsung kepada Mohamed Salah. Dzeko pun akan semakin terbantu jika Perotti ikut terlibat. Tapi Perotti tidak terlalu terlihat pada laga ini. Ia kesulitan menghadapi Ansaldi dan lambat ketika melakukan transisi bertahan.
Soal umpan-umpan jauh Roma, Wojciech Szczesny menjadi pemain yang juga terlibat banyak dalam proses tersebut. Ia melepaskan umpan jauh dari belakang sebanyak 24 kali. Berbeda dengan Samir Handanovic yang lebih banyak mengirim umpan lebih dekat kepada bek atau gelandang bertahannya. Sebab Inter bermain dengan umpan-umpan pendek pada laga tersebut.
Celah yang Terbuka karena Kecepatan Mohamed Salah
Kedua kesebelasan sama-sama memiliki kelemahan di pertahanan sisi kirinya. Jika Jesus canggung ketika menghadapi Candreva dan Ansaldi, sementara Santon kewalahan menghadapi Salah. Santon selalu berhadapan langsung dengan Salah karena Bruno Peres, full-back kanan Roma, hanya membantu serangan jika ada kesempatan. Berbeda dengan Jesus yang lebih menjaga jarak karena harus mewaspadai dua lawan sekaligus.
Kendati dalam jumlah lebih ringan mengawal lawan, Santon harus beberapa kali kelimpungan menghadapi kecepatan Salah. Santon pun dua kali dikecoh oleh dribel sukses yang dilakukan Salah.
Santon semakin dipaksa lari dengan Salah karena Roma bermain dengan umpan-umpan daerah yang ditujukan juga untuk Salah. Bahkan ia mendapatkan kartu kuning karena menarik baju Salah ketika kalah dalam adu lari. Mobilitas Salah pun cukup berpengaruh kepada serangan balik yang membuat depan kotak penalti lawan lebih mudah dieksploitasi.
Hal itu karena pertahanan Inter menciptakan ruang yang besar karena Murillo ikut terpancing menghadang Salah. Kekosongan ruang Murillo agak sulit ditutup karena Medel harus mengawal Florenzi sekaligus membantu serangan Inter. Kekosongan itu juga yang membuat Dzeko mendapatkan ruang di kotak penalti dan menyelesaikan umpan silang Peres menjadi keunggulan pertama (Gambar 4 sebelah kanan, ditunjukkan dengan panah berwarna kuning).
Grafis operan sepertiga lapangan penyerangan Roma, menunjukkan banyak serangan yang dibangun dari/melalui sebelah kanan, sisi di mana Salah bermain [Sumber: FourFourTwo Stats Zone] |
Gol itu terjadi pada menit awal ketika stamina sedang bugar dan kecepatan Salah sangat sulit dijangkau Santon. Kecenderungan serangan Roma melalui Salah ini jugalah yang memberikan banyak peluang dari sisi kanan. Gol kedua Roma melalui proses tendangan bebas pun karena pelanggaran yang terjadi ketika Roma membangun serangan di sisi kanan.
Kesimpulan
Inter menguasai lini tengah dan memenangkan penguasaan bola karena Roma bermain bertahan setelah unggul. Sementara ketika Inter berhasil menguasai lini tengah, Roma justru lebih efektif di depan kotak penalti Inter karena keterlibatan Medel membantu serangan.
Melihat hal tersebut, Dzeko berhasil menjadi pembeda bagi permainan Roma pada laga ini. Ia sendiri pun kurang mendapatkan suplai bola dari tengah karena Florenzi dan Perotti sering kehilangan bola pada laga ini (Gambar 4 sebelah kanan). Dzeko hanya berharap kepada umpan-umpan jauh dari lini belakang Roma dan ia sering berhasil menerimanya dengan baik.
(krs/mrp)



Susunan pemain AS Roma dan Inter Milan
Grafis dominasi para pemain Inter menguasai lini tengah [Sumber: Opta]
Juan Jesus yang terlalu menjaga jarak dengan Candreva dan Ansaldi
Grafis operan panjang Roma (kiri) dan operan yang diterima oleh Dzeko (kanan). [Sumber: FourFourTwo Stats Zone]
Grafis operan sepertiga lapangan penyerangan Roma, menunjukkan banyak serangan yang dibangun dari/melalui sebelah kanan, sisi di mana Salah bermain [Sumber: FourFourTwo Stats Zone]





