Liga Inggris: Spurs 2-0 Man City
Strategi Pochettino yang Membuat City-nya Guardiola Telan Kekalahan Pertama

Melihat jalannya laga, Tottenham tampil impresif hampir di sepanjang pertandingan. Mereka berhasil membuat Manchester City tak berdaya. Hingga menit ke-70, City hanya mampu melepaskan lima tembakan saja.
Spurs membuat Man City bermain dengan tidak nyaman. Kredit khusus patut diberikan pada sang manajer, Mauricio Pochettino, yang menerapkan strategi tepat menghadapi Manchester City kali ini.
![]() |
Menyerang Lewat Sayap Sebelum Mengeksploitasi Area Depan Kotak Penalti City
Cederanya Kevin De Bruyne sangat memengaruhi permainan Manchester City, baik itu saat bertahan maupun menyerang. Hal ini sudah terlihat di ajang Liga Champions Eropa saat City bertandang ke markas Celtic dan pertandingan berakhir dengan skor sama kuat, 3-3.
Pep Guardiola menyadari ada celah yang begitu menganga di lini tengah. Karenanya untuk mengantisipasi hal tersebut, Pep pun mengubah formasi dasar Man City saat menghadapi Tottenham. Jika biasanya Pep menggunakan formasi dasar 4-1-4-1, kali ini Man City tampil dengan menggunakan formasi dasar 4-2-3-1.
Memasang double pivot, dengan menduetkan Fernando Reges dan Fernandinho, jelas memiliki tujuan jika Pep ingin lini tengahnya bisa lebih menjaga area depan kotak penalti. Pep tak ingin anak asuhnya kerepotan jika lawan melancarkan serangan lewat tengah.
Hal ini tampaknya disadari oleh Pochettino. Ia memang mengincar area depan kotak penalti Man City untuk bisa dieksploitasi. Indikasi keberhasilan strategi ini terlihat dari gol kedua yang diciptakan Alli.
Pada gol ini, terjadi situasi tiga pemain Spurs melawan lima pemain City. Namun lima pemain City tampak kebingungan dalam menjaga dan menghentikan serangan tersebut. Sampai pada akhirnya, Son Heung-min mengirimkan umpan daerah pada Alli yang menemukan celah dari lima pemain bertahan City tersebut.
![]() |
Kejelian Tottenham pada laga ini terlihat dengan cara mereka mengirim bola ke depan kotak penalti. Mereka sadar pada area tersebut terdapat dua gelandang jangkar yang siap menghadang, belum lagi David Silva yang akan menjadi lapis pertama pertahanan. Sehingga yang mereka lakukan adalah menyerang lewat sayap.
Ketika berada dalam penguasaan Tottenham, mereka mengawali serangan lewat sayap. Namun setelah bola melewati garis tengah lapangan, bola akan coba diguliran ke depan kotak penalti City. Tottenham menghindari bentrokan langsung dengan double pivot milik City.
![]() |
Dari grafis di atas terlihat jika aliran serangan melewati area tengah, banyak operan Tottenham yang berhasil dipatahkan. Namun jika menyerang lewat sayap sebelum ke depan kotak penalti, cara ini lebih efektif dan Tottenham menciptakan banyak peluang (13 tembakan).
Indikasi Tottenham mengirimkan bola lewat sayap juga terlihat dengan pergerakan Christian Eriksen, yang notabene bermain di tengah, lebih sering menghuni sisi sayap. Eriksen mencari celah ke kedua sayap agar bisa mengalirkan bola.
![]() |
Pochettino juga lebih memilih Son sebagai penyerang tengah dibanding memasang Vincent Janssen. Son memiliki kemampuan yang lebih mendukung penyerangan Tottenham ketimbang Janssen, yang merupakan tipikal penyerang yang konstan di depan kotak penalti. Sementara Son cukup aktif bergerak memecah penjagaan lawan untuk memberikan ruang bagi pemain lain.
Cara Spurs Mematikan Serangan City
Di pembuka artikel ini disebutkan jika Manchester City cukup kewalahan pada laga ini. Hingga menit ke-70, The Citizens hanya berhasil menciptakan lima peluang saja. Padahal mereka memainkan Silva, Raheem Sterling, dan Sergio Aguero di lini depan.
Hal ini diakibatkan oleh pressing high block Spurs dengan agresifnya tekel yang dilancarkan pemain Spurs. Spurs tak membiarkan Man City berlama-lama dalam menguasai bola di mana setiap pemain Man City yang menguasai bola langsung diberikan tekanan bahkan ditekel.
Spurs rela bermain keras pada laga ini. Terbukti 48 percobaan tekel mereka lakukan pada laga ini. Itu belum termasuk 20 pelanggaran yang mereka lakukan. Padahal sebelumnya, Tottenham hanya memiliki catatan tekel per laga di angka 18 kali tekel.
![]() |
Dari grafis di atas juga terlihat upaya Tottenham yang melakukan tekel sejak area bertahan City. Tekel-tekel dan pelanggaran ini pun membuat serangan Manchester City harus terhenti, baik itu karena berhasil direbut ataupun karena pelanggaran. Terlebih, City tak bisa melancarkan serangan balik.
Untuk memenuhi permainan seperti ini, Pochettino menduetkan Victor Wanyama dan Alli, mencadangkan Eric Dier. Sementara Moussa Sissoko yang kuat dalam perebutan bola pun dipasang, agar pressing bisa berjalan sesuai rencana.
Setiap kali bola berada dalam penguasaan pemain Man City, Tottenham selalu memaksa para pemain City memainkan bola dengan tempo cepat. Begitu juga ketika bola berada dalam penguasaan Tottenham, mereka berusaha mengalirkan bola dengan cepat.
Skema ini, selain untuk bertahan, ternyata menjadi cara Tottenham mencetak gol pertama mereka. Pressing diberikan ketika bola dikuasai oleh kiper City, Claudio Bravo, bahkan Alli (gelandang) yang melakukan pressing. Pressing Spurs ini membuat aliran bola serangan cepat, yang kemudian dihentikan oleh Wanyama dengan merebut bola dari Fernandinho.
![]() |
Setelah situasi di atas, bola digulirkan pada Pablo Zabaleta, yang berlanjut pada direbutnya bola dari kaki Fernandinho oleh Wanyama. Lantas Tottenham menyerang lewat sisi kiri, dan mengirimkan umpan silang. Kolarov, yang salah melakukan antisipasi umpan silang saat menghadapi Celtic, kembali salah mengantisipasi bola di mana kali bola mengarah ke gawang.
Dengan pressing seperti ini, Aguero sebagai ujung tombak Manchester City jarang mendapatkan suplai bola. Peluang baginya baru mulai hadir setelah pressing Tottenham mengendur dimakan waktu. Sissoko pun menjadi korban karena tidak sanggup melakukan pressing sepanjang pertandingan.
Setelah itu, barulah City mulai bisa keluar tekanan. Pressing Tottenham sendiri mulai mengendur. Dalam tempo 20 menit, Man City berhasil menciptakan tujuh peluang, yang kemudian menyami jumlah tembakan Tottenham. Namun setiap peluang berhasil diantisipasi oleh pertahanan Tottenham yang bermain tanpa cela pada laga ini.
Kesimpulan
Pressing menjadi kunci Tottenham membuat Manchester City kewalahan. Karena terlihat setelah Pressing mengendur, Man City mulai balik menguasai jalannya pertandingan. Sebelumnya, City seolah tak memiliki cara untuk menembus lini pertahanan Tottenham.
Spurs juga berhasil memanfaatkan celah di area tengah Man City. Dengan cerdik Spurs menghindari duel langsung dengan double pivot City lewat serangan yang menyamping. Selain gol yang dicetak Alli, Alli juga sempat dilanggar di kotak penalti, yang juga berawal dari serangan yang tak jauh berbeda. Hanya saja eksekusi tendangan penalti Erik Lamela berhasil digagalkan Bravo.
Pochettino berhasil memerkan kemampuannya bahwa Tottenham layak menjadi kandidat juara Liga Primer Inggris. Selain itu, Pochettino juga membuktikan bahwa kesebelasan asuhan Pep bisa dikalahkan meski sebelumnya mereka tampil tanpa cela.
(krs/rin)