Liga Italia: Milan 1-0 Juventus
Cara Milan Memanfaatkan Kelengahan Juventus Lewat Locatelli
Foto: Marco Luzzani/Getty Images
Juve sebenarnya tampil menjanjikan dengan mendominasi dan mengontrol jalannya pertandingan sejak awal laga. Sepanjang pertandingan, Juve lebih banyak menciptakan peluang ketimbang Milan. Hanya saja satu kesalahan membuat mereka kecolongan satu gol.
Laga ini pun sebenarnya dihiasi kontroversi ketika gol Miralem Pjanic dianulir wasit. Meskipun begitu, ada beberapa hal yang menyebabkan Juventus gagal meraih poin sempurna pada laga ini.
Foto: Pandit |
Cederanya Dybala Mengubah Cara Bermain Juventus
Juventus bermain dengan skema andalannya sejak awal pertandingan. Formasi dasar 3-5-2 diturunkan yang artinya pelatih Juventus, Massimilliano Allegri, memainkan ketiga bek tengah Juventus, meski bek tengah yang tersisa hanya ketiganya; Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci dan Medhi Benatia.
Di lini depan, Allegri pun menduetkan dua penyerang terbaiknya, Gonzalo Higuain dan Paulo Dybala. Hal ini dikarenakan Mario Mandzukic baru pulih dari cedera yang kebugarannya belum sepenuhnya fit.
Duet Higuain-Dybala pun cukup merepotkan lini pertahanan Milan. Dybala menciptakan satu peluang berbahaya, dan menginisiasi peluang yang diciptakan Alex Sandro. Dalam tempo 30 menit, Juventus terlihat sangat menjanjikan.
Namun sial bagi Juventus, Dybala mendapatkan cedera hamstring pada menit ke-31 ketika ia melepaskan tendangan dari tengah lapangan sambil terjatuh. Penyerang asal Argentina ini pun terpaksa harus ditarik keluar pada menit ke-33. Allegri memilih Juan Cuadrado sebagai pengganti.
Di sini sebenarnya awal mula Juventus bermain tidak dengan potensi terbaiknya. Perbedaan gaya bermain Cuadrado dan Dybala membuat serangan Juventus cukup berbeda, dan bahkan menguntungkan lini pertahanan Milan.
Ketika dimainkan, Cuadrado memerankan peran Dybala, dibebaskan bergerak ke segala area dan menjadi jembatan antara lini tengah dan Higuain. Namun Dybala, meski sering melebar, tetap berorientasi di lini tengah. Sementara Cuadrado lebih sering mencari ruang di kedua sisi.
Hal ini berpengaruh pada arah serangan Juventus. Jika ketika masih ada Dybala, serangan Juventus bervariasi baik dari tengah maupun sayap. Namun setelah diisi oleh Cuadrado, fokus operan Juventus berorientasi pada kedua sayap.
Foto: Pandit |
Dari grafis di atas terlihat, setelah masuknya Cuadrado, Juventus kesulitan memasuki kotak penalti Milan. Tujuh tembakan memang berhasil diciptakan Juventus pada periode menit 35 hingga 60. Namun mayoritas dicetak lewat tembakan jarak jauh. Hal ini berbeda ketika masih diperkuat Dybala di mana tiga dari empat peluang Juventus diciptakan dari dalam kotak penalti.
Sementara musim ini, Juve sangat jarang menciptakan gol dari luar kotak penalti. Higuain dan Dybala kerap berkombinasi di depan kotak penalti. Atau penetrasi-penetrasi sering dilakukan Dybala di depan kotak penalti. Cuadrado lebih sering menerima bola dan memainkan bola di sayap.
Foto: Pandit |
Cuadrado sendiri bermain melebar dengan memposisikan diri sebagai penyuplai Higuain. Karenanya Cuadrado jarang berada di kotak penalti Milan. Higuain lebih sering ditemani Sami Khedira atau Pjanic di dalam kotak penalti Milan. Juventus memang menciptakan 22 tembakan pada laga ini. Tapi hanya tiga tembakan saja yang mengarah ke gawang.
Foto: Pandit |
Mandzukic yang dimasukkan menggantikan Benatia, dimaksudkan untuk menambah opsi umpan silang. Namun hal tersebut masih gagal menjebol gawang Milan yang bermain dengan rapat di lini pertahanan.
Locatelli Muncul di Saat yang Tepat
Milan sebenarnya kerepotan menjalani laga ini. Hal ini dikarenakan Juve menerapkan strategi pressing dengan blok tinggi yang membuat Milan kesulitan membangun serangan. Pada babak pertama, akurasi operna Milan hanya 68 persen saja.
Sementara itu Milan meladeni Juventus dengan tekel agresif. Ketika bola serangan Juve memasuki area middle third, para pemain Milan tak ragu untuk coba merebut bola. Milan sendiri mencatatkan 29 tekel (25 tekel berhasil) dan 19 pelanggaran pada laga ini. Padahal Milan memiliki rataan 17 tekel dan 14 pelanggaran per pertandingan.
Milan sendiri cenderung mengandalkan serangan balik ketika menyerang. Hal ini dikarenakan Juventus kerap menyisakan empat pemain saja di lini pertahanan; Benatia, Bonucci, Barzagli dan Hernanes. Alex Sandro dan Daniel Alves begitu rajin membantu penyerangan.
Untuk urusan menyerang, selain tiga pemain depan yakni M'Baye Niang, Carlos Bacca, dan Roberto Suso. Ada dua pemain lain yang juga membantu serangan, yaitu Giacomo Bonaventura dan Juraj Kucka. Manuel Locatelli lebih sering menjaga keseimbangan di depan kotak penalti. Sementara dua full-back Milan, Ignazio Abate dan Mattia De Sciglio, selalu melepaskan operan sebelum memasuki sepertiga akhir. Keduanya pun tercatat hanya masing-masing melepas satu kali umpan silang.
Foto: Pandit |
Abate dan De Sciglio memang difokuskan menjaga pertahanan untuk mewaspadai pergerakan Daniel Alves dan Alex Sandro yang begitu aktif membantu serangan Juventus. Belum lagi Suso dan Niang juga cukup aktif terlibat melakukan track back membantu sisi pertahanan Milan.
Namun ketika mencetak gol, Milan memang benar-benar memanfaatkan, bisa dibilang, satu-satunya kesalahan lini pertahanan Juventus. Saat itu situasi memang agak berbeda, di mana Locatelli yang sebelumnya jarang ikut membantu penyerangan, muncul dari belakang untuk memanfaatkan umpan Suso.
Foto: Pandit |
Abate yang tetap berada di sayap, tidak lekas mundur, juga memancing Pjanic untuk menjaganya. Di sinilah ruang untuk Locatelli tercipta (gambar 4). Bergesernya Pjanic menjaga Abate menghasilkan celah di kotak penalti Juventus.
Sementara Alex Sandro dan Hernanes, yang idealnya memotong bola tersebut, sepertinya mengira bahwa skema tersebut akan diakhiri dengan umpan silang, mengingat Milan mencatatkan 13 umpan silang sebelum gol Locatelli terjadi.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, situasi pada gol Locatelli memang satu kesalahan lini pertahanan Juventus pada laga ini. Dan hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh Locatelli yang jarang membantu penyerangan. Tak mendapatkan pengawalan berarti memungkinkan gelandang berusia 18 tahun ini menempatkan bola ke arah yang ia inginkan dengan kecepatan yang ia inginkan.
Foto: Pandit |
Kesimpulan
Terlepas dari kontroversi yang terjadi di lapangan, kemenangan Milan tercipta berkat momentum yang bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Locatelli.
Locatelli muncul di saat yang tepat, begitu juga dengan Abate yang sebelumnya jarang ikut membantu penyerangan pada laga ini.
Sementara itu bagi Juve, cederanya Dybala membuat skema permainan Juventus berubah. Serangan lewat sayap tak maksimal berkat Cuadrado, yang diplot sebagai penyambung lini tengah dan depan, terlalu bermain melebar.
Peluang di dalam kotak penalti pun minim, akhirnya Juve banyak melepaskan tendangan jarak jauh yang bisa dibendung Gianluigi Donnarumma.
Perlu diketahui, Juve bukanlah kesebelasan yang sering mencetak gol lewat tembakan jarak jauh (kecuali dari tendangan bebas). Tendangan jarak jauh Juventus hanya berada di angka 39 persen saja, di mana ini berada di peringkat ke-14 atau ke-7 terendah di Serie A.
(cas/cas)



Foto: Pandit
Foto: Pandit
Foto: Pandit
Foto: Pandit
Foto: Pandit
Foto: Pandit
Foto: Pandit





