Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Piala AFF: Indonesia 2-2 Filipina

    Masalah Pressing dan Transisi Menyerang ke Bertahan Bikin Indonesia Gagal Tundukkan Filipina

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Foto: Rachman Haryanto Foto: Rachman Haryanto
    Jakarta - Sempat unggul dua kali, tim nasional Indonesia harus puas dengan hasil imbang 2-2 kala menghadapi Filipina dalam lanjutan Piala AFF 2016 yang digelar Selasa (22/11/2016). Gol Phil Younghusband pada menit ke-83 membuyarkan kemenangan Indonesia yang sempat unggul melalui gol Fachrudin Aryanto dan Boaz Solossa.

    Pada susunan pemain, Indonesia hanya melakukan satu perubahan. Evan Dimas yang pada laga melawan Thailand masuk sebagai pemain pengganti, bermain sejak menit pertama dengan menggantikan Bayu Pradana. Begitu juga dengan Filipina yang hanya mengganti Iain Ramsay oleh Hikaru Minegishi dalam susunan pemain utama.

    Masalah Pressing dan Transisi Menyerang ke Bertahan Bikin Indonesia Gagal Tundukkan FilipinaFoto: Pandit Football Indonesia


    Namun dengan susunan pemain ini, Indonesia kembali memperlihatkan kelemahan mereka di lini pertahanan. Sama seperti melawan Thailand, ketika lini serang cukup tajam, lini pertahanan kedodoran menghadapi gempuran serangan bertubi-tubi lawan.

    Masalah Pressing Indonesia

    Unggul lebih dulu cukup menunjukkan adanya perubahan positif pada lini serang Indonesia. Apalagi jika melihat penampilan pada 20 menit pertama di mana Indonesia berhasil membuat Filipina kesulitan dalam membangun serangan.

    Ini merupakan buah dari pressing blok tinggi Indonesia yang berjalan dengan baik. Ketika pemain bertahan Filipina menguasai bola, dua penyerang dan dua pemain sayap Indonesia langsung menjaga pemain terdekat mereka. Filipina yang menggunakan skema tiga bek cukup kesulitan dalam membagi bola.

    Masalah Pressing dan Transisi Menyerang ke Bertahan Bikin Indonesia Gagal Tundukkan FilipinaFoto: Pandit Football Indonesia


    Dua momen berbeda pada awal-awal babak pertama yang menunjukkan pressing efektif Indonesia

    Namun lambat laun Filipina mulai mampu mengendalikan pertandingan. Pressing blok tinggi Indonesia bisa ditaklukkan lewat umpan-umpan ke area lingkar tengah lapangan. Pada area ini, dua gelandang tengah Indonesia, Evan Dimas dan Stefano Lilipaly, kerap terlambat dalam membangun skema pressing yang ideal.

    [Baca Juga: Indonesia Diimbangi Filipina 2-2]

    Kegagalan pressing ini jelas membahayakan bagi lini pertahanan Indonesia. Karena dalam beberapa laga sebelumnya Indonesia cukup bermasalah dalam transisi dari menyerang ke bertahan. Hal ini yang membuat setiap serangan balik lawan, khususnya Filipina pada laga semalam, begitu membahayakan Indonesia.

    Pada babak kedua, Riedl sebenarnya coba menghindari terjadinya lubang di lini tengah dengan menurunkan pressing hingga ke area middle third. Namun skema ini tetap berhasil menembus lini tengah Indonesia yang rapuh.

    Masalah Pressing dan Transisi Menyerang ke Bertahan Bikin Indonesia Gagal Tundukkan FilipinaFoto: Pandit Football Indonesia

    Pressing pada babak kedua yang beralih di area middle third, tidak lagi di final third


    Filipina memang mencetak dua gol pada laga ini dengan memanfaatkan tendangan bebas. Namun jika melihat bagaimana proses terjadinya kedua pelanggaran tersebut, gelandang tengah lagi-lagi menjadi masalah lini pertahanan Indonesia. Kurang agresif dan luwesnya gelandang tengah Indonesia dalam merebut bola membuat pemain lain terpaksa melakukan pelanggaran.

    Pada gol pertama, pelanggaran dilakukan Benny Wahyudi setelah harus meng-cover Lilipaly yang terlambat menghalau laju Phil Younghusband. Sementara pada gol kedua, giliran Zulham Zamrun yang melakukan pelanggaran karena kewalahan menjaga Phil Younghusband.

    Bahkan jika melihat sebelum terjadinya pelanggaran pada Younghusband yang berujung gol kedua Filipina, Zulham terlihat menunjukkan gestur memerintahkan pemain lain untuk menghentikan Younghusband. Namun karena tak ada yang menghalaunya (harusnya Lilipaly), Zulham terpaksa menjegal pemain kelahiran Inggris tersebut sehingga pelanggaran.

    Masalah Pressing dan Transisi Menyerang ke Bertahan Bikin Indonesia Gagal Tundukkan FilipinaFoto: Pandit Football Indonesia

    Proses terjadinya pelanggaran yang berujung gol Phil Younghusband


    Transisi Bertahan ke Menyerang Indonesia yang Dimanfaatkan Filipina

    Sepanjang pertandingan, Filipina cukup nyaman mengandalkan serangan balik cepat. Tercatat 17 tembakan dilepaskan kesebelasan berjuluk "Anjing Jalanan" ini. Sembilan di antaranya terjadi dari luar kotak penalti yang memanfaatkan celah di antara dua bek tengah dengan dua gelandang tengah.

    Filipina tampak tahu betul jika lini tengah Indonesia mudah dieksploitasi setelah Indonesia melancarkan serangan. Transisi dari menyerang ke bertahan Indonesia begitu buruk, aliran operan Filipina kerap masuk melalui area tengah lapangan sebelum memasuki sepertiga pertahanan Indonesia.

    Masalah Pressing dan Transisi Menyerang ke Bertahan Bikin Indonesia Gagal Tundukkan FilipinaFoto: Pandit Football Indonesia


    Gambar di atas adalah salah satu contoh bagaimana lini pertahanan Indonesia kerepotan menghadapi serangan balik Filipina. Pada gambar 1, Andik gagal mengumpan bola pada Lerby, yang kemudian di antisipasi pemain Filipina dengan sapuan jarak jauh. Padahal pada saat itu, ada enam pemain Indonesia yang hendak masuk ke sepertiga akhir Indonesia.

    Pada gambar 3 terlihat jika Indonesia hanya menyisakan empat pemain saja. Abduh Lestaluhu sampai harus bergerak ke tengah untuk mengisi kekosongan di area tengah. Pada gambar empat terlihat jika Lilipaly dan Evan Dimas berada di belakang Stephen Schrock, pemain Filipina yang menguasai bola.

    Meski momen di atas tak menghasilkan gol, namun situasi ini bukan hanya sekali-dua kali saja terjadi. Situasi seperti justru kerap terjadi dan begitu membahayakan lini pertahanan Indonesia. Kurnia Meiga sendiri pada laga ini mencatatkan tiga penyelamatan.

    Tak Ada Alternatif Strategi dari Riedl

    Meski lini pertahanan cukup rawan, lini serang Indonesia kembali menunjukkan jika mereka memiliki kualitas untuk mengancam gawang lawan. Hal ini sebenarnya sudah terlihat sejak Indonesia bermain melawan Vietnam sepekan jelang Piala AFF 2016 bergulir. Pada tiga laga terakhir, Indonesia berhasil mengoleksi enam gol, atau dua gol per pertandingan yang terbagi secara rata.

    Namun pada laga ini, Indonesia tak lagi mengandalkan umpan-umpan silang yang merupakan cara Indonesia membobol gawang Thailand. Serangan cepat Indonesia berorientasi pada serangan lewat tengah untuk kemudian memanfaatkan celah pada tiga bek Filipina di kedua sayap.

    Indonesia benar-benar coba memanfaatkan area tengah depan kotak penalti Filipina pada laga ini. Tembakan-tembakan jarak jauh pun cukup sering dilepaskan para pemain Indonesia pada kali ini. Total, 15 tembakan dilepaskan Indonesia pada laga ini.

    Pada gol Boaz, serangan bermula dari Andik yang melakukan penetrasi dari kiri pertahanan Filipina ke tengah untuk kemudian melepaskan jarak jauh. Tendangan pemain Selangor FA ini membentur mistar gawang, bola liar kemudian dimanfaatkan Boaz untuk membobol gawang Filipina.

    Serangan-serangan efektif Indonesia memang mengandalkan kecepatan para pemainnya pada laga ini. Praktis Lerby nyaris tanpa peluang pada laga ini karena spesialisasinya adalah duel-duel udara. Meskipun begitu, Riedl tetap mengandalkan Lerby sebagai pemain yang melakukan pressing, sebagai tembok pertama.

    Pada seperempat terakhir pertandingan, Indonesia cukup dibombardir oleh Filipina. Lilipaly dan Evan Dimas bahkan terpaksa melanggar dan mendapatkan kartu kuning karena melakukan pelanggaran di area berbahaya.

    Namun melihat situasi ini, Riedl tak mengubah pola dasar 4-4-2 andalannya. Para pemain pengganti yang dimasukkan berposisi sama; Andik digantikan Zulham Zamrun, Evan Dimas digantikan Bayu Pradana dan Lerby digantikan Ferdinan Sinaga. Padahal kala itu lini tengah Indonesia terlihat cukup rentan diserang, di mana kemudian terjadi gol kedua Filipina yang berawal dari Zulham melanggar Younghusband di depan kotak penalti. Riedl tampak tak memiliki alternative strategi selain 4-4-2.

    Kesimpulan

    Hasil imbang yang diraih Indonesia menunjukkan jika masalah di lini pertahanan masih belum mampu diselesaikan Riedl. Pola 4-4-2 miliknya masih meninggalkan celah yang besar di antara dua bek tengah dan dua gelandang tengah. Ditambah lagi Indonesia kewalahan saat melakukan transisi dari menyerang ke bertahan.

    Sementara itu, Riedl juga tak memiliki alternatif strategi lain selain 4-4-2. Idealnya, ketika unggul 2-1, dan ketika pressing tak lagi gencar dilakukan di lini pertahanan lawan, satu penyerang digantikan oleh gelandang agar dua gelandang tengah tak terlalu kewalahan. Namun yang terjadi, Riedl hanya mengganti pemain per posisi, tetap mengandalkan 4-4-2. (din/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game