Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Champions: Arsenal 2-2 PSG

    Pertandingan Intensitas Tinggi Minim Kreasi

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Foto: Getty Images Sport/Shaun Botterill Foto: Getty Images Sport/Shaun Botterill
    Jakarta - Paris Saint-Germain berhasil merebut puncak klasemen sementara (dan berpotensi melakukannya sampai akhir) Grup A Liga Champions UEFA setelah menahan imbang Arsenal 2-2 di Emirates, dini hari tadi.

    Kedua kesebelasan sama-sama memiliki 11 poin hasil dari tiga kemenangan dan dua kali imbang dari lima pertandingan, namun PSG unggul head-to-head dari kesebelasan asal London tersebut.

    Sebuah gol dari Edinson Cavani mampu dibalas melalui sepakan Olivier Giroud dari titik putih. Tetapi dua gol bunuh diri di babak kedua, yaitu dari Marco Verratti dan Alex Iwobi, membuat kedua kesebelasan harus pulang dengan satu poin.

    Pertandingan Intensitas Tinggi Minim KreasiFoto: Pandit Football Indonesia

    Gambar 1 – Susunan pemain Arsenal dan Paris Saint-Germain


    Seperti biasa, Arsene Wenger menurunkan David Ospina di bawah mistar gawang The Gunners khusus untuk Liga Champions. Carl Jenkinson juga dipercaya menjadi full-back kanan karena Hector Bellerin masih menderita cedera. Di seberangnya, Nacho Monreal dicadangkan untuk memberi kesempatan kepada Kieran Gibbs.

    Satu pemain yang mengejutkan adalah bermainnya Aaron Ramsey di posisi double pivot bersama dengan Francis Coquelin. Sementara Olivier Giroud, sesuai dengan prediksi kami sebelumnya, yaitu bermain dari awal sebagai ujung tombak.

    Dari kubu kesebelasan tamu, manajer Unai Emery tidak bisa menurunkan beberapa pemain utamanya seperti Serge Aurier dan Angel di Maria. Secara mengagetkan, Blaise Matuidi dimainkan sebagai winger kiri alih-alih Jese ataupun Hatem Ben Arfa, yang keduanya duduk di bangku cadangan.

    PSG Menekan dan Menguasai Lini Tengah

    Dari awal pertandingan, kedua kesebelasan saling menekan karena mereka sama-sama ingin menang agar bisa memuncaki klasemen. Hal ini membuat pertandingan berlangsung terbuka. Baik Arsenal maupun PSG sama-sama terlihat ingin mendominasi penguasaan bola, meskipun pada akhirnya PSG-lah yang mampu lebih sering melakukannya karena trio lini tengah mereka.

    Paris memiliki kemampuan dan ketenangan saat menguasai bola, yang membuat mereka bisa menjaga bentuk dan intensitas permainan melalui Verratti, Grzegorz Krychowiak, dan Thiago Motta, ditambah Matuidi (winger kiri) yang sering turun membantu dari lini tengah.

    Pertandingan Intensitas Tinggi Minim KreasiFoto: Pandit Football Indonesia

    Gambar 2 – Posisi dan hubungan operan para pemain Paris Saint-Germain – Sumber: 11tegen11


    Keempat pemain itu terlihat nyaman saat menguasai bola, bahkan ketika ditekan sekalipun. Keempatnya juga bisa menekan sebagai sebuah unit ketika Arsenal ingin membangun serangan.

    Permainan menekan PSG dilakukan karena mereka sadar jika Arsenal hampir selalu lengah ketika awal-awal pertandingan, di mana mereka selalu kebobolan pada 15 menit awal pertandingan selama di Liga Champions musim ini.

    Benar saja, meskipun "terlambat" tiga menit, PSG berhasil mengungguli The Gunners di menit ke-18 setelah serangan mereka dari arah kanan berhasil diselesaikan oleh Cavani di sisi kiri tiang jauh gawang melalui umpan yang tidak bisa ditutup oleh Jenkinson, Shkodran Mustafi, dan Laurent Koscielny.

    Arsenal Lebih Baik Ketika Tertinggal

    Dominannya lini tengah PSG membuat Arsenal kewalahan. Tapi sejak gol dari Cavani, PSG mengendurkan serangan mereka dengan menurunkan garis pertahanan mereka. Hal ini harus PSG bayar mahal karena membuat Arsenal menaikkan intensitas permainan mereka.

    Sejauh musim ini, Arsenal selalu terlihat lebih baik ketika bermain dengan intensitas tinggi. The Gunners mencobanya setelah tertinggal dini hari tadi, dengan berhasil memenangkan 23 bola di wilayah pertahanan PSG.

    Pertandingan Intensitas Tinggi Minim KreasiFoto: Pandit Football Indonesia

    Gambar 3 – Grafis pemulihan bola Arsenal – sumber: FourFourTwo Stats Zone


    Pelanggaran yang menghasilkan penalti untuk Arsenal berawal ketika Giroud berhasil merebut bola di wilayah yang berbahaya, tepat di depan kotak penalti PSG.

    Namun setelah unggul, Arsenal sedikit menurunkan intensitasnya kembali. Meskipun mereka mampu mencetak gol di babak kedua dengan permainan yang lebih tidak menekan, The Gunners masih banyak tertinggal dari PSG jika kita melihat beberapa statistik pertandingan.

    Secara keseluruhan, PSG unggul 53,6% penguasaan bola dan 14 tembakan (hanya satu yang on target), di mana Arsenal hanya mampu menguasai 46,4% bola dan melakukan 5 tembakan (juga hanya satu yang tepat sasaran).

    Fakta bahwa Arsenal bermain di kandang mereka sendiri ditambah mereka hanya bisa mencetak gol melalui titik putih dan gol bunuh diri, adalah sesuatu yang pastinya membuat suporter mereka kecewa.

    Kekurangan Kreativitas

    Dibandingkan dengan para pemain di lini tengah PSG, lini tengah Arsenal jauh kurang dominan. Duet Ramsey dan Coquelin di posisi double pivot tidak menghasilkan sesuatu yang menggembirakan untuk Wenger.

    Di babak kedua, setelah gol bunuh diri Iwobi, Arsenal mencoba mengubah peruntungannya dengan memasukkan Granit Xhaka menggantikan Iwobi. Perubahan ini membuat Xhaka berduet dengan Coquelin di posisi double pivot, sementara Ramsey digeser menjadi pemain sayap.

    Tapi ternyata posisi Ramsey ini masih belum juga memuaskan, maka dari itu Wenger kembali memainkan Ramsey di posisi gelandang bertahan dengan memasukkan Theodore Walcott menggantikan Coquelin.

    Dengan perubahan-perubahan ini, yang tersoroti pada akhirnya bukanlah Ramsey, Coquelin, atau Xhaka, tetapi Mesut Ozil dan Alexis Sanchez.
    Kedua pemain ini tidak sekalipun melakukan tembakan ke gawang dan hanya berhasil mencatatkan masing-masing satu operan kunci. Arsenal terlihat kekurangan kreativitas mereka di wilayah pertahanan PSG.

    Pertandingan Intensitas Tinggi Minim KreasiFoto: Pandit Football Indonesia

    Gambar 4 – Grafis penyerangan Arsenal – sumber: FourFourTwo Stats Zone


    Selain itu, absennya Bellerin juga cukup terasa dini hari tadi. Hal ini diperparah dengan Mustafi yang selalu terlihat kerepotan saat menghadapi kecepatan pemain-pemain seperti Matudi dan Cavani.

    Kesimpulan

    Secara umum, skor 2-2 adalah hasil yang mengecewakan untuk Arsenal. Ini artinya mereka sudah bermain imbang tiga kali dalam empat pertandingan terakhir mereka. Permainan The Gunners bisa dibilang sudah mengecewakan meskipun mereka tidak kalah.

    PSG sekarang berada pada posisi yang lebih baik untuk mengakhiri grup A sebagai pemuncak klasemen karena hanya akan menghadapi Ludogorets di kandang mereka sendiri. Sementara Arsenal harus bertandang ke Basel.

    Pertandingan Intensitas Tinggi Minim KreasiFoto: Pandit Football Indonesia

    Gambar 5 – Grafis tembakan dari Paris Saint-Germain (kiri) dan Arsenal (kanan) – Sumber: Squawka


    Emery patut puas kepada permainan kesebelasannya. Meskipun demikian, kita sebagai penonton sebenarnya berhak kecewa. Bagaimana tidak, dua dari empat gol pada pertandingan ini hadir melalui gol bunuh diri. Tapi yang lebih parahnya adalah, meskipun ada empat gol, ternyata hanya ada dua tembakan tepat sasaran (shot on target) dini hari tadi; masing-masing satu dari setiap kesebelasan.

    Sangat jarang kita bisa melihat ada pertandingan dengan jumlah shot on target lebih sedikit daripada jumlah gol. (din/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game