Liga Inggris: Manchester City 1-3 Chelsea
Serangan Balik Chelsea Berbuah Kemenangan atas Manchester City
Foto: Action Images via Reuters / Jason Cairnduff
City sempat unggul terlebih dahulu pada menit ke-45 lewat gol bunuh diri Gary Cahill. Namun, gol-gol dari Diego Costa ('60), Willian ('70), dan Eden Hazard ('90) membuat City akhirnya harus mencatatkan kekalahan kedua mereka pada musim 2016/2017 ini.
Foto: Pandit Football Indonesia |
Ada beberapa hal menarik yang terjadi dalam pertandingan ini, terutama jika kita melihat bagaimana kemampuan Antonio Conte dan Josep "Pep" Guardiola sebagai juru taktik tim yang menentukan hasil akhir dari pertandingan yang dipimpin oleh wasit Anthony Taylor ini.
Manchester City Mengambil Alih Pertandingan Sejak Awal
Sesuai dengan brand football yang diusung oleh Pep Guardiola, yaitu possession football, Manchester City langsung menerapkan garis pertahanan tinggi sedari awal pertandingan. Nicolas Otamendi, Aleksandr Kolarov, dan John Stones langsung memasang garis pertahanan tinggi, dengan Stones atau Otamendi yang bergantian menjadi ball playing defender.
Garis pertahanan tinggi ini, yang hampir diterapkan oleh para pemain belakang City sepanjang pertandingan, membuat Chelsea beberapa kali terperangkap di areanya sendiri. The Blues pun hanya mampu mengandalkan dua wing-back mereka (Marcos Alonso dan Victor Moses) serta dua inside forward mereka (Eden Hazard dan Pedro Rodriguez) dalam melakukan beberapa kali percobaan serangan balik.
Namun situasi yang sudah kerap terjadi di tubuh City ini kembali menjadi sia-sia. Sepanjang pertandingan, tercatat City melancarkan 14 tembakan, dengan empat tembakan mengarah ke gawang, tiga tembakan terblok, dan tujuh tembakan meleset dari gawang. Hanya satu gol yang tercipta, itu pun berasal dari gol bunuh diri Gary Cahill.
Sergio Aguero menjadi pemain yang cukup sering menyia-nyiakan peluang yang ia dapat. Dari enam tembakan yang ia lepaskan, hanya dua yang mengarah ke gawang. Dua lagi kena blok dan sisa dua tembakan lain meleset dari sasaran.
Kesia-siaan serangan City pun terlihat dari jenis umpan yang mereka lancarkan. Dari 583 umpan yang mereka lepaskan, total 37 umpan silang mereka buat. Makin mengesalkan lagi, tidak semuanya berhasil diselesaikan menjadi peluang. Serangan mereka banyak terpusat di samping, menghindari lini pertahanan Chelsea yang kerap menumpuk lima sampai tujuh pemain di sana.
Grafis arah serangan City. Banyak ke samping dan acap ada yang menjadi umpan silang. Sumber: Stats Zone FourFourTwo |
Willian dan Fabregas, Motor Serangan Balik Chelsea
Walaupun serangan City tidak semuanya membahayakan gawang, tetap saja Chelsea tertekan oleh pola permainan garis pertahanan tinggi yang City terapkan. Meski dapat beberapa kali melakukan serangan balik, tapi serangan balik itu pun tidak terlalu berbahaya. Malah beberapa di antaranya dapat dihentikan oleh Fernandinho ataupun Ilkay Guendogan di lini tengah.
Tertekannya The Blues oleh The Citizens ini bisa dilihat dari gol pertama yang tercipta. Kepanikan Gary Cahill dalam menghalau umpan silang dari Jesus Navas akhirnya berbuah gol bunuh diri yang ia ciptakan jelang akhir babak pertama.
Namun pada babak kedua, Chelsea mulai berbenah. Antonio Conte memasukkan Willian untuk menggantikan Pedro Rodriguez yang tidak terlalu kontributif pada babak pertama. Sejak Willian masuk serangan-serangan balik yang dilancarkan melalui sayap, yang berkolaborasi dengan wing-back, pun menjadi lebih tajam.
Hal ini didukung oleh pergerakan para wing-back City yang jarang turun kembali dan memberikan cover di lini pertahanan setelah membantu penyerangan. Ini terlihat dari proses gol kedua Willian yang dicetak pada menit ke-70. Saat itu ketika serangan City mampu dihentikan wing-back kiri City, Leroy Sane, telat untuk turun membantu pertahanan.
Hasilnya? Willian masuk ke daerah kosong di sisi kiri tersebut (memanfaatkan umpan Diego Costa), menggiring bola ke kotak penalti City, dan melakukan tembakan yang berbuah gol.
Awal mula kebobolan gol kedua City. Sane gagal menutup gerak Willian |
Selain sosok Willian, sosok lain yang berperan dalam kebangkitan Chelsea sekaligus menjadi poros serangan balik Chelsea adalah Cesc Fabregas. Pemain asal Spanyol ini akhirnya mendapatkan kembali posisi di starting line-up Chelsea dan ia menjawab kepercayaan Antonio Conte itu dengan penampilan yang memuaskan.
Diduetkan dengan N'Golo Kante di lini tengah, pemain yang pernah membela Barcelona ini berhasil mengemban peran sebagai deep-lying midfielder. Bukan hanya kerap terlibat dalam serangan (59 kali menyentuh bola, terbanyak kedua setelah Marcos Alonso), kemampuannya dalam memberikan umpan panjang menjadikan serangan balik The Blues begitu menakutkan.
Salah satu umpan panjang menawannya adalah yang ia berikan kepada Diego Costa pada menit ke-60, yang berbuah menjadi assist. Menerima bola di area permainan sendiri, ia langsung melepaskan umpan panjang kepada Costa yang dengan cerdik mengelabui Otamendi lalu melepaskan tembakan ke gawang yang tidak dapat ditahan oleh Bravo.
Umpan panjang mengerikan Fabregas yang mampu dimanfaatkan Diego Costa |
Fabregas dan Willian inilah yang, bisa dibilang, menjadi aktor kebangkitan Chelsea setelah mereka tertinggal 1-0 lebih dulu dari tuan rumah.
Wing-Back Chelsea Lebih Baik
Dalam formasi dasar 3-4-2-1, peran dari seorang wing-back menjadi begitu penting karena merekalah yang menjadi tumpuan tim baik itu dalam bertahan dan menyerang. Dalam pertandingan ini, dapat dikatakan bahwa Marcos Alonso dan Victor Moses lebih unggul daripada Sane maupun Jesus Navas dalam memerankan peran sebagai wing-back.
Terlihat bahwa Moses dan Alonso, ketika Chelsea diserang kerap membentuk garis sejajar dengan tiga bek Chelsea sehingga tampak ada lima pemain yang menjaga area pertahanan The Blues. Sementara itu, wing-back City acap kali telat turun membantu pertahanan sehingga ada ruang di sayap yang dieksploitasi oleh pemain Chelsea baik itu lewat umpan panjang maupun umpan terobosan.
Tampak dari proses terjadinya gol kedua Willian di atas, bahwa wing-back City telat dalam memberikan cover, sehingga gol pun tercipta untuk Chelsea.
Kesimpulan
Dengan kemenangan ini, setidaknya dapat disimpulkan bahwa Antonio Conte lebih pandai dalam meramu taktik dan beradaptasi terhadap kondisi pertandingan dibandingkan Pep Guardiola. Pep, yang begitu menekankan permainan tim pada permainan possession football, terkadang bisa menjadi orang yang keras kepala dan tidak mau beradaptasi terhadap kondisi pertandingan.
Memasukkan Willian ketika Pedro tidak maksimal, serta memainkan Fabregas yang pandai dalam melepaskan umpan panjang untuk mengeksploitasi ruang kosong di pertahanan City adalah sebentuk kepandaian dari Conte dalam meracik taktik yang sesuai dengan kondisi pertandingan. Untuk saat ini, dapat dikatakan bahwa Conte lebih baik dari Pep.
(krs/krs)



Foto: Pandit Football Indonesia
Grafis arah serangan City. Banyak ke samping dan acap ada yang menjadi umpan silang. Sumber: Stats Zone FourFourTwo
Awal mula kebobolan gol kedua City. Sane gagal menutup gerak Willian
Umpan panjang mengerikan Fabregas yang mampu dimanfaatkan Diego Costa





