Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Inggris: Man City 2-2 Tottenham Hotspur

    Respons Jitu Pochettino terhadap Agresivitas Strategi Pressing Guardiola

    Ardy Nurhadi Shufi - detikSport
    Foto: Reuters / Andrew Yates Foto: Reuters / Andrew Yates
    Jakarta - Laga di Etihad Stadium antara Manchester City menghadapi Tottenham Hotspur berakhir imbang 2-2. Pada laga yang digelar Sabtu (21/1/2017) waktu setempat, Manchester City unggul terlebih dahulu 2-0 lewat gol Leroy Sane dan Kevin De Bruyne sebelum dibalas gol Dele Alli dan Son Heung-min.

    Manchester City tampil dominan pada laga ini. Bahkan bisa dibilang, Spurs sangat berpotensi kalah ketika pertandingan berlangsung. Sejak babak pertama, Spurs terus menerus mendapatkan dari barisan lini serang Manchester City.

    Spurs sendiri terhindar dari kekalahan berkat perubahan-perubahan strategi yang dilakukan oleh manajer mereka, Mauricio Pochettino. Manajer asal Argentina tersebut mampu memanfaatkan celah-celah di lini pertahanan Manchester City pada babak kedua.

    Respons Jitu Pochettino Terhadap Agresivitas Strategi <I>Pressing</I> Pep GuardiolaFoto: Pandit Football Indonesia

    Tekanan City yang Merepotkan Spurs

    Manajer Manchester City Pep Guardiola tampaknya begitu belajar atas kekalahan yang dialami skuat asuhannya saat menghadapi Everton sepekan sebelumnya. Hal ini terimplementasikan pada perubahan susunan pemain yang dilakukan oleh Pep.

    Pablo Zabaleta yang sebelumnya diplot sebagai gelandang bertahan, dikembalikan sebagai full-back kanan. City pada laga ini hanya menggunakan satu gelandang bertahan, yang diisi oleh Yaya Toure. Sementara itu Leroy Sane mengisi sisi kiri. Kevin De Bruyne yang biasa mengisi pos sayap dikembalikan ke tengah, duet bersama David Silva. City mengubah formasi dasar mereka dari 4-2-3-1 menjadi 4-3-3.

    Perubahan skema ini ternyata dilakukan untuk memaksimalkan gaya bertahan yang hendak diusung Pep pada laga ini. Saat tak menguasai bola, para pemain City tetap berada di sepertiga akhir untuk memberikan tekanan pada pemain belakang Spurs. De Bruyne, Silva, Sane, Raheem Sterling dan Sergio Aguero mendapatkan tugas untuk mengganggu setiap pergerakan pemain belakang Spurs baik yang menguasai bola maupun yang tidak menguasai bola.

    Tak hanya itu, para pemain depan City pun melakukan tekel agresif di lini pertahanan lawan. Dari total 32 tekel yang dilakukan City pada laga ini, De Bruyne dan Sane melakukan tekel lima kali (jumlah yang sama dengan Nicolas Otamendi, Gael Clichy dan Zabaleta), Sane empat kali, Aguero dua kali, dan Silva sekali. Selain itu, Silva, Sane dan Aguero tercatat melakukan masing-masing sekali intersep.

    Pressing agresif yang diterapkan City ini berhasil membuat pola serangan Spurs berantakan sejak dari lini pertahanan. Pada babak pertama, Spurs sama sekali tak berkutik menghadapi pressing City yang dilakukan para pemain depannya. Spurs, yang merupakan kesebelasan dengan rataan tembakan per laga terbanyak di Liga Primer, hanya mampu melepaskan dua tembakan saja pada laga ini.

    Respons Jitu Pochettino Terhadap Agresivitas Strategi <I>Pressing</I> Pep GuardiolaGrafis operan Spurs pada babak pertama, kesulitan menembus lini pertahanan City (Via: Squawka.com)

    Hal ini juga buah dari penempatan Sane dan Sterling di kedua sayap City. Keduanya, bersama Aguero, memiliki kecepatan yang benar-benar bisa mengganggu kenyamanan lini pertahanan Spurs yang hendak membangun serangan. Tak heran Spurs hanya mencatatakan akurasi operan di angka 71% (memiliki rataan akurasi operan 82,2% per laga).

    Tak hanya itu, kecepatan yang dimiliki tiga penyerang depan City juga berfungsi untuk menembus pertahanan Spurs yang berusaha menaikkan garis pertahanan mereka. Ketika diserang, barisan pertahanan terakhir Spurs berusaha menjaga jarak mereka dengan kiper, Hugo Lloris. Spurs berusaha menciptakan kepadatan jarak antar pemain belakang dan tengah dalam skema ini. Namun umpan-umpan matang yang dilepaskan Silva dan De Bruyne kerap kali membuat lini pertahanan Spurs kocar-kacir.

    Bahkan dua gol yang diciptakan City pun merupakan buah dari keberhasilan City memanfaatkan ruang di antara pemain belakang City dan Lloris, khususnya saat melancarkan serangan balik. Pada proses gol pertama, Sane mendapatkan umpan panjang dari De Bruyne, yang kemudian Lloris melakukan kesalahan. Sementara gol kedua yang diciptakan De Bruyne setelah memanfaatkan umpan silang Sterling, bermula dari serangan balik cepat City yang memanfaatkan kekosongan di lini pertahanan Spurs.

    Bahkan Spurs bisa saja kebobolan lebih banyak gol andai Lloris tak melakukan banyak penyelamatan pada laga ini. Dari 17 tembakan yang dilepaskan City, tujuh di antaranya diamankan Lloris. Namun dua kesalahan yang ia lakukan berujung pada dua gol untuk kubu tuan rumah.

    Pochettino yang Adaptif Terhadap Situasi di Lapangan

    Spurs menjalani laga ini tanpa bek andalan mereka, Jan Vertonghen. Meskipun begitu Pochettino tak mengubah skema mereka pada susunan pemain utama. Pochettino tetap menurunkan skuat terbaik yang bisa ia turunkan, dengan Vertonghen yang digantikan Kevin Wimmer.

    Namun tanpa adanya Vertonghen lini pertahanan Spurs begitu rentan, khususnya dalam membangun serangan. Vertonghen memiliki kemampuan mengalirkan serangan dari lini pertahanan, sementara Wimmer gagal mereplikasinya.

    Di tengah babak pertama, dengan Spurs yang terus dicecar City, perubahan dilakukan dengan menaikkan Eric Dier ke pos gelandang bertahan. Sejak menit ke-18, Spurs menggunakan 4-2-3-1 dengan menempatkan Dier menemani Victor Wanyama sebagai double pivot, menanggalkan formasi dasar 3-4-2-1. Hal ini dilakukan untuk menghambat City sedari tengah, ketika bola berada dalam penguasaan De Bruyne ataupun Silva yang menjadi otak serangan City.

    Respons Jitu Pochettino Terhadap Agresivitas Strategi <I>Pressing</I> Pep GuardiolaSpurs mengubah formasi dasar mereka menjadi 4-2-3-1 dengan menempatkan Dier sebagai Double Pivot bersama Wanyama

    Namun skema ini tak cukup meredam ekspolosivitas lini serang City. Pochettino pun menyadari akan hal ini. Maka usai turun minum, Wimmer langsung digantikan oleh Heung-Min Son. Formasi tetap menggunakan 4-2-3-1, hanya saja Son ditempatkan di sayap kiri (sebelumnya Alli), Dembele menempati double pivot bersama Wanyama. Dier dikembalikan ke posisi bek tengah.

    Dari perubahan inilah Spurs menemukan celah di lini pertahanan City. Alli yang berada di tengah difungsikan sebagai shadow striker, menemani Harry Kane di kotak penalti ketika menyerang. Gol pertama Spurs pun diciptakan oleh Alli yang menyambut umpan silang Kyle Walker tanpa terkawal.

    Sementara itu pada gol kedua, dinamisme lini serang Spurs membuat lini pertahanan City kocar-kacir. Menerima sontekan Harry Kane, Son mampu menaklukkan kiper City, Claudio Bravo, untuk menyamakan kedudukan menjadi 2-2.

    Kehadiran Son di lini depan begitu berguna ketika melancarkan serangan balik. Meski Spurs hanya menambah empat tembakan pada babak kedua, namun serangan-serangan Spurs begitu efektif. Bahkan Spurs mampu mencetak dua gol melalui dua tembakan on target yang mereka ciptakan pada laga ini.

    Spurs juga sebenarnya mendapatkan kesulitan sejak menit ke-65. Kala itu Toby Alderweireld mengalami cedera. Namun Pochettino dengan berani memasukkan Harry Winks, yang artinya ia memasukkan pemain gelandang bertahan untuk menggantikan pemain bek tengah. Namun di lapangan, Winks diplot sebagai gelandang bertahan, tak mengisi pos yang ditinggalkan Alderweireld. Bek tengah diisi oleh Wanyama yang notabene seorang gelandang bertahan.

    Ternyata perubahan ini tak menjadi keputusan blunder bagi Pochettino. Bersama Dier, Wanyama mampu mengawal lini pertahanan Spurs hingga akhir pertandingan. Buktinya, City tak mampu mencetak gol tambahan meski terdapat sejumlah peluang yang mengancam gawang Hugo Lloris.

    Kesimpulan

    Secara permainan, City sebenarnya tampil luar biasa pada laga ini. Sejumlah peluang berhasil mereka ciptakan sedari babak pertama, sementara Spurs baru bereaksi pada babak kedua. Ketika Gabriel Jesus masuk menggantikan Sterling pun City sempat mencetak gol, namun dianulir karena offside.

    City memang menyia-nyiakan banyak peluang pada laga ini. Sterling beberapa kali mendapatkan posisi ideal satu lawan satu dengan kiper, namun gagal dieksekusi dengan baik. Begitu pun Aguero yang meski sempat terisolasi namun mendapatkan beberapa peluang matang.

    Lloris tampil gemilang di babak pertama, yang mengamankan Spurs hingga turun minum, untuk memberikan waktu bagi Pochettino mengubah skema di babak kedua. Dan perubahan strategi pada babak kedua itulah yang kemudian mampu mengimbangi City dan Spurs terhindar dari kekalahan.


    =====
    *penulis adalah editor situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @ardynshufi.

    (krs/rin)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game