Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Inggris: Liverpool 1-1 Chelsea

    Liverpool Buntu, Chelsea Mati Kutu

    Ardy Nurhadi Shufi - detikSport
    Foto: Reuters Foto: Reuters
    Jakarta - Stadion Anfield selamat dari kekalahan empat kali beruntun. Menghadapi Chelsea pada lanjutan Liga Primer Inggris pekan ke-23, Rabu (31/1/2017) dini hari WIB, Liverpool bermain imbang 1-1. Meski tak kalah, Liverpool sebenarnya masih mencatatkan rentetan hasil negatif karena hanya menang sekali dari sembilan laga terakhir di segala ajang.

    Hasil imbang ini pun patut disyukuri, tak hanya oleh Liverpool tapi juga Chelsea. Kedua kesebelasan sebenarnya bermain tak maksimal pada laga ini. Kedua kesebelasan minim menciptakan peluang, tercatat hanya 15 tembakan tercipta pada laga ini, dengan babak pertama yang hanya empat tembakan saja.

    Gol Chelsea dicetak 'hanya' lewat tendangan bebas. Sementara itu gol Liverpool baru datang pada babak kedua tepatnya menit 57. Dengan penampilan yang ditunjukkan kedua kesebelasan dini hari tadi, tak heran Juergen Klopp dan Antonio Conte sudah bersyukur bisa meraih satu poin pada laga ini.

    Gegenpressing Membuat Chelsea Kesulitan Bangun Serangan

    Chelsea diunggulkan pada laga ini. Selain sedang memuncaki klasemen dan memiliki rentetan hasil positif di laga tandang, mereka juga melawat ke Anfield dengan skuat penuh. Formasi 3-4-3 diturunkan Conte, dengan Diego Costa sebagai ujung tombak. Perubahan yang dilakukan hanya Willian yang memulai laga sedari menit awal menggantikan Pedro Rodriguez.

    Hal ini berbanding terbalik dengan kubu tuan rumah. Meski Nathaniel Clyne bisa tampil menghuni sisi kanan pertahanan, namun Sadio Mane yang diupayakan tampil sejak awal baru diturunkan pada babak kedua. Formasi 4-3-3 diturunkan dengan Roberto Firmino sebagai penyerang tengah, diapit Philippe Coutinho dan Adam Lallana.

    Akan tetapi Chelsea justru tampil di bawah performa terbaik mereka pada laga ini. Pada akhir laga, Liverpool tercatat mengumpulkan 61% penguasaan bola. Total delapan tembakan, satu tembakan lebih banyak dari Liverpool, tak mereprestasikan bahwa Chelsea tampil lebih baik pada laga ini.

    Liverpool Buntu, Chelsea Mati Kutu

    Adalah gegenpressing yang membuat Chelsea kewalahan di Anfield. Liverpool tak ragu menaikkan garis pertahanan mereka untuk menekan para pemain Chelsea. Tekel-tekel agresif dilancarkan bahkan pada pemain belakang Chelsea yang menguasai bola. Beberapa momen pun tertangkap bagaimana kiper Chelsea, Thibaut Courtois, tak bisa memberikan umpan pendek saat memulai permainan. Bahkan mayoritas tembakan gawang yang ia lakukan dikirim melalui umpan jauh, yang sialnya hanya memiliki 59% akurasi operan.

    Liverpool Buntu, Chelsea Mati KutuGrafis umpan Courtois sepanjang pertandingan, mayoritas umpan panjang (via: Squawka)

    Hal ini jelas menjadi di luar kebiasaan Courtois. Kiper asal Belgia ini biasanya memberikan bola ke pemain belakang saat tendangan gawang, yang kemudian menjadi awal dibangunnya serangan Chelsea. Ini tampaknya memang diincar Liverpool karena Courtois tak memiliki akurasi umpan jauh yang baik. Tercatat dari 494 operan yang ia lakukan, 192 operannya merupakan umpan jauh gagal. Hal ini berbeda dengan jumlah operan pendek yang mencapai 187 operan dengan tanpa satu pun yang gagal (via: whoscored.com).

    Gegenpressing juga membuat otak serangan Chelsea, Eden Hazard, mati kutu pada laga. Dimatikannya Hazard membuat Chelsea minim kreasi serangan. Serangan sisi kiri yang biasanya menjadi andalan Chelsea, berkombinasi dengan Marcos Alonso, mengalami kebuntuan.

    Tekel-tekel agresif dengan pressing tanpa lelah yang dilakukan Georginio Wijnaldum, Nathaniel Clyne, Jordan Henderson juga Adam Lallana, membuat Hazard jarang menerima bola. Alonso bahkan hanya mencatatkan 59% akurasi operan dari 50 operan yang ia lepaskan. Ini artinya, lebih dari setengah upaya serangan Chelsea lewat Alonso selalu berhasil digagalkan.

    Total, Chelsea mencatatkan 393 operan pada laga ini. Operan akurat mereka 267 kali atau sekitar 69% saja. Padahal Chelsea saat ini merupakan kesebelasan dengan akurasi operan tertinggi keempat lewat rataan 83,5 % per pertandingan. Gegenpressing yang dilancarkan Liverpool sepanjang pertandingan tanpa berkurang intensitasnya memang merusak permainan Chelsea secara keseluruhan pada laga ini.

    Liverpool Buntu, Chelsea Mati KutuAkurasi operan Chelsea bermasalah, khususnya ketika menyerang lewat sisi kiri

    Kebuntuan dalam Dominasi Liverpool

    Keunggulan penguasaan bola Liverpool, selain dilihat dari persentase penguasaan bola mereka, terlihat dari jumlah operan mereka pada laga ini. Jika Chelsea hanya melakukan 393 operan saja, Liverpool mencatatkan 634 operan. Akurasi operannya mencapai 80%, yang memang merupakan rata-rata operan Liverpool per pertandingan.

    Gegenpressing membuat Liverpool lebih banyak menguasai bola. Umpan-umpan salah yang dilakukan oleh para pemain Chelsea membuat para pemain Liverpool lebih banyak menguasai bola. Terlebih Chelsea menerapkan garis pertahanan rendah pada laga ini. Tak seperti Liverpool yang menekan pemain Chelsea sejak menguasai bola di lini pertahanan, para pemain Chelsea lebih bersabar menanti datangnya bola di area middle third atau defensive third.

    Gaya pertahanan Chelsea inilah yang membuat penguasaan bola Liverpool tersendat ketika hendak memasuki kotak penalti Chelsea. Saat bertahan, Chelsea memang menginstruksikan sembilan pemain lapangan mereka berada di sekitaran kotak penalti. Hanya Diego Costa yang tak mendapatkan tugas khusus untuk membantu pertahanan.

    Babak pertama Liverpool hanya melepaskan satu tembakan. Satu-satunya tembakan tersebut dilepaskan oleh Georginio Wijnaldum dari jarak jauh. Firmino, Coutinho, dan Lallana tak berdaya sepanjang babak pertama. Lallana bahkan hanya menyentuh bola sebanyak 13 kali pada babak pertama.

    Liverpool Buntu, Chelsea Mati Kutu
    Grafis operan Liverpool pada babak pertama, tertahan di tengah (via: whoscored.com)

    Liverpool berusaha menyerang melalui kedua sayap. Namun kedisiplinan Marcos Alonso dan Victor Moses dalam bertahan membuat Lallana dan Coutinho tak bisa berbuat banyak untuk mendapatkan bola dan mengirimkan bola ke kotak penalti.

    Perubahan yang dilakukan oleh Klopp pada babak kedua adalah dengan menambah pemain untuk menyerang, khususnya yang berada di kotak penalti. Saat gol Liverpool tercipta, Wijnaldum dengan cerdik memanfaatkan ruang kosong di lini pertahanan Chelsea.




    Sebelumnya, Wijnaldum bertindak sebagai penyambung antara lini tengah dan lini depan. Ia juga hanya bergerak hingga depan kotak penalti untuk melepaskan tendangan jarak jauh, seperti yang ia lakukan pada babak pertama.

    Liverpool Buntu, Chelsea Mati KutuHeatmap atau pergerakan Wijnaldum babak pertama


    Liverpool Buntu, Chelsea Mati Kutu
    Heatmap atau pergerakan Wijnaldum babak kedua

    Selain itu, Klopp juga memasukkan Sadio Mane dan Divock Origi untuk menggantikan Coutinho dan Lallana, dua pemain yang tak berdaya pada laga ini. Kehadiran Mane begitu terasa memberikan efek positif, khususnya dalam skema serangan balik Liverpool.

    Mane dua kali mengirimkan dua peluang matang untuk Firmino. Namun keduanya gagal dimanfaatkan penyerang asal Brasil tersebut. Padahal kedua peluang tersebut, khususnya yang pertama, terjadi di depan gawang yang berpotensi jadi gol jika diselesaikan lebih tenang.

    Namun Liverpool pun akhirnya tak bisa berbuat banyak di sisa pertandingan. Gelandang Chelsea, N'Golo Kante, tampil impresif pada laga ini. Setelah Mane masuk, tugas gelandang bertahan asal Prancis ini adalah menghentikan Mane dengan tekel-tekelnya. Tercatat mantan gelandang Leicester City ini melakukan 16 tekel yang 14-nya merupakan tekel berhasil. Jumlah ini menjadi rekor jumlah tekel terbanyak dalam satu pertandingan yang dilakukan oleh seorang pemain. Lebih dari itu, beberapa peluang serangan balik Liverpool berhasil digagalkan Mane melalui tekelnya tersebut.

    Kesimpulan

    Liverpool dan Chelsea sebenarnya sama-sama memiliki peluang untuk memenangi laga ini. Chelsea misalnya, mereka mendapatkan penalti, namun eksekusi Diego Costa digagalkan Simon Mignolet. Sementara itu Liverpool nyaris menyamakan kedudukan lebih cepat andai tendangan Firmino yang berdiri bebas tanpa pengawalan tak melambung tinggi.

    Namun jika melihat penampilan keseluruhan kedua tim, hasil imbang menjadi hasil yang adil. Chelsea tak bermain sebaik biasanya, peran Hazard tak terlihat bahkan sering kehilangan bola sehingga ia digantikan Pedro. Begitu juga penampilan pemain kunci Liverpool, Coutinho, yang tak terlihat sepanjang pertandingan. Itu semua tentu berkat strategi yang diterapkan oleh kedua pelatih lawan yang mampu mengunci masing-masing pemain andalan lawan.



    ====

    *penulis adalah editor situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @ardynshufi.



    (krs/nds)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game