Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Pratinjau Liga Inggris: Liverpool vs Tottenham

    Duel Dua Kesebelasan yang Banyak Melakukan Kesalahan

    Dex Glenniza - detikSport
    Foto: Getty Images/Julian Finney Foto: Getty Images/Julian Finney
    Liverpool - Setelah sebelumnya kita membahas mengenai momentum, sebuah pertandingan besar hadir di akhir pekan ini antara tuan rumah Liverpool melawan Tottenham Hotspur.

    Liverpool sedang dalam momentum buruk setelah hanya meraih satu kemenangan dan mendapatkan lima kekalahan dari 10 pertandingan terakhir mereka. Sedangkan lawan mereka, Spurs, sedang dalam momentum yang baik setelah tak terkalahkan dan berhasil meraih sembilan kemenangan dalam 11 pertandingan terakhir mereka.

    Kedua momentum yang berseberangan ini bisa jadi akan menentukan jalannya dan hasil pertandingan nanti. Liverpool ingin mengubah momentum buruknya, sementara Spurs ingin mempertahankan momentum baiknya.

    Jika hanya melihat hasil-hasil pada pertandingan sebelumnya, kita bisa langsung berhipotesis jika pertandingan nanti tidak akan bisa dimenangkan oleh Liverpool meskipun mereka bertindak sebagai tuan rumah. Namun, sepakbola bukan hanya soal momentum.

    Liverpool dan Spurs yang berkebalikan

    Nasib Liverpool dan Spurs memang sangat berseberangan, bukan hanya di 10 pertandingan terakhir mereka, tetapi juga sepanjang musim ini. The Reds sudah mencetak 52 gol sepanjang Liga Primer, yang merupakan angka gol tertinggi di liga bersama dengan Arsenal.

    Sementara Spurs baru kebobolan 16 gol yang merupakan angka kebobolan terendah di liga. Sampai sini, kita bisa menyimpulkan jika pertandingan Liverpool melawan Spurs adalah pertandingan antara kesebelasan menyerang terbaik melawan kesebelasan bertahan terbaik.

    Meskipun demikian, tampaknya Liverpool akan lebih khawatir daripada The Lilywhites. Hal ini akan terjadi karena dari delapan kesebelasan teratas di Liga Primer Inggris, Liverpool memuncaki daftar kesalahan dalam bertahan (defensive error) dengan 14 kali, tujuh di antaranya berujung gol (angka ini bahkan menjadi tertinggi kedua di Liga Primer).

    Angka kebobolan mereka juga sudah 30 gol, yang juga merupakan angka terbanyak di antara delapan kesebelasan teratas Liga Primer. Statistik-statistik ini tentunya menunjukkan kepada Spurs bahwa pertahanan Liverpool bisa dieksploitasi dengan mudah.

    Padahal secara jumlah, Liverpool menjadi kesebelasan yang paling jarang kecolongan peluang (186 kali ditembak, angka terendah di liga). Namun, melihat angka kebobolannya, dari peluang yang sedikit itulah The Reds justru bisa kebobolan.
    Duel Dua Kesebelasan yang Banyak Melakukan KesalahanGambar 1 – Grafis daerah seluruh peluang yang tercipta di gawang Liverpool – sumber: Opta via Paul Riley

    Selain itu, Liverpool juga berada pada peringkat keempat terburuk soal menang duel. Hal ini perlu diperhatikan oleh Jurgen Klopp, mengingat sejauh ini Liverpool terlihat lemah dalam bertahan menghadapi set piece atau situasi bola mati, situasi yang sering sekali dimanfaatkan oleh Spurs.

    Kekuatan lini tengah adalah kesamaan Liverpool dan Spurs

    Meskipun sub pembahasan di atas membuat kita sadar jika Liverpool dan Spurs adalah kesebelasan yang berbeda, ternyata mereka berdua memiliki kesamaan. Ketika kita membandingkan Liverpool dan Spurs dengan pemuncak klasemen sementara Liga Primer, Chelsea, kita bisa menemukan kesamaan ini.

    Hanya Liverpool dan Spurs yang bisa meladeni permainan Chelsea setelah Antonio Conte, manajer Chelsea, mengubah skema permainan kesebelasannya menjadi menggunakan formasi tiga bek; Spurs bahkan bisa mengalahkan Chelsea.

    Klopp dan Mauricio Pochettino, manajer Spurs, sama-sama menerapkan permainan menekan, yaitu gegenpressing untuk Liverpool, dan counter-pressing untuk Spurs, yang sebenarnya keduanya memiliki arti yang sama.

    Penekanan pressing ini mereka lakukan dengan menekan kedua gelandang tengah Chelsea, N'Golo Kante dan Nemanja Matic, sehingga Chelsea kesulitan membangun serangan dari tengah.

    Oleh karena itulah, pada pertandingan Liverpool melawan Spurs nanti, saya memperkirakan akan terjadi duel sengit di lini tengah, terutama duel antara gelandang bertahan mereka, yaitu Jordan Henderson dan Victor Wanyama.

    Henderson dan Wanyama menjadi kunci permainan Liverpool dan Spurs dalam melakukan tekanan dan mengaplikasikan counter attack ketika kesebelasannya berhasil merebut penguasaan bola dari lawannya.

    Liverpool harus lebih sabar

    Permainan yang terus bervolusi dari kedua manajer membuat perkembangan taktik Liverpool dan Spurs mengalami peningkatan secara umum dalam dua musim terakhir. Terutama Spurs, Pochettino yang merupakan penggemar formasi 4-2-3-1, tidak ragu untuk mengubah skema permainan, misalnya dengan menerapkan formasi tiga bek ketika mereka menghadapi Chelsea dan Manchester City.

    Dengan bermain menekan, Spurs terlihat kuat dalam bertahan dan juga efektif dalam menyerang. Harry Kane menjadi pemain yang paling disoroti, tapi bukan dengan golnya meskipun ia sudah mencetak 14 gol, melainkan dengan pergerakannya.

    Penyerang asal Inggris ini pandai mempertahankan bola, melakukan pergerakan ke sayap, maupun ke posisi yang lebih dalam untuk dimanfaatkan oleh rekan-rekannya, seperti Dele Alli, Son Heung-min, atau Christian Eriksen. Ia juga menjadi pemain yang berbahaya saat situasi duel bola udara yang merupakan salah satu kelemahan Liverpool.

    Kedua full-back Spurs juga tidak ragu untuk maju dan memanfaatkan ruang yang tercipta akibat dari permainan Kane ini. Itulah kenapa kita kadang bisa melihat pada satu pertandingan, Kane sepertinya tidak banyak berkontribusi di depan gawang, padahal ia lah yang membuka ruang bagi pemain-pemain Spurs lainnya.

    Sebaliknya, Liverpool bisa memanfaatkan cara menyerang Spurs ini dengan bermain lebih disiplin dengan mencoba menciptakan peluang dari dekat gawang lawan, bukan dari luar kotak penalti.

    Sejauh ini seperti yang ditunjukkan saat Spurs melawan Watford, Burnley, dan Southampton, Spurs selalu direpotkan dari peluang jarak dekat yang tercipta akibat umpan silang maupun rangkaian umpan-umpan pendek yang berakhir di depan mulut gawang.
    Duel Dua Kesebelasan yang Banyak Melakukan KesalahanGambar 2 – Grafis daerah peluang (hanya menunjukkan tembakan yang tepat sasaran) yang tercipta di gawang Tottenham Hotspur – sumber: Opta via Paul Riley

    Liverpool perlu lebih disiplin di sini, karena salah satu pemain mereka, Philippe Coutinho, adalah pemain yang paling sering melepaskan tembakan dari luar kotak penalti di Liga Primer, dengan 32 dari 55 tembakan yang ia lepaskan adalah tembakan dari luar kotak penalti.

    Coutinho hanya mencetak tiga gol dari usaha sebanyak itu, salah satunya adalah tendangan bebas. Meskipun kita bisa melihat dua momen magis Coutinho melalui dua gol jarak jauhnya, tapi ia terlalu banyak memaksakan peluang.
    Duel Dua Kesebelasan yang Banyak Melakukan KesalahanGambar 3 – Grafis daerah tembakan Phillipe Coutinho – sumber: Opta via Paul Riley

    Sebaliknya, hal ini justru menunjukkan jika Liverpool kesulitan menghadapi kesebelasan yang memiliki pertahanan rapat. Menghadapi Spurs nanti, diharapkan Klopp lebih menginstruksikan kesebelasannya untuk membangun serangan dengan lebih sabar dan lebih baik, misalnya dengan mengandalkan kecepatan ataupun umpan silang seperti di saat mereka mencetak gol ke gawang Chelsea (31/01).

    Kabar baiknya, Liverpool dan Spurs bisa sama-sama berharap akan adanya gol. Dalam empat pertandingan terakhir, Spurs memuncaki daftar kesalahan (defensive error) dengan enam kali. Sementara Liverpool berada di peringkat kedua dengan empat error. Keduanya kebobolan dua kali dari kesalahan tersebut (error leading to goal).

    Prediksi: Liverpool 2-2 Tottenham Hotspur

    Beberapa berpendapat jika Liverpool bisa mengubah momentum buruk mereka di 2017 jika mereka berhasil menang akhir pekan nanti melawan Spurs. Tapi statistik dan rekor dalam 10 pertandingan terakhir sepertinya tidak memihak Liverpool.

    (Baca juga: Momentum Jadi Jawaban Buruknya Penampilan Liverpool Sejauh 2017 Ini)

    Spurs sendiri terakhir kali berhasil menang di Anfield adalah pada tahun 2011, atau enam tahun yang lalu. Jadi, sebenarnya Spurs juga tidak memiliki sejarah yang bagus untuk mendukung mereka menang di Anfield, sehingga hasil imbang sepertinya menjadi output yang lebih potensial. Apalagi kedua kesebelasan memuncaki daftar error terbanyak dalam empat pertandingan terakhir.

    Bagi Liverpool, mereka sebenarnya tidak perlu khawatir berlebihan meskipun sedang dalam momentum yang buruk. Liverpool sudah tersingkir dari Piala FA dan Piala Liga, serta tidak bermain di kompetisi Eropa. Dengan hanya berlaga di Liga Primer, itu artinya Liverpool memiliki waktu istirahat yang panjang setelah ini.

    Dalam 17 hari ke depan, Liverpool hanya memainkan satu pertandingan, yaitu melawan Spurs nanti. Sedangkan pertandingan mereka yang selanjutnya akan hadir pada 27 Februari 2017 melawan Leicester City di Stadion King Power.

    Pada jangka waktu yang panjang tersebut lah sebenarnya waktu yang tepat bagi Klopp dan kesebelasannya untuk memperbaiki momentum. Jadi, mengingatkan kembali, kepada para suporter Liverpool, bersabar saja kalau nanti masih tidak menang melawan Spurs. Karena kuncinya justru adalah setelah melawan Spurs tersebut. Semoga semua hasil buruk ini ada hikmahnya.
    Duel Dua Kesebelasan yang Banyak Melakukan KesalahanGambar 4 – Prediksi susunan sebelas pemain Liverpool dan Tottenham Hotspur

    ====

    * Penulis biasa menulis soal sport science untuk situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @dexglenniza


    (mfi/mfi)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game