Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Champions: PSG 4-0 Barcelona

    PSG Memadukan Pressing Agresif dan Keunggulan Fisik untuk Benamkan Barcelona

    Ardy Nurhadi Shufi - detikSport
    Foto: Reuters Foto: Reuters
    Jakarta - Barcelona tumbang di markas Paris St. Germain 4-0 di pertandingan leg I babak 16 besar Liga Champions, Rabu (15/7) dinihari WIB. Hasil yang tak disangka-sangka.

    Ketidakberdayaan Barca terlihat dari jumlah tembakan yang mereka lakukan, hanya enam kali dengan satu on target. Catatan tersebut jauh lebih sedikit dengan jumlah tembakan yang dilakukan PSG, total 16 tembakan yang 10 di antaranya on target.

    Barca memang tampil inferior pada laga ini. Pendekatan strategi yang diterapkan pelatih PSG, Unai Emery, memang berhasil membuat raksasa asal Spanyol tersebut tampil bak kesebelasan medioker. Pelatih Barca, Luis Enrique, bahkan mengakui jika timnya memang layak kalah dengan skor telak. "Hasil malam ini merefleksikan apa yang terjadi di lapangan," kata Enrique.

    PSG Memadukan <i>Pressing</i> Agresif dan Keunggulan Fisik untuk Benamkan Barcelona
    Pressing dan Tekel Agresif Menghentikan Serangan Barcelona

    Barcelona adalah kesebelasan yang superior dengan penguasaan bolanya. Umpan-umpan pendek dari kaki ke kaki sejak dari lini pertahanan menjadi ciri khas kesebelasan Catalunya tersebut. Tak terkecuali melawan PSB, Barca pun bermain tanpa mengubah gaya permainannya.

    Barca unggul penguasaan bola pada laga ini, 57% berbanding 43%. Namun keunggulan penguasaan bola tersebut tak berarti apa-apa. Pada kenyataannya, Barca tak bisa mengendalikan permainan mereka sendiri, mereka tak bisa membangun serangan yang mereka inginkan.

    Setiap Barca membangun serangan, aliran serangan Barca sangat sering terhenti di tengah lapangan. Hal ini memang seperti sudah direncanakan oleh Emery. Ia menginstruksikan para pemainnya melancarkan pressing agresif pada area middle third. Jadi, ketika pemain Barca menguasai bola di lini pertahanan mereka sendiri, para pemain PSG akan membiarkannya.

    Akan tetapi ketika bola serangan Barca bergulir ke area tengah lapangan, para gelandang dan penyerang PSG langsung melancarkan tekel-tekel agresif yang sistemik.

    Total, 43 tekel dilakukan PSG dengan 31 di antaranya berhasil. Padahal rataan tekel PSG per pertandingan hanya 17,6 kali saja, atau hanya terbanyak ke-64 di Eropa. Ini artinya, PSG memang berupaya lebih dari dua kali lipat dalam perebutan bola.

    PSG Memadukan <i>Pressing</i> Agresif dan Keunggulan Fisik untuk Benamkan BarcelonaGrafis tekel PSG, PSG menyerang ke sebelah kanan (via: whoscored.com)
    Cemerlangnya para gelandang PSG terlihat dari upaya tekel ini. Blaise Matuidi dan Marco Veratti mencatatkan masing-masing empat tekel berhasil dari enam kali percobaan. Adrien Rabiot tiga kali percobaan tekel semuanya berhasil. Yang paling luar biasa adalah permainan bek kanan PSG, Thomas Meunier. Ia delapan kali berhasil merebut bola dari 12 kali percobaan. Tak heran Neymar Jr. tak berkutik.

    Tak hanya itu, para pemain PSG pun pintar dalam membaca permainan, walau hal ini tak lepas dari cara mereka melakukan pressing. Total 18 cegatan dilakukan PSG, Barca hanya sembilan kali saja. Layvin Kurzawa, Rabiot dan Julian Draxler masing-masing mencatatkan empat cegatan. Sementara itu Matuidi mengoleksi tiga cegatan. Total, ketiganya mencatatkan 15 cegatan, 15 cegatan yang mayoritas terjadi di area bermain Lionel Messi.

    Inilah yang menyebabkan Messi tak banyak menguasai bola pada laga ini, bahkan hanya sekali melepaskan tembakan meski bermain selama 90 menit.

    PSG Memadukan <i>Pressing</i> Agresif dan Keunggulan Fisik untuk Benamkan BarcelonaGrafis intersep PSG, PSG menyerang ke sebelah kanan (Via: whoscored.com)
    Emery dengan berani meninggalkan possession football ciri khas PSG dan lebih mengandalkan permainan cepat, agresif dan mengandalkan fisik. Hal ini wajar dilakukan karena jika Barca terlalu dibiarkan dalam menguasai bola, tanpa gangguan untuk merebut bola, peraih lima gelar Liga Champions ini akan dengan leluasa mengobrak-abrik lini pertahanan PSG.


    Lini Tengah Barca Lesu

    Apa yang ditunjukkan PSG saat mereka tak menguasai bola seperti yang sudah diungkapkan di atas, berbanding terbalik dengan apa yang ditunjukkan Barcelona. Enrique tampaknya memang tidak menginstruksikan anak asuhnya untuk bermain agresif saat tak menguasai bola.

    Selain itu, para pemain Barca pun tak mahir dalam merebut bola seperti yang dilakukan PSG (gol pertama PSG tercipta lewat tendangan bebas hasil dari pelanggaran di depan kotak penalti).

    Dari 31 upaya tekel yang dilakukan, Barca hanya mencatatkan 18 tekel saja. Jumlah tekel Barca memang banyak, namun ini tak seperti yang dilakukan PSG yang memang bertujuan merebut bola untuk melancarkan counter attack, tekel-tekel para pemain Barca dilakukan karena mereka sering mendapatkan serangan.

    Lini tengah dan depan Barca tercatat melakukan 17 tekel pada laga ini, termasuk Ivan Rakitic dan Rafinha yang masuk sebagai pemain pengganti. Terbanyak dilakukan oleh Andre Gomes. Namun tekel berhasil justru hanya empat kali saja, Gomes hanya sekali berhasil merebut bola. Perebutan bola Barca baru lebih baik setelah Rakitic masuk. Gelandang asal Kroasia ini mencatatkan tiga tekel berhasil dari empat percobaan, jauh lebih efektif dari pemain yang ia gantikan, Gomes.

    Inilah yang dimanfaatkan denga baik oleh PSG. Tiga dari empat gol yang diciptakan PSG menunjukkan bahwa lini tengah Barca seolah mempersilakan pemain PSG yang menguasai bola untuk memasuki area kotak penalti. Hal ini berbanding terbalik dengan yang ditunjukkan lini tengah PSG.

    Pada gol Draxler, Andres Iniesta tak berdaya menghadapi pressing Rabiot dan Verratti. Setelah bola berhasil direbut, Iniesta terlambat mundur sementara Busquets lebih memilih menjaga kedalaman padahal Gerard Pique berada di dekatnya. Hal ini menciptakan ruang kosong di depan kotak penalti. Veratti pun dengan leluasa memberikan umpan daerah pada Draxler.

    Gol kedua Di Maria pun tak jauh berbeda, Iniesta tak terlalu tangguh dan gigih untuk menghentikan mantan pemain Real Madrid tersebut. Sementara itu lesunya lini tengah Barca semakin terlihat pada gol keempat PSG yang diciptakan Edinson Cavani. Meunier, seorang bek kanan, dengan leluasa menggiring bola ke depan kotak penalti untuk kemudian memberikan umpan daerah pada Cavani.




    Kesimpulan

    Kemenangan telak PSG atas Barcelona dengan empat gol tanpa balas memang di luar perkiraan. Namun secara permainan, PSG memang sangat layak menang dengan skor telak.

    Andai kiper Marc-Andre Ter Stegen, tak bermain gemilang dengan mencatatkan enam penyelamatan, mungkin saja Barca bisa kebobolan lima sampai enam gol.

    Semua ini terjadi karena penampilan para pemain PSG dengan baik menerapkan instruksi Emery. Pressing ketat nan agresif yang dilakukan di tengah lapangan, dipadukan dengan kombinasi aliran cepat bola dari kaki ke kaki saat melancarkan serangan balik. Barca yang tak bermain dengan tekel agresif tak berdaya untuk mengadangnya.

    Ambisi PSG untuk memenangkan pertandingan dan mencetak gol sebanyak-banyaknya sangat terlihat pada laga ini, yang ditunjukkan para pemainnya. Pemain-pemain muda seperti Meunier, Rabiot, hingga Presnel Kimpembe yang menggantikan Thiago Silva, tampil tenang dan disiplin untuk membuat Trio MSN mati kutu. Hal inilah yang tak ditunjukkan oleh Barca, sehingga membuat mereka kalah kelas dari PSG. (rin/cas)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game