Piala Presiden 2017
Lebih Cerdas, Arema FC Kalahkan Sriwijaya FC

Bertanding melawan Sriwijaya FC di Stadion Manahan, Solo, Minggu (26/2/2017), Arema FC berhasil meraih kemenangan dengan skor 1-0. Satu-satunya gol dibuat Adam Alis pada menit ke-48.
Hasil positif itu membuat Arema berhasil mengulang pencapaian mereka pada Piala Presiden 2015 sebagai semifinalis. Ketika itu, mereka gagal melaju ke babak final karena dikalahkan oleh Sriwijaya FC dengan agregat 2-3.
![]() |
Sriwijaya FC--agar mendapatkan penguasaan bola lebih tinggi--menerapkan formasi dasar 4-1-3-2, yang bisa berubah sewaktu-waktu menjadi 4-3-3. Sosok Rachmat Hidayat dan Yoo Hyun Koo menjadi sosok kunci di lini tengah yang mengatur sebaran bola, ditopang oleh mobilitas dari Hilton Moreira dan Alberto Goncalves di lini depan.
Di kubu Arema FC tetap mengandalkan formasi dasar 4-3-3. Nasir masih diandalkan di posisi winger kanan, Hanif dan Adam Alis menjadi gelandang box-to-box. Bustomi bertugas menjaga kedalaman sekaligus memberikan perlindungan kepada Artur Cunha dan Bagas Adi.
Pertandingan tersebut sebenarnya berjalan dengan cukup alot. Kedua kesebelasan sempat sulit untuk mengembangkan permainan karena rapatnya pertahanan masing-masing kesebelasan serta tumpulnya penyerangan masing-masing kesebelasan. Namun, ada beberapa faktor yang membuat Arema akhirnya mampu keluar sebagai pemenang dalam pertandingan ini.
Arema FC Menekan Sejak Awal Membuat Sriwijaya FC Tidak Berkembang
Arema FC tahu bahwa Sriwijaya FC penuh dengan pemain-pemain yang memiliki kemampuan dribel yang cukup mumpuni, terutama duet Alberto Goncalves dan Hilton Moreira. Mereka kerap membingungkan lini pertahanan dengan pergerakan tanpa bola mereka sekaligus mengancam karena keduanya memiliki finishing yang sama-sama bagus.
Oleh karena itu, untuk mengatasi gaya menyerang SFC yang kerap mengandalkan dribel dan umpan-umpan pendek, Arema melakukan pressing ketat kepada tiap-tiap pemain Sriwijaya FC yang membawa bola. Para pemain Singo Edan bahkan sampai memasang dua pemain untuk menekan satu pemain SFC yang sedang menguasai bola.
Pressing dilakukan hampir di semua area lapangan. Pressing ketat yang dilakukan oleh para pemain Arema, bahkan ketika para pemain Sriwijaya menguasai bola di wilayah mereka sendiri, membuat permainan SFC sulit berkembang.
Aliran bola dari belakang ke tengah dan dari depan ke tengah sering kali tersendat, karena cukup banyaknya mispass yang dilakukan oleh para pemain SFC.
Walau mampu bertahan dengan baik dengan cara menekan lawan, Arema nyatanya tidak mampu menembus pertahanan Sriwijaya FC. Para pemain SFC yang memilih bertahan lebih dalam mampu menahan serangan Arema. Itu dikarenakan bola jarang mengalir sampai ke Christian Gonzales yang kerap berperan sebagai pemantul bola. Kredit khusus harus diberikan kepada Yanto Basna yang sukses mengawal pergerakan Gonzales.
Serangan lewat kombinasi di sayap yang kerap dilakukan Nasir maupun Esteban Vizcarra pun bisa digagalkan baik oleh Zalnando ataupun Gilang Ginarsa. Walau Hanif Sjahbandi juga banyak membantu, tapi rapatnya pertahanan SFC di tengah membuatnya jarang menembus pertahanan SFC. Tendangan jarak jauh yang kerap dilancarkan para pemain tengah pun dengan mudah dapat dihentikan Teja Paku Alam.
Arema FC Memanfaatkan Set Piece dan Bertahan di Saat yang Tepat
Setelah kedua kesebelasan tampak sulit menembus pertahanan masing-masing, akhirnya set piece kembali menjadi andalan, seperti halnya ketika Persib memanfaatkan set piece untuk mengalahkan Mitra Kukar. Kedua kesebelasan terlihat berusaha supaya mendapatkan set piece di wilayah sepertiga akhir lapangan lawan.
Namun, dalam memanfaatkan set piece, Arema lebih cerdas. Memiliki eksekutor set piece yang baik seperti Adam Alis, mereka mampu mengambil keunggulan dengan memanfaatkan set piece yang didapat. Pada menit ke-48, tendangan bebas yang didapatkan oleh Singo Edan mampu dimanfaatkan menjadi gol lewat eksekusi Adam Alis.
Dengan set piece, Arema berhasil menjebol pertahanan Sriwijaya FC. Sadar bahwa sulit menembus pertahanan dengan open play karena kecenderungan SFC bertahan lebih dalam, mereka akhirnya memanfaatkan set piece yang didapat, salah satunya eksekusi tendangan bebas yang dilakukan oleh Adam Alis yang berbuah gol.
Setelah unggul, Arema pun langsung menerapkan pola permainan yang berbeda. Susudah menerapkan pressing ketat, Arema melakukan perubahan dengan bermain lebih dalam dan lebih banyak mengandalkan serangan balik lewat Dendy Santoso, Esteban Vizcarra, dan Adam Alis. Hal ini memberikan kesulitan tersendiri bagi SFC.
Sulit mengembangkan permainan ketika babak pertama karena ditekan, lalu tiba-tiba menghadapi pertahanan berlapis Arema yang digalang Bagas Adi dan Artur Cunha, SFC pun sedikit mengalami kebuntuan dalam menyerang.
Meski duet Beto-Hilton sudah lebih banyak menguasai bola pada babak kedua, ditopang dengan Slamet Budiyono, M. Nur Iskandar, dan Rachmat Hidayat kerap ikut menyerang SFC tetap sulit untuk menembus pertahanan Arema dan mencetak gol. Bahkan keunggulan pemain yang mereka dapat setelah Ferry Aman Saragih terkena kartu merah, tidak mampu mereka manfaatkan karena para pemain Arema mulai memfokuskan diri untuk bertahan setelah unggul.
Kesimpulan
Dalam pertandingan ini, Arema lebih cerdas dalam memanfaatkan momentum. Sadar bahwa mereka sudah unggul lewat usaha set piece yang mereka dapatkan, Arema pun akhirnya memilih untuk mengunci momentum tersebut dan tidak membiarkan Sriwijaya FC merebutnya.
Mereka juga memberikan kuasa kepada para pemain SFC untuk menguasai bola di babak kedua dan memilih untuk bertahan lebih dalam serta memanfaatkan serangan balik. Kecerdasan inilah yang membuat Arema berhasil memenangkan pertandingan melawan SFC, sekaligus membuat mereka sukses membalaskan dendam kekalahan di Piala Presiden 2015 silam.
(fem/fem)