Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Final Piala Presiden: PBFC 1-5 Arema

    Cedera Kunihiro Yamashita Jadi Awal Petaka PBFC

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Foto: Rengga Sancaya Foto: Rengga Sancaya
    Cibinong - Musnah sudah mimpi Pusamania Borneo FC menjuarai Piala Presiden. Cedera Kunihiro Yamashita mengawali kekalahan telak PBFC dan Arema FC.

    Usai sudah perhelatan Piala Presiden 2017. Arema jadi juara usai mengalahkan PBFC dengan skor telak 5-1. Laga ini memang seolah menjadi antiklimaks. Arema begitu mendominasi sepanjang pertandingan. PBFC, yang punya pertahanan terbaik di ajang ini, tak berdaya menghadapi serangan-serangan Arema hingga gawangnya kebobolan lima kali.

    Pada babak pertama, PBFC sudah tertinggal 0-3. Arema pun kemudian menambah dua gol lainnya pada babak kedua, melalui Cristian Gonzales, yang mencatatkan hat-trick pada laga ini. PBFC sendiri hanya bisa memperkecil ketinggalan menjadi 5-1 melalui gol Firly Apriansyah.

    Lantas, ada apa dengan PBFC sehingga begitu lemah pada laga pamungkas ini?

    Cedera Kunihiro Yamashita Menghancurkan Kekokohan Lini Belakang PBFC

    Pertandingan berjalan seimbang pada awal-awal laga. PBFC bahkan langsung memiliki peluang satu lawan satu di gawang Arema. Saat itu Rival Lastori mendapatkan umpan dari Reinaldo Elias. Hanya saja tendangannya berhasil dibendung kiper Arema, Kurnia Meiga. Bola liar yang disambar Reinaldo pun masih mampu dimentahkan Meiga.

    PBFC memang bukan tanpa perlawanan pada laga ini. Mereka bahkan menurunkan skema permainan yang lebih menyerang. Jika pada leg kedua semifinal mereka menurunkan formasi 3-5-2 yang sering berubah menjadi 5-3-2, kali ini kesebelasan asuhan Ricky Nelson ini memainkan formasi dasar 4-2-1-3.

    PBFC menyimpan empat pemain di depan saat bertahan untuk memaksimalkan skema serangan balik. Sementara double pivot yang diisi oleh Wahyudi Hamisi dan Asri Akbar ditugaskan untuk melindungi back four PBFC.

    Skema ini cukup efektif merepotkan lini serang Arema. Apalagi kedua full-back, Diego Michiels dan Michael Orah, tak terlalu agresif dalam membantu serangan. Keduanya difokuskan menjaga pertahanan untuk mengantisipasi pergerakan duo winger Arema, M. Nasir dan Esteban Vizcarra.

    Namun kokohnya lini pertahanan PBFC mulai goyah setelah insiden yang terjadi pada menit ke-23. Saat itu Kunihiro Yamashita melakukan duel udara yang justru membuatnya meringis kesakitan. Dua menit berselang, ia kembali mengalami benturan ketika menghadang Nasir. Benturan keduanya itu membuatnya tak bisa melanjutkan pertandingan digantikan Firly Apriansah.

    Tak adanya Kunihiro inilah yang membuat lini pertahanan PBFC mulai mudah kecolongan. Kemampuan Firly dalam membangun serangan, keluar dari tekanan, antisipasi bola, covering Dirkir Glay, hingga duel-duel udara tak sebaik yang dimiliki Kunihiro.

    Hal ini terlihat pada tiga gol pertama Arema. Sebelum terjadinya pelanggaran yang berbuah kemelut untuk Arema dan menghasilkan gol Hanif Sjahbandi, situasi ini diawali oleh sapuan Firly yang justru mengarah pada pemain Arema yang berada di pintu sepertiga pertahanan PBFC. Saat itulah pelanggaran terjadi, yang dieksekusi dengan baik oleh Adam Alis sehingga menimbulkan kekacauan di lini pertahanan PBFC.

    Sementara itu pada gol kedua, ia berada di posisi yang salah ketika Michael Orah mendapatkan tekanan dari Cristian Gonzales, akhirnya Orah yang panik memberikan bola pada Wawan Hendrawan yang justru meluncur ke gawangnya sendiri.

    Pada gol ketiga, Firly tak berada di tempatnya untuk menghalau bola pertama umpan silang Felipe Bertoldo yang membuat Dirkir Glay tidak siap menyambut bola, yang kemudian bola liar berhasil dimanfaatkan Gonzales.

    Gol keempat dan kelima Arema pun tak lepas dari buruknya antisipasi Firly terhadap pergerakan Gonzales. Pada gol-gol yang terjadi pada babak kedua ini Dirkir Glay terpancing untuk menjaga Esteban Vizcarra, sementara Firly bertugas mengawasi pergerakan Gonzales. Namun Firly selalu gagal dalam menghentikan upaya-upaya Gonzales.




    Situasi-situasi tersebut tidak terjadi ketika Kunihiro masih berada di depan gawang Wawan Hendrawan. Ia selalu berada di dekat Dirkir Glay. Jarak keduanya yang dekat dimaksudkan untuk saling mengisi ketika salah satu di antara mereka berhasil dilewati oleh Gonzales.

    Kombinasi seperti ini memang merupakan senjata utama PBFC di jantung pertahanan. Bersama Dirkir Glay, Kunihiro membuat PBFC tak kebobolan hingga babak perempat final. Dan kokohnya duet ini sempat terlihat pada 25 menit pertama final ini, sebelum akhirnya Kunihiro Yamashita ditarik keluar karena cedera.

    Risiko PBFC yang Bermain Terlalu Terbuka

    Dalam skema 4-2-1-3 yang diturunkan PBFC, hal ini menunjukkan jika PBFC hendak mengincar gol cepat pada laga ini. Empat pemain terdepan yang jarang membantu pertahanan (Rival Lastori sesekali membantu pertahanan) dimaksudkan untuk memanfaatkan serangan balik melalui umpan-umpan panjang Asri Akbar.

    Namun dengan empat pemain berada di depan, ini mengurangi jumlah pemain PBFC ketika bertahan; menyisakan dua gelandang bertahan dan empat bek sejajar. Sementara Arema selalu menyerang setidaknya dengan lima pemain, bahkan bisa enam atau tujuh pemain jika kedua full-back turut membantu penyerangan.

    Cedera Kunihiro Yamashita Jadi Awal Petaka PBFCFoto: Pandit Football Indonesia

    Ilustrasi ketika Arema menyerang

    Gambar di atas menunjukkan situasi ketika Arema melakukan serangan. Gonzales wajib dijaga oleh salah satu di antara Dirkir atau Kunihiro (biasanya Dirkir). Sementara pemain lain masing-masing menjaga satu pemain. Karenanya akan bahaya jika Gonzales lolos dari kawalan Dirkir, Kunihiro melakukan tugasnya dengan baik tapi tidak dengan penggantinya, Firly.

    Situasi di atas begitu sering terjadi. Agresivitas Adam Alis dan Felipe Bertoldo dalam membantu serangan pun membuat tekanan pada pemain PBFC semakin bertubi-tubi. Belum lagi Hanif Sjahbandi yang juga tak jarang merangsek hingga mendekati kotak penalti.

    Sebenarnya tak hanya Firly yang cukup disoroti pada laga ini. Wahyudi Hamisi juga tak membuat tugas Asri Akbar di tengah lebih mudah. Sepanjang pertandingan, Asri harus terus mengawasi pergerakan Bertoldo ataupun Vizcarra yang bergerak ke tengah. Karena jika lepas, maka salah satu dari bek tengah-lah yang harus meng-cover dan ini kemudian menjadi bencana bagi PBFC seperti pada gol keempat dan kelima Arema.

    PBFC memang benar-benar mengandalkan Asri Akbar pada laga ini. Selain bertugas menjaga kreator serangan Arema, ia juga merupakan kreator serangan PBFC melalui umpan-umpannya. Belum lagi tugasnya sebagai eksekutor bola mati, yang kemudian berhasil menciptakan umpan matang untuk Firly memperkecil keadaan.

    PBFC sendiri sempat mengubah skema permainannya pada babak kedua. Asri agak diturunkan sejajar dengan Firly dan Dirkir. Hal ini dilakukan agar Asri lebih sering mendapatkan bola untuk kemudian memberikan umpan panjangnya.

    Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk mengantisipasi ketidakmampuan Firly dan Dirkir dalam membangun serangan. Namun berkat pressing yang kerap dilakukan lini serang Arema, khususnya Gonzales, build-up serangan PBFC pun tak mampu berjalan dengan baik.

    Kesimpulan

    Laga final ini menjadi antiklimaks setelah Kunihiro Yamashita ditarik keluar karena cedera pada menit ke-26. Sejak saat itu, lini pertahanan PBFC langsung menjadi bulan-bulan lini serang Arema. Bahkan gol sudah tercipta tiga menit dan tujuh menit berselang ketidakhadiran Kunihiro di lini pertahanan PBFC.

    Arema sendiri memang memiliki kemampuan untuk mengoyak jala lawan hingga lima gol dalam satu pertandingan. Hal ini pernah mereka lakukan pada leg kedua semifinal. Dengan rentetan Gonzales, di mana ia menjadi top skorer Piala Presiden dengan 11 gol, Arema pun menjadi kesebelasan dengan jumlah gol terbanyak, 18 gol. Arema memang layak juara.

    (mrp/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game