Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Champions: Monaco 3-1 Manchester City

    Monaco yang Cepat Mencuri Momentum

    Dex Glenniza - detikSport
    Foto: Reuters / Eric Gaillard Foto: Reuters / Eric Gaillard
    Jakarta - Tidak ada yang tidak mungkin di Liga Champions UEFA musim ini. Pernyataan tersebut diresapi baik-baik oleh Leonardo Jardim sebelum pertandingan babak 16 besar leg kedua, sekligus dicamkan dengan pahitnya oleh Josep Guardiola setelah pertandingan berakhir.

    Bayangkan jika ada sebuah kesebelasan yang bisa mencetak enam gol dalam dua leg tapi harus tersingkir. Meskipun sudah unggul 5-3 di kandang, Manchester City kemudian malah menelan kekalahan 3-1 di kandang lawan sekaligus membuat mereka tersingkir oleh Monaco akibat dari aturan gol tandang.

    Sama seperti leg pertama di Stadion Etihad, pertandingan dini hari tadi juga berjalan dengan gila.

    Monaco yang sadar jika mereka butuh gol, langsung menggebrak sejak awal laga dan berhasil mencetak gol pembuka melalui Kylian Mbappe di menit ke-8, gol yang sangat penting untuk membalikkan momentum. Monaco kemudian berhasil mencetak gol lagi di menit ke-29 melalui Fabinho.

    The Citizens tidak mau menerima kekalahan begitu saja. Mereka kemudian melakukan perubahan di babak kedua. Perubahan tersebut membuat mereka bermain lebih baik, bermain lebih menyerang, dan berhasil mencetak gol di menit ke-71 melalui Leroy Sane.

    Namun tidak bertahan lama, Monaco berhasil memanfaatkan situasi bola mati dan mencetak gol terakhir dini hari tadi di menit ke-77 melalui TiemouΓ© Bakayoko. Agregat 6-6 bertahan sampai akhir pertandingan dan Monaco berhak lolos karena mereka mencetak gol lebih banyak (tiga gol) di kandang lawan.

    Monaco yang Cepat Mencuri MomentumGambar 1 – Susunan pemain Monaco dan Manchester City

    Monaco Lebih Direct dan Mengincar Celah di Pertahanan City

    Sadar mereka memiliki modal berharga melalui tiga gol tandang, Monaco langsung menyerang dari awal pertandingan. Mereka melakukannya dengan bermain lebih langsung (direct), seperti yang bisa dilihat pada grafis operan di sepertiga lapangan terakhir mereka di bawah ini:

    Monaco yang Cepat Mencuri MomentumGambar 2 – Grafis operan sepertiga lapangan terakhir Monaco – Sumber: FourFourTwo Stats Zone

    Dari gambar di atas, mereka terlihat sering mengambil risiko dengan operan-operan ke jantung pertahanan lawan. Sementara permainan direct lainnya juga mereka tunjukkan dari operan-operan dan dribble-dribble yang mereka lakukan di wilayah sayap.

    Dari 27 dribble yang mereka lakukan, Mbappe dkk. berhasil menyelesaikan 18 di antaranya; dan mereka melakukan hampir semuanya di posisi yang berbahaya. Jika dibandingkan dengan City (12 dribble sukses dari 20), kebanyakan dribble City dilakukan di daerah yang tidak berbahaya.

    Selain itu, Jardim juga sepertinya tahu jika kelemahan utama pertahanan City ada pada kemampuan mereka dalam menghadapi operan terobosan. Thomas Lemar dkk pun akhirnya berhasil menciptakan banyak peluang dengan memanfaatkan operan terobosan yang sengaja mengincar ke celah di daerah pertahanan City.
    Celah tersebut biasanya terlihat di daerah antara bek tengah dan bek sayap, yaitu di daerah antara John Stones dan Bacary Sagna di kanan, serta daerah antara Aleksandar Kolarov dan Gael Clichy di kiri.




    Kerenggangan di Antara Pemain-Pemain City

    Berhasilnya Monaco mengeksploitasi pertahanan City ini, terutama di babak pertama, bukan terjadi tanpa alasan. Guardiola memang tidak menerapkan permainan yang bertahan, ia hanya menyetel skuatnya untuk lebih berhati-hati. Hal ini membuat City tidak memiliki serangan yang berarti pada babak pertama.

    Satu hal disoroti adalah posisi antar pemain City yang terlihat renggang, terutama di lini belakang, sehingga hal ini bisa dimanfaatkan oleh Monaco melalui deretan pemain depan dan sayap mereka yang terkenal cepat dan pandai mencari ruang. Selain itu, bek-bek City juga terlihat seperti enggan melakukan tekal.

    Monaco yang Cepat Mencuri MomentumGambar 3 – Rata-rata posisi pemain Monaco (kiri) dan Manchester City (kanan) – Sumber: WhoScored

    Fernandinho yang diplot untuk melindungi keempat bek di belakangnya, malah lebih sering terlihat terlalu ke belakang, terutama pada gol kedua. Hal ini justru membuat adanya ruang di depan kotak penalti City yang cukup leluasa untuk dimanfaatkan oleh Monaco.

    Dengan memainkan formasi 4-4-2 yang bertransformasi menjadi 4-2-2-2 (dua pemain sayap dan dua penyerang) ketika menyerang, pertahanan City akhirnya kalah secara kuantitas dan kualitas.

    Kolarov yang dimainkan sebagai bek tengah menjadi sorotan, karena itu bukanlah posisi alaminya. Pada gol pertama, pemain asal Serbia ini hanya bisa melihat Mbappe mencetak gol, padahal seharusnya ia-lah yang menjaga Mbappe.

    Begitu juga pada gol kedua, antara ia, Fernandinho, dan Raheem Sterling lah yang seharusnya melihat pergerakan Fabinho. Sterling tidak melakukan track-back, Fernandinho terlalu ke belakang (seperti yang sudah disebutkan di atas), begitu juga Kolarov. Akhirnya Fabinho tidak terkawal di dalam kotak penalti untuk menceploskan bola.

    Monaco yang Cepat Mencuri MomentumGambar 4 – Proses terjadinya gol kedua Monaco

    Permainan City Lebih Baik di Babak Kedua, tapi Tidak dengan Finishing-nya

    Mungkin karena terlalu berhati-hati, kita bisa melihat permainan City di babak pertama sangat tidak mencerminkan attacking possession khas Guardiola. Mereka kecolongan dua gol yang krusial.

    Monaco yang Cepat Mencuri MomentumGambar 5 – Grafis penyerangan Manchester City di babak pertama – Sumber: FourFourTwo Stats Zone

    Namun setelah turun minum, permainan City berubah menjadi jauh lebih baik. Mereka sadar jika mereka juga butuh gol. Kitapun bisa melihat banyak peluang yang City ciptakan di babak kedua.

    Hanya satu gol yang bisa mereka ciptakan sebenarnya tidak mencerminkan cara bermain mereka yang sudah jauh lebih baik tersebut, melainkan penyelesaian buruk mereka, terutama Sergio
    Aguero.
    Monaco yang Cepat Mencuri MomentumGambar 6 – Grafis penyerangan Manchester City di babak kedua – Sumber: FourFourTwo Stats Zone

    Aguero tercatat memiliki empat peluang bersih (big chance) di babak kedua. Tapi ia hanya bisa mencatatkan dua tembakan, satu off target, dan satu lagi berhasil diselamatkan penjaga gawang.

    Konsentrasi yang Buyar saat Menghadapi Situasi Bola Mati

    Tidak lama setelah City berhasil mencetak gol, sebuah gol yang bisa saja membuat mereka lolos dari babak 16 besar, City justru malah kebobolan. Berawal dari situasi bola mati, City malah gagal menjaga konsentrasi mereka.

    Pada gol yang dicetak oleh Bakayoko tersebut, bisa kita lihat seharusnya Kolarov-lah yang menjaganya.

    Monaco yang Cepat Mencuri MomentumGambar 7 – Proses terjadinya gol ketiga Monaco

    Namun jika kita melihat lebih detil lagi, kita akan menemukan kelemahan City saat menghadapi set piece. Seluruh pemain City dan Monaco yang berniat menyambut bola mati tersebut, sebenarnya masing-masingnya sama-sama berjumlah enam pemain. Akan tetapi, saat bola mulai turun dari udara, penjagaan City terlihat sangat kacau.

    Misalnya saja, jika seharusnya 1 menjaga A, 2 menjaga B, dan seterusnya, itu tidak terlihat saat bola jatuh. Bakayoko (C) yang seharusnya dijaga oleh Kolarov (3) malah dibiarkan tak terkawal, begitu juga dengan pemain lainnya, misalnya Mbappe (A) yang seharusnya dijaga oleh Nicolas Otamendi (1).

    Monaco Menang karena Berhasil Mendapatkan Momentum

    Dari awal laga, kita bisa melihat Manchester City bermain lebih berhati-hati meskipun tidak bertahan juga. Sedangkan Monaco langsung menggebrak dan mencatakan banyak peluang. Kylian Mbappe adalah salah satu pemain yang paling bersinar dini hari tadi. Pengaruhnya ia ditunjukkan dari peluang pertama sampai gol pertama saat laga baru berjalan delapan menit.

    Gol pertama yang cepat tersebut adalah kunci awal yang membuka permainan Monaco. Mereka mendapatkan momentum ketika berhasil menceploskan bola meskipun mereka sebenarnya masih ketinggalan. Kemudian gol kedua semakin menegaskan keuntungan Monaco.

    City tidak punya pilihan lain selain menyerang, dan mereka melakukannya dengan baik di babak kedua. Mereka berbalik mendapatkan momentum kembali saat berhasil mencetak peluang pertama. Tapi sayang sekali bagi City, finishing mereka sangat buruk sehingga mereka hanya berhasil mencetak satu gol, yang sebenarnya sudah cukup.

    Tapi tidak butuh lama bagi Monaco untuk merebut momentum setelah kelengahan City menghadapi set piece harus dibayar mahal oleh Josep Guardiola. Setelah gol ketiga Monaco tersebut, pertandingan menjadi miliki Monaco meskipun masih menyisakan sekitar 13 menit.

    Guardiola harus merasakan tersingkir di babak 16 besar Liga Champions UEFA untuk pertama kalinya meskipun kesebelasannya berhasil mencetak enam gol. Hal ini terjadi karena peraturan gol tandang yang menguntungkan Monaco.

    [Baca juga: Keuntungan Gol Tandang yang Tidak Bikin Untung]



    =====



    * Penulis biasa menulis soal sport science untuk situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @dexglenniza


    (krs/fem)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game