Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Menakar Permainan Timnas Indonesia dalam Debut Luis Milla

    Ardy Nurhadi Shufi - detikSport
    Foto: Grandyos Zafna Foto: Grandyos Zafna
    Jakarta - Indonesia 1, Myanmar 3. Itulah hasil akhir laga ujicoba yang dilakoni timnas Indonesia, Selasa (21/03/2017) kemarin, di Stadion Pakansari, Bogor. Meski Indonesia menurunkan pemain di bawah usia 22 tahun, namun laga ini bertajuk laga resmi FIFA -- yang artinya bisa berpengaruh ke peringkat FIFA.

    Laga melawan Myanmar sendiri, meski hanya bertajuk laga ujicoba, menjadi laga yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia. Hal ini karena laga melawan Myanmar menjadi laga debut pelatih timnas Indonesia, Luis Milla.

    Dengan rekam jejak yang mentereng baik sebagai pemain maupun pelatih, ditambah lagi bayaran tinggi dari PSSI (konon mencapai Rp tujuh miliar rupiah atau tiga kali lipat dari Alfred Riedl), masyarakat Indonesia penasaran dengan bagaimana penampilan Indonesia. Apalagi selama satu bulan Milla memilah pemain sampai akhirnya memutuskan 25 pemain yang dipanggil menghadapi Myanmar.

    Lalu apa yang ditampilkan Milla pada laga ini?

    Permainan Indonesia Belum Istimewa

    Dengan latar belakang Milla dari Spanyol, kemudian Spanyol yang identik dengan umpan-umpan pendek, harapan pada timnas Indonesia untuk bermain demikian pun membumbung tinggi. Namun yang tampak selama 90 menit, permainan Indonesia masih belum berubah dengan umpan-umpan panjangnya.

    Milla menurunkan formasi 4-2-3-1, sama seperti Riedl di Piala AFF 2016 lalu. Dari susunan pemain yang diturunkan sejak menit pertama, seluruhnya adalah pemain debutan. Dalam skuat timnas, hanya Evan Dimas dan Hansamu Yama yang sudah memiliki caps senior. Namun Evan Dimas baru masuk pada babak kedua, sementara Hansamu tak dimainkan.

    Menakar Permainan Timnas Indonesia dalam Debut Luis Milla

    Namun tidak dengan umpan-umpan pendek, Indonesia masih memainkan sepakbola direct. Bukan hanya dari tengah, tapi umpan-umpan ke sepertiga akhir dilepaskan dari lini pertahanan. Bahkan pada babak pertama, trio lini tengah timnas yang diisi M. Hargianto, Hanif Sjahbandi, dan Gian Zola, tak terlibat terlalu banyak dalam skema serangan.

    Dari belakang, bola lebih sering mengarah ke kedua sayap, yang diisi oleh Saddil Ramdani dan Febri Hariyadi. Keduanya memang menjadi pemain yang cukup menonjol pada laga ini.
    Jarak antarpemain Indonesia pada babak pertama sebenarnya sudah cukup baik, tapi hanya ketika bertahan. Saat tak menguasai bola, pressing dari middle third atau tengah lapangan dilakukan oleh trio lini serang beserta gelandang-gelandang Indonesia.

    Menakar Permainan Timnas Indonesia dalam Debut Luis MillaIlustrasi bentuk posisi para pemain Indonesia ketika bertahan

    Saat tak menguasai bola, para pemain Indonesia menunggu terlebih dahulu di area pertahanan sendiri sebelum melancarkan pressing. Skema ini cukup berjalan dengan baik, khususnya pada awal-awal babak pertama.

    Selepas pertengahan babak, lini pertahanan Indonesia mulai kocar-kacir. Apalagi ketika Myanmar bisa melancarkan serangan balik cepat. Serangan balik Myanmar tersebut cukup membuat lini pertahanan Indonesia kerepotan. Terdapat beberapa peluang yang diciptakan Myanmar dan berhasil merangsek ke kotak penalti dengan situasi cukup terbuka, namun mampu dipatahkan melalui aksi-aksi tekel bek tengah Indonesia, khususnya Bagas Adi Nugroho.

    Namun yang mendasar dari permainan Indonesia besutan Milla ini adalah ketika lini serang yang terlalu bertumpu pada kedua sayap. Skema permainan Indonesia yang memainkan umpan panjang selalu mengarah pada kedua sayap, hanya saja ketika di sayap, pemain yang membawa bola seringkali kurang mendapatkan support.

    Secara skill individu, Saddil dan Febri memang cukup merepotkan lini pertahanan Myanmar. Beberapa kali juga keduanya mempertontonkan "tarian" untuk mengecoh penjagaan lawan. Namun serangan Indonesia hanya sebatas itu, ketika keduanya gagal melewati pemain, maka serangan Indonesia pun gagal. Lebih jauh, Febri dan Saddil sering terlalu lama menguasai bola yang akhirnya memberikan kesempatan Myanmar untuk membangun pertahanan hingga merebut bola.

    Di sayap, Saddil dan Febri memang sering bertarung sendirian. Gian Zola lebih mendekat ke Ahmad Nur Hardianto sebagai penyerang tengah di kotak penalti. Sementara itu double pivot Indonesia lebih menjaga kedalaman dan berjaga untuk melindungi bola liar hasil serangan umpan silang. Sedangkan kedua full-back tak terlalu rajin membantu penyerangan.

    Menakar Permainan Timnas Indonesia dalam Debut Luis MillaIlustrasi ketika Indonesia menyerang (bola di Febri)

    Indonesia berhasil mencetak gol lebih dulu pada laga ini. Menerima umpan Hanif, Saddil lantas memberikan umpan silang pada Hardianto. Penyerang Persela Lamongan ini pun menyambut bola dengan kepala dan berhasil menaklukkan kiper Myanmar, Thiha Sithu.

    Menakar Permainan Timnas Indonesia dalam Debut Luis MillaIlustrasi sebelum gol Ahmad Hardianto tercipta (bola di Saddil)

    Pada saat gol tercipta, terlihat hanya Ahmad Hardianto seorang yang berada di kotak penalti. Ricky Fajrin yang berposisi sebagai bek kiri, tidak membantu serangan. Sementara itu Febri di sisi kanan juga tidak berada dekat gawang. Namun kecerdikan Ahmad dalam memanfaatkan umpan silang Saddil menjadi kredit tersendiri pada situasi ini. Yang jelas, setiap Indonesia menyerang, Indonesia selalu kalah jumlah pemain.

    Dalam skema serangan umpan-umpan pendek, sejatinya kedua full-back lebih agresif membantu serangan. Di Persib misalnya, Febri kerap mendapatkan bantuan dari Henhen Herdiyana atau Supardi Nasir yang berposisi sebagai bek kanan ketika menggiring bola. Namun bek sayap timnas, baik itu Ricky Fajrin/Zalnando (kiri) dan Putu Gede (kanan), sering terlambat membantu serangan.

    Pada babak pertama kedua full-back cukup aktif menyerang, namun risikonya Indonesia kewalahan saat menghadapi serangan balik. Pada babak kedua, full-back hanya naik sampai batas sepertiga akhir dan middle third. Namun masalah transisi dari menyerang ke bertahan masih sering terjadi sehingga Indonesia kewalahan menghadapi serangan balik, gol-gol Myanmar pun bersarang lewat skema serangan balik.

    Andalkan Kemampuan Individu

    Bisa dikatakan, permainan timnas Indonesia pada laga debut Milla ini belum istimewa. Walau begitu, sebenarnya ada beberapa hal yang cukup menjanjikan. Pada babak kedua misalnya, setelah Evan Dimas masuk, aliran umpan-umpan panjang ke kedua sayap lebih terarah. Hanya saja karena full-back kerap terlambat naik, pemain sayap masih kesulitan pada babak kedua.

    Pada babak kedua Indonesia juga terlihat bergantung pada dua pemain, Evan Dimas dan Ezra Walian. Evan masuk menggantikan Gian Zola sementara Ezra menggantikan Ahmad usai turun minum. Sepanjang babak kedua, dua pemain inilah yang terlihat paling sibuk.

    Double pivot Indonesia, baik itu Hanif, Hargianto atau Paulo Sitanggang dan Asnawi Bahar, tampak belum bisa mengimbangi permainan keduanya. Saat Ezra mendapatkan peluang, ia bahkan harus berjuang sendirian mengejar bola, berduel sampai akhirnya melepaskan tembakan yang mampu ditepis kiper Myanmar.

    Bahkan kehadiran Ezra dan Evan membuat peran Saddil dan Febri mulai tak terlihat. Meski terdapat dua peluang emas lainnya yang diciptakan Indonesia, satu dari Ezra dan satu lainnya dari Evan, secara skema permainan Indonesia masih belum padu. Alih-alih, skill-skill individu yang justru lebih menonjol pada laga ini.

    Menakar Permainan Timnas Indonesia dalam Debut Luis MillaFoto: Grandyos Zafna

    Kemampuan skill individu beberapa pemain memang menjadi pembeda antara permainan Indonesia asuhan Milla dan Indonesia ketika masih ditangani Riedl. Apalagi Ezra dimainkan (walau 45 menit) padahal ia baru sekali mengikuti latihan timnas. Adaptasi, komunikasi, bahkan kebugaran penyerang keturunan Belanda tersebut tentu tak sebaik pemain lain dan masih sangat perlu ditingkatkan. Walhasil ia tak banyak mendapatkan kesempatan mengolah bola dan hanya mengandalkan kemampuan individunya.

    Bahkan kemampuan individu juga yang menjadi andalan Indonesia di babak pertama. Saddil dan Febri cukup menonjol pada 45 menit pertama sebelum tenggelam pada babak kedua. Secara permainan tim, Indonesia memang masih jauh dari harapan.

    Kesimpulan

    Permainan Indonesia di laga melawan Myanmar masih belum istimewa. Kordinasi serangan dan pertahanan hanya terlihat baik pada awal-awal pertandingan, akhirnya pada babak kedua Indonesia kebobolan dua gol dan tak mampu menambah gol sehingga akhirnya kalah 1-3.

    Memang, tak seperti Indonesia yang menurunkan mayoritas pemain debutan, Myanmar menurunkan pemain senior pada laga ini. Bahkan sembilan dari pemain Myanmar yang bermain sejak menit pertama berlaga di Piala AFF 2016 lalu. Meskipun begitu, perlu diakui dari segi permainan bahwa skuat Indonesia yang kurang berpengalaman ini masih kalah kelas dari Myanmar, yang sebagiannya merupakan skuat timnas Myanmar di Piala Dunia U-20 pada 2015 lalu.

    Luis Milla tentu butuh waktu untuk membuat Indonesia bisa memainkan sesuai dengan harapannya. Dalam sebulan terakhir, ia juga terus menyeleksi dan membongkar pasang pemain. Semoga saja Milla bisa langsung menemukan solusi bagi permainan timnas yang terlihat masih belum istimewa ini.



    ===

    *penulis adalah editor di situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @ardynshufi.




    (krs/mrp)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game