Liga 1: Persib 0-0 Arema FC
Serangan Monoton Persib Dapat Diantisipasi Arema
Foto: Agung Pambudhy
Persib mengawali gelaran Liga 1 2017 dengan hasil yang bisa dibilang kurang baik. Menjamu Arema FC di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Sabtu (15/4/2017), Persib hanya mampu bermain imbang 0-0.
Tidak ada satu gol pun yang sukses dicetak baik itu oleh tuan rumah maupun oleh tim tamu dalam laga ini. Arema FC sebenarnya berhasil mencetak gol lewat Cristian Gonzales pada menit ke-38, namun gol tersebut dianulir oleh wasit karena Gonzales dianggap sudah berada di dalam posisi offside.
Secara keseluruhan, pertandingan memang berjalan cukup menarik. Arema yang tampil di kandang Persib menunjukkan bahwa mentalitas mereka yang baik, Di tengah sorakan dari bobotoh yang memadati Stadion GBLA, Arema tetap bisa bermain tenang. Sedangkan Persib, sebagai tim tuan rumah cukup sering mengambil inisiatif penyerangan.
Walau adu serangan kerap terjadi di tengah lapangan, pertandingan pun harus berakhir imbang tanpa gol disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
Foto: Pandit Football Indonesia |
Kebiasaan Lama Persib yang Belum Berubah
Persib cukup menguasai pertandingan ini. Walau hanya berbeda sedikit dengan Arema, Persib unggul dalam hal ball possession (51,7% berbanding 48,3%, dilansir dari laman resmi Persib) di pertandingan kali ini.
Namun, keunggulan ball possession ini tidak dibarengi dengan sebuah modifikasi serangan yang variatif. Sepanjang pertandingan, bola lebih banyak dialirkan ke sayap. Baik itu Essien maupun Zola (terkadang juga Hariono) yang menjadi distributor bola dalam pertandingan tersebut sering mengalirkan bola ke wilayah sayap, ke wilayah yang dihuni Atep di kiri atau pun Febri di kanan.
Seringnya Persib menyerang dari sayap ini pun terlihat dari rataan umpan silang yang mereka lepaskan. Total ada 24 kali umpan silang yang dilepaskan Persib ke arah kotak penalti Arema (lebih banyak dari Arema yang hanya mencetak 11 kali umpan silang).
Kebanyakan umpan silang ini dilepaskan dari sisi kanan pertahanan Arema, yaitu sisi yang dihuni Syaiful Indra. Mereka jarang melepaskan umpan silang dari sisi Johan Alfarizie di kiri karena pemain ini pun jarang terlihat naik untuk membantu serangan, kecuali pada babak kedua di mana ia juga mulai ikut naik menyerang dan menekan wilayah kanan Persib yang dihuni Supardi dan Atep.
Kebiasaan lama Persib, yang terakhir juga ditunjukkan dalam laga uji tanding melawan Bali United dan juga dalam pertandingan-pertandingan sebelumnya, ternyata masih terlihat. Hal ini pun mempermudah Arema untuk mengatasi serangan tersebut, dengan menempatkan banyak pemain bertahan di dalam kotak penalti sehingga bola lebih mudah untuk dihalau, baik itu oleh Jad Noureddine, Bagas Adi, maupun Artur Cunha da Rocha.
Dalam jumpa pers usai laga, Djadjang Nurjaman selaku pelatih Persib mengakui ketiadaan Raphael Maitimo, yang bisa berperan sebagai kreator sekaligus penghubung lini tengah dan depan lewat sektor tengah, membuat skuatnya lebih banyak menyerang dari sayap.
Transisi Baik, Penyelesaian Kurang Baik
Meladeni serangan sayap Persib, Arema memilih untuk tidak memberikan pressing agresif. Secara transisi, Arema memiliki transisi yang cukup baik. Dari menyerang ke bertahan, serta sebaliknya, para pemain bisa langsung berada di posisinya untuk menutup pergerakan dari para pemain Persib.
Walau memang banyak ditekan di sisi Syaiful Indra Cahya di kanan, cover yang cukup baik kerap dilakukan oleh Hanif Sjahbandi ataupun Adam Alis di posisi tersebut, atau tak jarang Nasir pun turun untuk membantu pertahanan.
Sedangkan dari segi serangan, Arema tidak terlalu banyak mengandalkan sayap (kecuali pada babak kedua ketika Johan Alfarizie mulai banyak maju membantu penyerangan). Mereka justru banyak mengalirkan bola ke area tengah Persib, tempat di mana Hariono dan Essien, beroperasi. Dari situ, sosok Cristian Gonzales kerap hadir, memantulkan bola baik ke sayap maupun kepada pemain yang muncul dari second line, dan tak jarang peluang pun tercipta dari skema seperti itu.
Selain Gonzales, sosok Esteban Vizcarra maupun Nasir pun kerap berani menusuk ke tengah dari sayap. Posisi gelandang bertahan yang kosong dan kerap dieksploitasi Arema ini adalah cermin dari masih berbentrokannya Hariono dan Essien di posisi gelandang bertahan. Keduanya kerap out of position dan saling tidak mengisi satu sama lain.
Meski sudah mampu menyerang dengan rapi, Arema kurang baik dalam hal penyelesaian. Ini terjadi karena sosok yang menjadi distributor bola di depan, Gonzales jarang masuk ke dalam kotak penalti. Ia selalu mendapatkan pengawalan ketat dari para pemain Persib, dan ketika bola sampai kepadanya, baik itu Jufriyanto ataupun Vladimir Vujovic lebih memilih untuk langsung membuang bola.
Walau transisi Arema berjalan dengan baik, tapi mereka pada akhirnya tidak bisa menyelesaikan peluang yang didapat. Total dari 10 peluang yang Arema dapat, hanya empat yang mengarah ke gawang. Arema pun cukup sulit masuk karena pengawalan yang ketat kepada Gonzales.
***
Laga perdana kerap berjalan sulit bagi tuan rumah. Hal tersebut terlihat dari penampilan Persib kemarin. Namun selain karena faktor laga perdana, serangan Persib kurang bervariasi, selain pergantian pemain hanya perubahan posisi pemain yang dilakukan Persib, seperti pertukaran posisi trio lini depan, Shohei Matsunaga, Atep dan Febri.
Kebiasaan lama yang masih belum berubah. Hal inilah yang dengan mudah diantisipasi oleh Arema, tim tamu yang tampil lebih tenang dan lebih siap secara mental walau ditekan oleh bobotoh sepanjang pertandingan. Pekerjaan rumah juga bagi Arema yang pada pertandingan ini cukup banyak menciptakan peluang, namun gagal mengubahnya menjadi gol hanya karena kawalan yang ketat terhadap Gonzales.
Masih ada banyak waktu bagi Djanur untuk menemukan variasi serangan Persib yang lain. Hadirnya Maitimo, jika ia bermain pada pertandingan kedua nanti, bisa menambah opsi serangan Persib di lini serang sehingga tidak selalu tertumpu pada pemain sayap. Tapi dengan catatan Djanur dapat memfungsikan Maitimo dengan baik.
(mrp/fem)



Foto: Pandit Football Indonesia





