Kisah Keisha: Gagal Gabung Pelatnas PBSI, Bela Azerbaijan

Gagal masuk Pelatnas PBSI, tak membuat Keisha Fatimah Azzahra mati langkah dalam mengejar mimpi sebagai pemain bulutangkis. Ke Azerbaijan pun dikejar.
Keisha merupakan salah satu pemain kelahiran Indonesia, yang kini membela Azerbaijan di Indonesia Masters 2025 yang berlangsung di Istora Gelora Bung karno (GBK), pada 21-26 Januari ini.
Semula ia tak yakin bisa tampil di turnamen BWF Super 500 tersebut, apalagi namanya masuk dalam daftar tunggu ketujuh.
Namun ternyata lolos kualifikasi dan melawan wakil Indonesia, Ruzana. Dia bahkan memenangkan pertandingan tersebut dalam pertandingan tiga gim 21-17, 16-21, 21-19.
"Awalnya cukup tertekan ya karena lawannya dari Indonesia. Pendukungnya pasti men-support pemain Indonesia juga, walaupun saya orang Indonesia. Tapi kan membawa negara lain, jadi enggak apa-apa sih," kata Keisha saat ditemui pewarta usai bertanding.
Sayangnya, laju Keisha tak bisa berlanjut. Usai mengalahkan wakil tuan rumah, pebulutangkis berusia 21 tahun tersebut kalah dari Pornpawee Chochuwong asal Thailand lewat pertandingan dua gim 17-21, 12-21.
"Karena saingannya berat jadi masuk draw sebenarnya sudah lega. Tapi hasilnya cuma sampai di sini, ya cukup puas juga," ucapnya.
Pupuk Asa ke Olimpiade
Bukan tanpa sebab, Keisha memilih Azerbaijan sebagai pelabuhannya. Ia ingin tampil di Olimpiade untuk kali kedua.
Keisha sendiri saat ini berada di peringkat 67 dunia. Dia tercatat membela Azerbaijan sejak 2022, usai tak masuk Pelatnas PBSI.
"Sebelumnya saya ikut Seleknas 2022 tapi cuma sampai runner up, karena yang diambil kan juaranya saja. Jadi pilihannya ke Azerbaijan dulu karena masih mau jadi pemain," kata Keisha.
"Kebetulan dapat channel-nya ke Azerbaijan, terus enggak masuk Pelatnas, karena masih mau jadi pemain kan, ya ke sana saja daripada menggangur dan papa juga setuju," ujarnya.
Beruntung, di negara yang berbatasan dengan Rusia di sebelah utara tersebut, Keisha memiliki teman-teman yang berasal dari Indonesia juga, salah satunya Ade Resky Dwicahyo.
Selain itu, dari segi fasilitas dan kesempatan untuk dikirim ke turnamen-turnamen BWF juga besar. Makanya, ia mengambil kesempatan emas itu meski Azerbaijan untuk olahraga bulutangkis tak sepopuler negara-negara lain seperti Indonesia, China, dan Jepang.
"Di sana (Azerbaijan) cukup enak sih karena sering diikuti pertandingan. Jadi kayak sebulan itu bisa dua sampai tiga kali ikut pertandingan," ujarnya.
"Cuma kurangnya karena terlalu banyak mengirim pertandingan, mereka enggak tahu kondisi kita juga. Cuma selebihnya mereka cukup memuaskan, fasilitasnya juga."
Di level Olimpiade, Keisha tercatat pernah sekali tampil di Paris 2024. Ia pun berharap kesempatan itu bisa diperoleh kembali di Los Angeles 2028.
"Karena masih ingin main badminton juga sih dan usianya masih muda juga kan. Jadi kenapa enggak dulu dicoba, sampai mana nih mentoknya. Kan enggak ada yang tahu sampai mana hasil kita selanjutnya. Yang pasti target saya Olimpiade itu," Keisha mempertegas.
(mcy/aff)