Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Tactics

    Membandingkan Penguasaan Bola Manchester United, PSG, Barca, dan Bayern

    Ardy Nurhadi Shufi - detikSport
    Reuters/John Sibley Reuters/John Sibley
    Jakarta -

    Apa bedanya Manchester United dengan Paris Saint-Germain, Barcelona, dan Bayern Munich? Meski kerap mendominasi penguasaan bola, United tidak berada di puncak klasemen, berbeda dengan tim-tim yang disebut lainnya itu.

    United bukanlah kesebelasan terbaik di Liga Primer Inggris musim 2015/2016. Dibandingkan dengan tetangga sekotanya, Manchester City, United lebih inferior. Dari peringkat di klasemen sementara, United selalu berada di bawah City meski jarak keduanya terpaut sedikit saja.

    Satu persoalan yang dihadapi Manchester United adalah tak terlalu tajamnya lini serang mereka. The Red Devils kerap kesulitan mencetak gol. Padahal kualitas lini pertahanan mereka merupakan salah satu yang terbaik di Liga Inggris saat ini.

    Anehnya, hampir di setiap pertandingan United selalu menguasai jalannya pertandingan. Rataan penguasaan bolanya saat ini merupakan yang tertinggi di Liga Primer. Meskipun begitu, jumlah gol yang mereka ciptakan bahkan lebih sedikit jika dibandingkan dengan Leicester City yang tak mengedepankan gaya permainan penguasaan bola.

    Pandangan terhadap mendominasi permainan bisa memberikan kemenangan lantas samar jika United yang memainkannya. Padahal di liga top Eropa lain, para pemuncak klasemen adalah kesebelasan-kesebelasan yang andal dalam menguasai pertandingan.

    Bayern, Barca, dan PSG adalah kesebelasan yang dominan di liganya masing-masing. Mendominasi laga dengan menguasai jalannya pertandingan adalah cara mereka memenangi pertandingan.

    Lantas apa yang membedakan United dengan Bayern, Barca, dan PSG? Apa yang menjadikan penguasaan United sia-sia sedangkan ketiga kesebelasan ini sukses mencetak banyak gol dan jadi penguasa di liga masing-masing? Bukankah kualitas individu para pemain United tak kalah hebat dengan ketiganya?

    Statistik Berbicara

    Lupakan sejenak tentang Bayern yang memiliki tradisi menjadi raja di Bundesliga atau PSG yang memiliki skuat tak tertandingi di Ligue 1. Bagaimanapun, taktik dan strategi sangat menentukan hasil sebuah pertandingan. Pemain berkualitas merupakan pemain-pemain yang mampu menerjemahkan instruksi pelatih dengan baik.

    Jika pun memang Liga Primer Inggris lebih kompetitif, United tentunya layak disejajarkan dengan mereka jika berbicara stastitik menguasai jalannya pertandingan. Rataan penguasaan bola per pertandingan United mencapai 57% (tertinggi di Liga Primer), ketika Barcelona memiliki rataan 61%, PSG 63%, dan Bayern 68%.

    Dengan kompetisi yang disebut lebih kompetitif, United masih bisa dibilang cukup dominan di setiap laganya. Hanya saja hasil akhir berbicara lain yang membuat kualitas penguasaan bola sering dianggap sia-sia.

    Rataan penguasaan bola yang mencapai 57% per pertandingan yang dimiliki United sebenarnya tak jauh berbeda dengan Arsenal yang berada di bawahnya. Kesebelasan asal kota London tersebut memiliki penguasaan bola 56% per pertandingan. Manchester City berada di urutan ketiga dengan 55% per pertandingan.

    Penguasaan bola tersebut lahir dari jumlah operan per pertandingan yang mencapai 592 kali. Arsenal memiliki jumlah operan 589 kali per pertandingan. Sedangkan Man City memiliki 583 per pertandingan.

    Dari 592 kali operan yang dilepaskan United per pertandingan tersebut 499 di antaranya merupakan operan pendek, tertinggi kedua setelah Arsenal (515 kali). Akurasi operannya pun mencapai 84%, di mana ini artinya, United cukup handal pula memainkan operan-operan pendek.

    Dengan diarsiteki Louis van Gaal yang pernah menukangi Barcelona (dengan tiki-taka yang telah menjadi ciri permainannya), sebenarnya tak mengherankan jika United tampil dengan umpan-umpan pendek yang menguasai pertandingan. Namun jika dibandingkan dengan Barca saat ini dan Pep Guardiola yang juga pernah menukangi Barcelona, operan-operan pendek United tersebut tidak ada apa-apanya.

    Barca yang dibesut Luis Enrique mencatatkan 629 operan dengan 86% akurasi. Sementara Bayern lebih superior lagi dengan 762 operan ditambah akurasi operan mencapai 89%.

    Namun ternyata Laurent Blanc bersama PSG pun memiliki catatan yang tak kalah impresif soal penguasaan bola. 729 operan per pertandingan menjadi rataan operan mereka dengan tingkat akurasi mencapai 90%!

    Meskipun begitu, tak semua permainan penguasaan bola dengan umpan-umpan pendek ini identik dengan tiki-taka. Hanya saja dari gaya permainan ketiga kesebelasan di atas, terdapat beberapa kesamaan gaya bermain yang tak dimiliki oleh United: kreativitas pemain yang mendukung pergerakan pemain yang fluid atau cair.

    Bentuk Permainan United Terlalu Kaku

    Baik Barca, PSG, maupun Bayern, bermain begitu cair saat melancarkan serangan. Formasi yang menjadi pakem ditinggalkan untuk membentuk pola-pola yang bisa melancarkan operan demi operan hingga akhirnya mencapai kotak penalti.

    Pergerakan antar pemain menjadi penting untuk membuka ruang dan celah agar bisa dimanfaatkan menjadi pintu masuk ke lini pertahanan lawan khususnya kotak penalti. Dari situ, serangan bisa melahirkan peluang yang berpotensi menjadikan gol karena lini pertahanan lawan terganggu oleh pergerakan pemain yang tak hanya bermain pada posisinya masing-masing.



    Skema gol kedua Edinson Cavani ke gawang AS Monaco menunjukkan para pemain PSG tak kaku pada posisinya masing-masing.

    Pada gambar di atas (nomor 1), Zlatan Ibrahimovic yang secara posisi bermain sebagai penyerang tunggal atau pemain terdepan, justru berada di tengah lapangan untuk menerima bola dari David Luiz yang membangun serangan. Lantas pergerakan yang dilakukan Blaise Matuidi dan Cavani serta Di Maria yang masuk ke tengah (padahal ia pemain sayap) membuat lahirnya celah di antara duet bek tengah Monaco untuk kemudian tercipta peluang yang berhasil dikonversi Cavani menjadi gol.

    Berbicara mengenai peluang, rataan tembakan United per pertandingan tertahan di angka 10. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dengan catatan yang dimiliki Barca (17), PSG (15) dan Bayern (20). Dengan peluang mencetak gol yang lebih sedikit, maka tak heran pula United lebih kesulitan mencetak gol.

    Dalam 14 laga di Liga Primer, United baru mencetak 20 gol (13 dari open play). Jumlah ini jauh lebih sedikit dari Barca yang telah mengoleksi 33 gol (24 open play), PSG 37 gol (27 open play), dan Bayern 42 gol (32 open play). Jumlah gol yang dicetak United bahkan tidak setengahnya dengan jumlah gol Bayern Munich atau jauh lebih sedikit dibanding dengan jumlah gol Barca yang baru menjalani 13 pertandingan.

    Operan-operan United memang cenderung tak berhasil melahirkan celah di lini pertahanan lawan. Hal ini dikarenakan bentuk permainan United begitu kaku, tak cair seperti ketiga kesebelasan di atas. Para pemain United cenderung menempati posisinya masing-masing di mana ini memudahkan kubu lawan membentuk pertahanan.



    Dua situasi yang hampir serupa pada waktu yang berbeda saat United menghadapi Manchester City

    Pada gambar di atas (nomor 1), Anthony Martial hanya memiliki opsi operan pada Bastian Schweinsteiger karena jarak yang terlalu jauh untuk memberikan bola pada Ander Herrera ataupun Antonio Valencia. Sementara pada gambar nomor 2, empat pemain United (Rojo, Martial, Rooney, dan Herrera) tak mendekati bola yang membuat Schweinsteiger harus mengembalikan bola ke belakang (pada Morgan Schneiderlin).

    Operan-operan United kerap buntu dan dikembalikan lagi ke belakang karena kurangnya kreativitas dari para pemainnya ketika bola hendak mendekati area kotak penalti. Bisa jadi hal ini juga merupakan instruksi Louis van Gaal yang mengharapkan operan-operan pendek itu diakhiri dengan umpan silang ke kotak penalti (United identik dengan serangan yang mengandalkan sayap kiri). Namun tetap saja, hal itu memudahkan lini pertahanan lawan untuk menutup celah yang ada (lihat bagaimana para pemain Manchester City menutup setiap jalur operan ke pemain United pada gambar di atas).

    Sekarang mari kita bandingkan (lagi) dengan pola atau bentuk serangan Barcelona. Begitu cairnya pergerakan para pemain Barca pun berhasil mengobrak-abrik pertahanan Real Madrid. Pada laga tersebut, Barca menang dengan skor telak 4-0.



    Proses terjadinya gol Luis Suarez di El Clasico yang merupakan buah dari pergerakan pemain yang cair

    Pada gambar di atas terlihat bagaimana Sergi Roberto bermain lebih ke tengah meski ia berposisi sebagai penyerang sayap kanan. Gerakan tersebut diikuti oleh Ivan Rakitic yang bergerak untuk memancing Sergio Ramos. Maka ketika Sergi menggiring bola ke tengah, Ramos kebingungan karena harus menjaga juga Rakitic (gambar 3). Hingga akhirnya pertahanan Madrid kacau dan Raphael Varane yang sejak awal menjaga Luis Suarez, harus berupaya menghentikan Sergi di mana ini dimanfaatkan Suarez dengan mencari posisi ideal untuk menerima operan dari Sergi (gambar 4).

    Jika dilihat dari proses terjadinya gol Barca dan PSG di atas, pada akhirnya skema operan pendek diakhiri dengan umpan terobosan yang memanfaatkan terbukanya celah di lini pertahanan lawan, khususnya ketika mendekati area kotak penalti. Sementara membuka celah itulah yang masih menjadi PR bagi skuat asuhan Van Gaal.

    Alih-alih membuka celah, tembakan dari luar kotak penalti lebih dipilih sebagai alternatif akhir skema serangan United (yang mungkin juga sebagai bentuk frustasi tak bisa membongkar pertahanan lawan). Dari luar kotak penalti, United melepaskan 47% tembakannya (hampir setengahnya). Bandingkan dengan Barca (27%), PSG (30%) dan Bayern (36%) yang ini artinya mereka lebih jarang melepas tembakan jarak jauh (sepertiga dari total tembakan mereka).



    Gol kelima Bayern ke gawang Dortmund yang diciptakan Mario Gotze merupakan hasil dari pergerakan yang cair antara Muller, Douglas Costa, dan diakhiri pergerakan Robert Lewandowski dalam membuka ruang untuk jalur masuk Thiago yang muncul dari belakang dan tembakan Gotze (gambar 3 dan 4).

    Kesimpulan

    Manchester United handaln menguasai jalannya pertandingan. Di Liga Primer Inggris bisa dibilang merupakan yang terbaik untuk hal dominasi permainan atau penguasaan bola.

    Akan tetap yang mereka lakukan adalah hanya mengalirkan bola "tanpa tujuan". Dari belakang, bola di kirim ke tengah, lalu ke depan, namun setelah di depan kesulitan dikembalikan lagi ke tengah atau ke belakang, dan begitu seterusnya.

    Pergerakan pemain yang bermain kaku membuat celah di lini pertahanan lawan sulit terbuka. Padahal pergerakan cair antar pemain menjadi kunci bagaimana PSG, Barca, dan Bayern Munich menguasai jalannya pertandingan dan menggelontorkan banyak gol.

    Tapi, permainan kaku United ini tentunya bukan tanpa sebab. Jika bermain cair, lini pertahanan United berpotensi kacau saat melakukan transisi. Karenanya bermain kaku merupakan salah satu cara lain United memiliki pertahanan yang kuat, seperti yang sudah mereka tunjukkan hingga saat ini.

    ====

    *penulis biasa berkontribusi untuk situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @ardynshufi.



    (roz/roz)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game