Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Match Analysis

    Liga Inggris: Spurs 1-1 Liverpool

    Counterpressing vs Gegenpressing yang Berakhir Imbang

    Pandit Football Indonesia - detikSport
    Foto: Reuters/Dylan Martinez Foto: Reuters/Dylan Martinez
    Jakarta - Duel Tottenham Hotspur vs Liverpool sesungguhnya menyuguhkan sajian duel taktikal yang menarik, kendati pun pada akhirnya duel itu berakhir imbang 1-1.

    Duel tersebut merupakan pertandingan besar kedua yang dilakoni oleh Liverpool dalam tiga laga perdana musim ini. Yang pertama adalah ketika mereka mengalahkan Arsenal 4-3. Sebaliknya buat Spurs, penghuni posisi ketiga Premier League musim lalu, mereka membutuhkan kemenangan kandang kedua setelah sebelumnya menang 1-0 atas Crystal Palace.

    Laga yang berlangsung di White Hart Lane, Sabtu lalu (27/08/2016), ini akhirnya berakhir sama kuat 1-1. Sebuah gol penalti dari James Milner dibalas oleh Danny Rose di babak kedua.


    Gambar 1 – Susunan pemain Tottenham Hotspur dan Liverpool

    Dari susunan pemain, Mauricio Pochettino masih belum bisa menurunkan Moussa Dembele yang masih harus menjalani hukuman akumulasinya yang ia peroleh pada akhir musim lalu. Pembelian Victor Wanyama menjadi solusi langsung untuk hal ini.

    Sementara penjaga gawang Hugo Lloris juga masih menderita cedera dan belum bisa diturunkan, sehingga Michel Vorm menjadi pilihan.

    Di sisi lain, Juergen Klopp masih belum menurunkan penyerang murni meskipun ia sudah memiliki Daniel Sturridge yang duduk di bangku cadangan. Roberto Firmino masih dipercaya menjadi ujung tombak. Di belakang, Joel Matip memainkan debutnya di Liga Primer dengan berduet bersama Dejan Lovren.

    Satu hal menarik kembali terjadi di posisi bek kiri. Untuk kedua kalinya berturut-turut, Klopp mencadangkan Alberto Moreno dan menurunkan Milner di posisi asingnya tersebut.

    Sama-sama Menekan, Tetapi Beda Caranya

    Baik Pochettino dan Klopp sama-sama menandalkan pressing ketika bertahan. Transisi dari menyerang ke bertahan, dari bertahan ke menyerang, dan dua di antaranya menjadi kunci utama. Kita mengenal taktik Pochettino dengan counterpressing, sementara Klopp adalah gegenpressing. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu merebut bola kembali secepat mungkin ketika mereka kehilangan penguasaan.


    Gambar 2 – Grafis ball recovery Tottenham Hotspur (kiri) dan Liverpool (kanan) – sumber: FourForTwo Stats Zone

    Bedanya, gegenpressing Klopp lebih ke pemain-pemain terdekat yang melakukan tekanan, sementara Pochettino lebih ke pengambilan posisi pemain-pemainnya supaya efisien ketika melakukan tekanan. Counterpressing orientasinya lebih kepada memotong jalur operan pemain lawan yang menguasai bola.

    Dengan taktik dari masing-masing manajernya ini, Liverpool kehilangan bola sebanyak 17 kali, Spurs 14 kali. Kemudian Liverpool berhasil mencatatkan 12 intersep (9 di antaranya di daerah pertahanan mereka sendiri) dan Spurs sebanyak 9.

    Di babak pertama, Spurs bermain melebar dengan mengandalkan kedua bek sayapnya alih-alih pemain depannya. Kyle Walker di kanan dan Rose di kiri berkali-kali naik membantu serangan Spurs, sementara Eric Dier ditugaskan turun untuk membentuk formasi tiga bek temporer bersama kedua bek tengahnya (lihat gambar 3 bagian kiri).



    Gambar 3 – Bentuk Tottenham Hotspur ketika membangun serangan (kiri); ketika kehilangan Kyle Walker dan memasukkan Vincent Janssen (kanan)

    Mengeksploitasi Sisi Lapangan yang Sama

    Skema membangun serangan dari Spurs pada prinsipnya akan membuat Spurs sulit untuk diserang balik. Namun pada kenyataanya di atas lapangan, kecepatan Sadio Mane di kanan dan Philippe Coutinho di kiri berkali-kali mampu memperdaya pertahanan Spurs.


    Gambar 4 – Grafis operan yang diterima oleh Sadio Mane – sumber: FurFourTwo Stats Zone

    Melalui operan terobosan, Liverpool mampu mencatatkan 11 peluang dari 13 usaha umpan terobosan. Kita bisa melihatnya pada peluang Coutinho di awal laga, peluang Mane yang dihalau oleh sapuan Vorm, serta gol Mane yang dianulir akibat Adam Lallana yang terjebak offside.

    Dari 8 peluang yang berhasil Spurs ciptakan dan 12 yang berhasil Liverpool ciptakan, kita juga bisa melihat keduanya sama-sama mengandalkan serangan melalui sisi kiri Liverpool (atau sisi kanan Spurs).

    Hal ini sangat beralasan: Bagi Spurs karena di sana "hanya" ada Milner yang berposisi tidak alami sebagai bek kiri; Bagi Liverpool sejak Walker cedera dan Dier yang tidak secepat Walker, bermain sebagai bek kanan, karena Vincent Janssen (penyerang) yang menggantikan Walker.


    Gambar 5 – Grafis heat map Tottenham Hotspur (kiri) dan Liverpool (kanan) dengan daerah yang ditandai dengan kotak bergaris merah, menandakan daerah yang sering dieksploitasi – sumber: Squawka

    Sialnya bagi Liverpool pada sat gol balasan Rose, mereka sedikit lengah saat terlalu mengekploitasi sisi kanan Spurs. Spurs melakukan serangan balik dari sisi tersebut sementara Rose tidak ada yang menjaga di sisi seberangnya (kiri Spurs).

    Umpan silang Spurs dilepaskan ke kotak penalti membuat Rose mampu mendapatkan bola dengan tak terjaga, baik oleh Nathaniel Clyne maupun Mane (track-back).


    Gambar 6 – Proses terjadinya gol Tottenham Hotspur berawal dari Danny Rose yang tidak terjaga. Umpan silang berasal dari kanan, disundul duel oleh Erik Lamela dan Nathaniel Clyne, bola muntahan jatuh ke kaki Rose – sumber screenshot: Sky Sports.

    Liverpool Rindu Sturridge, Spurs Rindu Dembele

    Di menit ke-69, Divock Origi masuk menggantikan Coutinho yang membuat Firmino harus bergeser menjadi lebih melebar. Setelah pergantian pemain tersebut, penyerangan Liverpool terus mengalami kebuntuan dan tidak efektif.

    Sulitnya Liverpool menyerang selain karena melebarnya Firmino, Spurs juga mengubah bentuk tim mereka ketika bertahan. Yang tadinya adalah menggunakan skema tiga bek, menjadi 4-3-3 dengan menarik Eriksen ke dalam untuk menemai Wanyama dan Bamidele Alli (lihat kembali gambar 3 sebelh kanan). Bentuk ini terbukti menjadi bentuk yang lebih imbang untuk Spurs dalam transisi.

    Spurs sangat terlihat masi kehilangan Dembele di mana pemain asal Belgia tersebut bisa naik dan turun secara cepat, tidak seperti Wanyama ataupun Dier yang cenderung lebih defensif. Dembele sendiri baru akan bisa dimainkan pada pekan ke-5 karena akumulasi yang ia terima dari musim lalu.


    Gambar 7 – Grafis umpan Liverpool setelah Divock Origi masuk, yang membuat Roberto Firmino melebar dan tidak efektif – sumber: Squawka

    Sedangkan Liverpool bisa memperbaiki serangan mereka ketika memasukkan Sturridge. Sayangnya itu terjadi ketika pertandingan sudah memasuki menit ke-88, sehingga Sturridge tidak bisa memberikan impak yang besar.

    Kesimpulan

    Juergen Klopp sudah tahu bahwa ia mungkin membutuhkan penyerang murni di lini depan meskipun Roberto Firmino bisa memainkan peran penyerang false nine dengan baik. Mencari alternatif dengan membuat Firmino melebar sepertinya bukan menjadi pilihan yang baik.

    Ia harus cepat-cepat membuat Daniel Sturridge ganas kembali sambil berharap Danny Ings juga bisa menemukan performanya seperti saat sebelum ia cedera panjang.

    Sedangkan Mauricio Pochettino masih terus tidak bisa move on dari Moussa Dembele. Dua pertandingan lagi di Liga Primer Inggris yang membuatnya harus menunggu untuk bisa memainkan Dembele kembali.

    Di luar kedua hal tersebut, pertandingan semalam menyajikan kedua kesebelasan yang sama-sama mengandalkan pressing yang melelahkan, sehingga sangat menarik untuk disimak.

    Bermainnya James Milner sebagai bek kiri tidak bisa terus-menerus dilakukan oleh Klopp. Suka ataupun tidak, ia seperti sedang memberi kode bahwa Liverpool membutuhkan bek kiri baru untuk menggantikan Alberto Moreno.

    Untuk Spurs, Harry Kane masih belum menemukan penampilan terbaiknya padahal ia mengemas lebih dari dua lusin gol musim lalu. Dengan bermain bersama Vincent Janssen yang lebih target man malah membuat Kane melebar dan turun, yang meskipun harus disayangkan tetapi pada akhirnya mampu membuka banyak ruang bagi rekan-rekannya, termasuk pada gol balasan Spurs.

    Liga Primer dan liga-liga sepakbola lainnya harus istirahat selama jeda internasional dalam dua pekan ke depan, sambil juga menunggu tenggat waktu transfer pemain tengah pekan depan. Jadi, masih ada banyak hal yang bisa terjadi.

    ====

    *dianalisis oleh @panditfootbal, profil lihat di sini.

    (roz/a2s)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game