Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Tactics

    Pratinjau 2015/2016

    Manchester City: Tajam di Depan, Bermasalah di Pertahanan

    Randy Aprialdi - detikSport
    Jakarta -

    Manchester City seperti seorang anak kecil yang baru dikeluarkan dari hukuman disekap dalam kamar mandi atau gudang. Mereka masih adem ayem ketimbang rival domestik mereka, Manchester United, yang jor-joran belanja sejak bursa transfer musim panas 2015 mulai dibuka.

    Tapi sikap tenang City di bursa transfer itu tidak bertahan terlalu lama. Begitu sanksi Financial Fair Play (FFP) dicabut UEFA pada akhir Juni lalu, barulah kesebelasan berjuluk The Citizens ini mulai melancarkan aktivitas dalam urusan belanja pemain.

    Walau begitu, ada yang sedikit berbeda dalam rencana transfer skuat besutan Manuel Pellegrini kali ini. Sekarang mereka lebih hati-hati melakukan pembelian pemain, tidak jor-joran seperti sebelumnya, namun masih tetap dengan harga dan gaji selangit.

    Gebrakan Pembelian Mahal Sterling Demi Kuota Home Grown

    Bebasnya hukuman FFP membuat City melakukan gebrakan pertama pada bursa transfer musim panas kali ini. Namun bukan nama-nama pemain dari luar Liga Inggris yang didatangkan dengan fantastis seperti sebelumnya. Mereka justru mendatangkan pemain Inggris yang melejit bersama Liverpool, Raheem Sterling. Pesepakbola 20 tahun tersebut didatangkan dengan harga sangat fantastis bagi pemain dalam kategori usia muda yakni dihargai 43,7 juta poundsterling.

    Setelah Sterling, giliran Fabian Delph direkrut dari Aston Villa. Padahal sebelumnya Delph sempat ragu meninggalkan Villla untuk bergabung dengan Vinceng Kompany dkk. Pada akhirnya ia dan Villa pun setuju dengan tawaran City yang menukarnya dengan mahar 8 juta poundsterling.

    Setelah menyelesaikan transfer Sterling dan Delph, City melanjutkan gebrakannya. Mereka mengambil pemain potensial Inggris lainnya dari Fulham yakni Patrick Roberts seharga 4,9 juta poundsterling. Harga yang tidak kecil untuk seorang pemain yang baru berusia 18 tahun dan hanya pernah membela kesebelasan yang berkompetisi di divisi kedua Liga Inggris.

    Tiga rekrutan baru City itu semuanya pemain berpaspor Inggris. Bisa dibilang, langkah ini merupakan upaya City untuk menyesuaikan skuatnya dengan aturan home grown player, yakni setiap kesebelasan harus mendaftarkan minimal delapan pemain didikan kesebelasan Inggris dalam rentang usia 15 sampai 21 tahun selama tiga musim berturut-turut. Mereka harus melakukan itu juga karena baru saja melepas tiga pemain home grown yang diwakili James Milner, Frank Lampard dan Dedryck Boyata.



    Orang boleh saja menilai harga Sterling tidak masuk akal. Namun dengan aturan home grown player yang baru itu, tiga pembelian City ini bisa dikatakan sebagai aset home ground yang memang disiapkan dalam jangka waktu sangat panjang.

    Kedatangan Sterling sendiri mengorbankan Stevan Jovetic, salah satu pemain non-home grown. Pemain yang akhirnya bermain untuk Internazionale Milan tersebut dianggap paling tidak sesuai dalam skema rancangan Pellegrini – setidaknya dibandingkan penyerang lainnya yakni Sergio Aguero, Edin Dzeko dan Wilfried Bony.

    Pendekatan Tanpa Lelah Kepada Pogba dan De Bruyne

    Setelah mengamankan slot home grown, yang ketiganya berusia relatif muda, kini City bisa kembali memperlihatkan watak aslinya: membeli pemain bintang dengan harga mahal. Pada awalnya mereka mengincar gelandang top milik Juventus, Paul Pogba. Sayangnya keinginan City merekrut jebolan akademi Manchester United tersebut terbentur angka yang dianggap terlalu mahal, sekitar 71 juta poundserling dengan gaji 12 juta poundsterling per musim.

    Sebetulnya harga itu bisa saja ditebus City. Hanya saja, kembali kepada sanksi FFP, mereka jelas tak bisa lagi sembarangan menghambur-hamburkan uangnya. Sekali lagi bukan soal uang, barangkali. Namun aturan FFP yang memang memaksa mereka untuk lebih berhitung kembali sebelum membeli pemain dengan harga-harga yang selangit.

    Mereka masih mencari cara untuk mendatangkan Pogba, salah satunya dengan menawarkan David Silva sebagai paket pembelian. Pogba dinilai sangat penting untuk memperkuat lini tengah City. Mengandalkan Yaya Troore dianggap riskan karena musim lalu penampilannya mulai menurun. Ditambah lagi Pogba juga berstatus sebagai pemain home grown karena pada usia 15 sampai 20 tahun ia berada di akademi United.

    City sendiri tidak mau habis hanya mengurusi Pogba. Mereka juga mengintai gelandang lain yaitu Kevin De Bruyne. Pemain VfL Wolfsburg yang didapuk sebagai pemain terbaik Bundesliga 2014/2015 ini nilainya tidak akan di bawah 30 juta poundsterling, bahkan bisa mencapai 40-an juta pounds.

    "Kami tidak ingin menjual De Bruyne. Saya bisa mengerti apa yang ia katakan, namun saya beharap ia bertahan," ujar Dieter Hecking, pelatih Wolfsburg.

    Tengara itu sekali lagi menjelaskan tidak mudahnya bagi City untuk menebus De Bruyne. Bisa saja mereka menggoyang keteguhan Wolfsburg dengan jumlah yang yang besar, namun sekali lagi aturan FFP dengan sendirinya membatasi pengeluaran City. Tak peduli berapa pun mereka punya uang.

    City sendiri terus menebarkan jaring pengamatan pemain yang diincar. Kabarnya mereka hendak menelikung Saido Berahino, penyerang West Bromwich Albion, yang juga diincar Tottenham Hotspur.



    Problem Lini Belakang dan Opsi Pemain Muda

    City tidak mendapatkan hasil yang terlalu memuaskan pada agenda pramusim 2015/2016 ini. Pada gelaran international Championship Cup (ICC) di Australia, Kompany dkk., dibantai Real Madrid 4-1. Anak asuh Pellegrini tersebut cuma menang sekali melawan AS Roma, itu pun hanya melalui adu penalti.

    Mereka juga atas Toronto dari MLS dan dan Melbourne City dengan skor tipis 1-0. Satu-satunya kemenangan besar diraih ketika mengalahkan Vietnam dengan margin 8-1. Bahkan dalam uji coba terakhir, mereka harus takluk kembali dari Stuttgart dengan skor 4-2 di Mercedes-Benz-Arena, Jerman. Parahnya, City tertinggal empat gol tanpa balas terlebih dahulu di babak pertama.

    Tapi persiapa pada pramusim buruk City bisa dikatakan wajar karena masih belum diperkuat para pemain yang terlibat dalam Copa America seperti Sergio Aguero, Martin Demichelis, Pablo Zabaleta dan Fernandinho. Mereka diberikan waktu lebih oleh Pellegrini untuk berlibur dan istirahat.

    Kendati demikian, Pellegrini memang harus memutar otak untuk menyempurnakan skuatnya. Apalagi Liga Primer Inggris akan dimulai hanya dalam hitungan hari lagi (Sabtu, 8/8). Salah satu yang harus dibenahi adalah lini belakang. Kinerja mereka selama pramusim masih tidak lebih baik dari kinerja di musim sebelumnya.

    Dengan persaingan Liga Primer Inggris yang luar biasa ketat, kebobolan dengan cara-cara konyol jelas tidak bisa ditolerir. Setiap gol bisa sangat berarti dan amat menentukan dalam penentuan klasemen akhir kelak. Mutu antartim yang semakin ketat, membuat setiap gol bisa sangat berarti banyak.

    Sayangnya belum ada niatan Pellegrini untuk menambah darah baru di lini belakang. City dirasa masih perlu membenahi pertahanan yang menjadi kelemahan mereka musim lalu. Mengingat Demichelis sudah mulai lamban dan Ellaquim Mangala tampil angin-anginan. Kelemahan di lini belakang itulah yang memaksa gawang City harus kebobolan 38 kali musim lalu (1 gol per laga).

    Jika dalam dua laga awal City masih buruk di sektor pertahanan, tidak bisa tidak Pellegrini harus memburu pemain belakang yang baru. Dan semakin dekat dengan penutupan bursa transfer, kian tidak mudah saja mencari pemain bagus yang tersedia di pasar transfer. Jika pun tersedia, biasanya, harganya menjadi lebih mahal seiring kian dekatnya penutupan bursa transfer.



    Kendati demikian, hasil yang tidak memuaskan di pramusim ini setidaknya memberi sedikit angin segar kepada Pellegrini. Pertandingan pramusim yang cukup banyak sangat berguna untuk memastikan adaptasi Sterling dengan rekan-rekan barunya bisa lebih cepat. Pemain bernomor punggung tujuh tersebut sudah mencetak tiga gol selama tur.

    Persoalan terjadi pada Delph yang mendapatkan cedera di awal pramusim. Setelah pulih cedera nanti ia harus latihan lebih ekstra lagi untuk menggeser posisi Yaya Toure, Jesus Navas, Samir Nasri, David Silva atau pemain tengah lainnya. Plus mesti secepatnya beradaptasi dengan skema permainan City.

    Pellegrini juga layak mempertimbangkan memberi menit bermain yang lebih kepada para pemain muda yang memperlihatkan penampilan bagus selama pramusim. Pemain seperti Kelechi Iheanacho dan Manuel Garcia, sepertinya, ada dalam daftar teratas Pellegrini sebagai pemain muda yang siap mendapatkan menit bermain.

    Memaksimalkan Sterling

    Selama tur pramusim, Pellegrini seringkali memulai pertandingan dengan formas 4-2-3-1 yang sering berubah menjadi 4-3-3. Pada formasi tersebut, Sterling ditempatkan dalam posisi yang berubah-ubah. Dari gelandang serang tengah, gelandang serang sayap kiri dan penyerang tunggal yang diberi keleluasaan bergerak.

    Dari serangkaian tur itu bisa dikatakan skema The Citizens pada Liga Primer Inggris 2015/2016 tidak akan banyak berubah. Hanya saja, Sterling dipastikan akan mendapatkan satu posisi di lini depan sebagai gelandang serang. Sterling sepertinya akan menggusur Nasri yang musim lalu tidak terlalu memukau permainannya. Atau bisa saja Sterling dipindahkan mejadi gelandang serang sayap jika City berhasil mendatangkan De Bruyne.

    Sementara untuk posisi penyerang, tidak bisa tidak Pellegrini akan mengandalkan kembali kinerja Aguero yang musim lalu mencetak 26 gol. Mustahil mengabaikan performa gemilang Aguero musim lalu. Bony tampaknya harus puas sebagai cadangan. Nama-nama tersebut belum termasuk Dzeko jika batal ke AS Roma atau Iheanacho dan Roberts sebagai pemain muda masa depan City.

    Akan sangat menarik jika De Bruyne berhasil didatangkan. Trio Sterling-Silva-De Bruyne di belakang Aguero akan menjadi kombinasi antara kecepatan (Sterling), tempo (Silva yang pandai men-delay) dan efisiensi (akurasi umpan de Bruyne yang mematikan sebagai pembuat assist terbanyak di Eropa musim lalu). Jika pertukaran dan permutasi peran dan posisi ketiganya bisa berlangsung mulus, siapa pun lawan City akan menghadapi persoalan serius dengan konsentrasi: siapa mengawal siapa.

    Tapi rasanya cuma mengandalkan ketajaman di lini serang masih belum cukup untuk City jika ingin meraih gelar Liga Inggris kembali. Agaknya sudah cukup penambahan kekuatan di lini serang, persoalan hanya tinggal di lini belakang.



    ====

    * Penulis anggota redaksi @PanditFootball dengan akun twitter: @randyntenk

    (a2s/mfi)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game