Pratinjau 2015/2016
Dortmund Rasa Baru
Seperti musim-musim sebelumnya, kuning dan hitam tetap menjadi warna kebesaran mereka. Namun musim ini, Borussia Dortmund akan tampil berbeda. Juergen Klopp yang selama tujuh tahun terakhir menduduki posisi pelatih kepala telah meninggalkan jabatannya. Kesebelasan yang sudah lima kali keluar sebagai juara di era Bundesliga ini tak membutuhkan waktu lama untuk menemukan sang pengganti: Thomas Tuchel ditunjuk tak lama setelah Klopp mengambil keputusan untuk mundur, dan sang pengganti sudah mulai bekerja.
Memindahkan tongkat estafet posisi pelatih kepala dari Klopp ke Tuchel berarti mempercayakan tim kepada orang baru yang memiliki cara kerja berbeda dengan orang yang ia gantikan posisinya. Tak akan ada lagi teriakan-teriakan dan perayaan-perayaan ekspresif dari Klopp. Tak akan ada lagi perayaan penuh semangat bersama Gelbe Wand di depan Sudtribune. Sementara Klopp adalah seorang penghibur, Tuchel seorang analis.
Namun keduanya tetap memiliki kesamaan. Selain sama-sama menangani FSV Mainz sebelum bekerja untuk Dortmund, baik Klopp maupun Tuchel sama-sama menyukai serangan cepat. Cara keduanya membangun serangan cepat, bagaimanapun, tidak sama.
Tuchel datang membawa banyak perubahan. Ia bahkan membawa juru masak baru dan analis video baru untuk membantunya bekerja di tempat baru. Dan selain staf-staf baru, Tuchel juga membawa gaya bermain baru ke Dortmund. Gegenpressing adalah Klopp, bukan Tuchel.
Permainan Menyerang yang Fleksibel
Di bawah asuhan Klopp, para pemain Dortmund menekan sedekat mungkin ke gawang lawan dan langsung melancarkan serangan cepat begitu mereka berhasil merebut bola. Tuchel berbeda. Pendekatan tanpa bolanya tidak seperti itu. Para pemain Dortmund akan lebih banyak menguasai bola sebelum melancarkan serangan. Tuchel mengajari para pemain Dortmund – yang tidak begitu baik dalam menguasai bola – bagaimana mereka harus menerima umpan serta kapan dan bagaimana mereka harus melepas bola.
Tuchel mendorong para pemain Dortmund untuk lebih banyak menguasai bola dan memainkannya menyusur tanah. Bahkan untuk umpan silang pun para pemain Dortmund dianjurkan melepas bola menyusur tanah.
Selain pendekatan permainan yang berbeda, para pemain pun akan merasakan perbedaan dalam penempatan diri di lapangan. Dalam beberapa pertandingan persahabatan, Tuchel memainkan formasi 4-1-4-1. Namun jangan bayangkan formasi ini sebagai formasi baku Dortmund sepanjang musim 2015/16.
Sebagai pelatih kepala yang kaya taktik, Tuchel tidak bergantung kepada satu formasi. Ia menyesuaikan formasi dan taktik berdasarkan setiap lawan yang ia hadapi. Saat membawa Mainz mencetak sejarah dengan mengakhiri musim di zona Eropa untuk kali pertama, Tuchel memainkan lima formasi berbeda sepanjang musim: 4-2-3-1, 4-4-2 berlian, 4-4-2, 4-3-1-2, dan 4-3-3. Di Dortmund, Tuchel kemungkinan besar melakukan hal yang sama.
Kamus formasi dan taktik Tuchel yang kaya dengan sendirinya akan menjadi keuntungan bagi Dortmund. Musim lalu, salah satu alasan keterpurukan mereka adalah taktik Klopp yang mulai usang. Para lawan yang pada musim 2012/13 tak mampu membendung serangan Dortmund kini bukan hanya mampu menahan gempuran die Schwarzgelben, namun juga tahu di mana titik lemah Dortmund dan bagaimana cara mencetak gol ke gawang mereka. Bersama Dortmund, kecil kemungkinan ini terjadi karena selain memiliki banyak pilihan taktik, Tuchel tidak ragu mengubah susunan dan gaya main di tengah pertandingan. Bersama Tuchel, Dortmund akan menunjukkan permainan menyerang yang fleksibel.
Target Tinggi, Tekanan Rendah, dan Masalah yang Belum Selesai
Menggantikan sosok yang dianggap sebagai orang suci seperti Klopp – yang dikenal dekat dengan para pendukung dan berhasil membawa Borussia Dortmund tampil di final Champions League serta meraih dua gelar juara Bundesliga, satu DFB-Pokal, dan dua Piala Super Jerman – jelas menjadi beban tersendiri. Tuchel beruntung karena di akhir masa baktinya, Klopp terbukti bukan sosok sempurna.
Musim 2014/15, musim terburuk dalam sejarah Dortmund, membuat ekspektasi publik terhadap Die Borussen musim ini tidak terlalu tinggi. Ditambah lagi, Klopp saja di dua musim pertamanya hanya berhasil membawa Dortmund mengakhiri musim di peringkat keenam dan kelima. Jika Tuchel tidak berhasil memenuhi target lolos ke Liga Champions di akhir musim nanti, kemungkinan besar penilaian-penilaian bernada memaklumi akan sama banyak dengan suara-suara yang menyalahkan.
Bagaimanapun, dengan pemain-pemain yang tidak jadi meninggalkan Dortmund seiring dengan pengunduran diri Klopp (sempat ada kekhawatiran mengenai eksodus pemain setelah Klopp memutuskan untuk tidak lagi menangani Dortmund), Tuchel seharusnya dapat memenuhi target yang dibebankan kepadanya.
Hanya Mitchell Langerak, Milos Jojic, Ciro Immobile, Zlatan Alomerovic, dan Marian Sarr serta Sebastian Kehl (pensiun) yang tidak akan bermain di bawah arahan Tuchel. Tak berarti apa-apa karena mereka bukan pemain-pemain kunci. Pelatih kepala yang lahir di Negara Bagian Bayern itu juga sudah mendatangkan (sejauh ini) tiga pemain pilihannya.
Roman Burki didatangkan untuk menggantikan posisi Langerak dan menjadi penjaga gawang utama Dortmund setelah Roman Weidenfeller pensiun nanti. Usaha Tuchel untuk mendatangkan Johannes Geis tidak berhasil karena sang pemain lebih memilih FC Schalke 04 ketimbang kembali bermain di bawah asuhan Tuchel. Dalam diri Julian Weigl, gelandang bertahan berusia 19 tahun dari 1860 Munich, Tuchel menemukan seorang pengganti. Satu pemain lainnya adalah gelandang matang dari Bayer Leverkusen, Gonzalo Castro.
Karena para pemain di atas didatangkan berdasarkan keinginan Tuchel, kemungkinan besar mereka (terutama Weigl dan Castro) akan langsung menjadi pemain andalan. Para pemain lama, bagaimanapun, tidak akan rela kehilangan tempat begitu saja. Para pemain kunci musim lalu kemungkinan besar masih akan menjadi pemain kunci musim ini.
Sulit melihat Pierre-Emerick Aubameyang, pemain Dortmund paling produktif musim lalu (Aubameyang menjadi pencetak gol dan pencetak assist terbanyak Dortmund di Bundesliga musim lalu dengan catatan enam belas gol dan enam assist) tidak menjadi ujung tombak musim ini. Dan tanpa cedera yang membuatnya banyak menepi sepanjang musim lalu, musim ini Marco Reus siap menempel ketat Aubameyang; musim lalu Reus hanya mencetak enam gol dan lima assist.
Shinji Kagawa dan Henrikh Mkhitaryan juga tampaknya tidak akan kehilangan tempat. Keduanya tepat berada di belakang Reus untuk urusan umpan kunci dengan rataan 1,8 dan 1,5 umpan kunci per pertandingan (Reus sendiri memilik catatan 2,5 umpan kunci per pertandingan).
Jika para pemain Dortmund mampu cepat beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi, mereka akan baik-baik saja mengarungi Bundesliga musim ini. Fakta bahwa mereka memulai musim baru lebih awal dari kesebelasan-kesebelasan lain (karena menjalani putaran kualifikasi Liga Europa) juga memastikan masalah musim lalu – Dortmund tidak menjalani latihan pramusim yang baik sebagai kesebelasan karena pemain-pemain kunci mendapat libur lebih lama setelah Piala Dunia dan beberapa lainnya menderita cedera – tak akan kembali muncul musim ini.
Belum padu di hari pertama musim baru, seperti musim lalu, tak akan menjadi masalah Dortmund kali ini. Sayangnya, bukan itu saja masalah mereka: Dortmund masih harus melatih diri menghadapi bola-bola mati.
====
* Akun twitter penulis: @nurshiddiq dari @panditfootball
** Foto-foto: AFP








