Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Tactics

    The Curious Case of Memphis Depay

    Rossi Finza Noor - detikSport
    Man United via Getty Images/Tom Purslow Man United via Getty Images/Tom Purslow
    Jakarta -

    Dalam sebuah acara bincang-bincang bola, Football Insight, di sebuah channel pekan ini, saya mendapatkan pertanyaan: "Siapa debutan yang belum cukup oke di pekan pertama Premier League?" Saya lalu menjawab: Memphis Depay.

    Tunggu dulu, jangan keburu misuh-misuh. Memphis memang tidak tampil jelek-jelek amat. Oleh karenanya, frasa "belum cukup oke" tersebut perlu ditilik baik-baik.

    Pada laga melawan Tottenham Hotspur pekan lalu, Memphis memang sempat memperlihatkan kebrilianannya dalam mengolah bola. Dia juga berani melepaskan tembakan, di mana dia melakukan 3 attempts sepanjang 67 menit bermain. Di luar itu, ia juga berperan dalam terciptanya gol Manchester United ke gawang Spurs.

    Dalam proses terciptanya gol tersebut, Memphis-lah yang menerima bola dari Juan Mata, sebelum akhirnya ia melepaskan operan kepada Ashley Young. Pada kelanjutannya, Young mengirim umpan kepada Wayne Rooney dan bola pun diserobot oleh Kyle Walker sehingga lahirlah gol bunuh diri.

    Tapi, seperti yang tertulis di air muka Memphis ketika digantikan Ander Herrera, dia bisa tampil lebih baik lagi hari itu.

    Posisi Memphis

    Ada beberapa alasan mengapa Memphis tidak tampil maksimal pada debutnya di Premier League. Salah satunya adalah penempatan posisinya sebagai gelandang serang di belakang penyerang. Ini tidak mengagetkan, kalau patokannya adalah pertandingan-pertandingan pramusim United, di mana Memphis dimainkan di posisi yang sama.

    Namun, jika melihat posisi terbaiknya, termasuk ketika bermain di Piala Dunia 2014 --di bawah arahan Louis van Gaal juga-- Memphis selayaknya dimainkan sebagai penyerang sayap sebelah kiri ataupun sayap kiri.

    Dari posisi tersebut, Memphis bisa bergerak lebih bebas. Entah itu melakukan cutting inside dari sisi sayap ataupun melepaskan umpan. Terlebih, kemampuan dribelnya cukup baik.

    Di Eredivisie, Memphis mendapatkan "berkah" dengan banyaknya ruang di pertahanan lawan. Kemewahan yang sama tidak akan sering-sering dia dapatkan di Premier League. Apalagi bek-bek Premier League juga terbiasa beradu fisik.

    Tidak ada masalah dengan adu fisik, sebab Memphis punya postur tubuh yang tergolong kokoh. Tapi, persoalan ruang adalah masalah lain. Dengan bermain di belakang penyerang --plus minimnya ruang yang diberikan tim-tim Premier League yang memberlakukan pressing ketat seperti Spurs--, Memphis tidak akan leluasa bergerak. Kemampuannya dalam menggiring bola sulit termaksimalkan.

    Masalah lain adalah dengan ditempatkan sebagai gelandang serang di belakang penyerang, Memphis harus lebih rajin untuk turun menjemput bola. Pada laga melawan Spurs, aliran bola United sempat mandek lantaran duet gelandang Michael Carrick-Morgan Schneiderlin beroperasi tepat di depan garis pertahanan, sementara Memphis berdiri terlalu jauh ke depan.

    Dengan adanya jarak di antara ketiga pemain tersebut, Spurs sempat mendominasi jalannya pertandingan di menit-menit awal. Masalah itu langsung teratasi begitu Memphis mulai turun ke belakang untuk menjemput bola.

    The Curious Case of Ashley Young

    Mau tidak mau, pembahasan soal Memphis ini menyerempet Ashley Young. Sebagai pemain, Young bukanlah orang yang menyandang status "World Class". Tapi, dengan demikian pun, dia sudah berhasil menyingkirkan Angel Di Maria ke bangku cadangan pada musim kemarin.

    Oleh karenanya, merupakan hal menarik untuk mempertanyakan, mengapa Van Gaal sampai mempercayakan pos penyerang sayap sebelah kiri kepada pemain berusia 30 tahun ini?

    Beberapa artikel di forum pendukung United menyebut hal sederhana sebagai alasannya: Young melakukan apa yang benar-benar diminta oleh Van Gaal. Sesuatu yang sulit diberikan oleh Di Maria.



    Sebagai winger, Di Maria idealnya tidak dibebani taktik yang kelewat saklek. Di Maria sudah selayaknya diberikan free role dan dibiarkan mengobrak-abrik lini pertahanan lawan sesuka hatinya.

    Van Gaal, di sisi lain, tidak bisa membiarkan itu. Sang meneer memandang kebiasaan Di Maria menggiring bola adalah sebuah hal yang berisiko. Andai bola di kaki Di Maria direbut oleh lawan, maka hal tersebut bisa membahayakan lini pertahanan United.

    Sementara, Young adalah pemain dengan tipe yang jauh berbeda dari Di Maria. Kemampuan menggiring bolanya tidak sebagus Di Maria --mendekati pun tidak--, tapi justru karena itulah dia sempurna di mata Van Gaal. Young tidak akan sering-sering menggiring bola dan oleh karenanya risiko untuk terebut lawan bisa diminimalisir.

    Selain itu, Young juga tidak segan untuk turun membantu pertahanan, sesuatu yang amat sulit dilakukan oleh Di Maria. Ini juga yang membuatnya sempat dijadikan oleh wingback kiri oleh Van Gaal.

    Jika Memphis memang ingin dimainkan sebagai penyerang sayap sebelah kiri, ada baiknya dia mulai beradaptasi dan belajar untuk turun membantu pertahanan.

    Memphis dan Masalah-masalah United Lainnya

    Ketika dimainkan sebagai penyerang sayap sebelah kiri atau sayap kiri pada musim lalu, Young berkombinasi dengan baik dengan Daley Blind. Tiap kali Young buntu, Blind dengan cepat naik untuk membantu.

    Hal ini tidak (atau belum) dia dapatkan dari Luke Shaw, yang sejak pramusim sudah diplot untuk menjadi bek kiri utama 'Setan Merah'. Pada laga melawan Spurs pekan lalu, Shaw kerap tertinggal jauh di belakang ketika Young sudah mendekat ke kotak penalti lawan.

    Jika Memphis ditempatkan di posisi Young saat ini, bisa jadi masalah saling pengertian itu sedikit teratasi. Memphis dan Shaw adalah kawan dekat di luar lapangan. Mereka kerap terlihat berpasangan ketika melakukan pemanasan dalam sesi latihan tim. Seharusnya, tidak ada masalah dengan chemistry jika keduanya dipasang di sisi kiri.



    Opsi lain, jika pun Van Gaal tetap ingin mempertahankan Young di sisi kiri, adalah menukar posisi Memphis dan Juan Mata. Bukan rahasia apabila posisi terbaik Mata adalah sebagai "nomor 10" di belakang penyerang. Namun, sejak paruh akhir musim lalu, Van Gaal menempatkan Mata di sisi kanan dan menciptakan posisi baru untuknya: false right winger.

    Mata belakangan cukup rajin turun membantu pertahanan. Bahkan gol United ke gawang Spurs pekan lalu diawali oleh intersep dirinya terhadap operan Nabil Bentaleb.

    Jika Memphis --sebagai gelandang serang di belakang penyerang-- kerap alpa untuk turun menjemput bola, idealnya masalah yang sama tidak akan terjadi jika Mata dipasang di pos tersebut.

    Mungkinkah Memphis Dipasang sebagai Sayap?

    Pada konferensi pers yang dilakukan jelang laga melawan Aston Villa, Van Gaal mengaku tidak menutup kemungkinan memainkan Memphis sebagai sayap. Namun, Van Gaal juga mengatakan kalau dia ingin melihat Memphis sukses sebagai second striker.

    "Saya lebih suka melihat posisinya sebagai second striker ketimbang salah seorang gelandang. Saya memang ingin melihat Memphis di posisi tersebut."

    "Mungkin ini sulit buatnya karena dia harus beradaptasi dengan Premier League, dengan Manchester United, klub baru untuknya. Bisa saja saya memainkannya sebagai sayap kiri karena memang itulah posisi terbaiknya," ujar Van Gaal seperti dilansir situs resmi klub.

    Sebagai sayap kiri, Memphis tidak hanya memberikan kecepatan untuk United, tetapi juga kreativitas --sesuatu yang tidak dimiliki oleh Young. Dengan berada di posisi yang ia kenali, seharusnya Memphis juga bisa bermain lebih leluasa.

    Masalahnya, Van Gaal kerap enggan mengambil risiko dengan memberikan terlalu banyak kebebasan kepada pemain-pemainnya. Andai Van Gaal mau mengambil risiko, mungkin saja kita akan melihat Memphis yang berbeda.

    ====

    *penulis adalah wartawan detikSport, beredar di dunia maya dengan akun @Rossifinza.



    (roz/din)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game