Sami Khedira Sebagai Pembeda di Lini Tengah Juventus

Tak mudah bagi pelatih Juventus, Massimilliano Allegri, menjalani musim 2015/2016. Tekad membawa Juventus meraih scudetto lima kali beruntun agak terhambat dengan hengkangnya pemain-pemain pilar seperti Carlos Tevez, Andrea Pirlo, dan Arturo Vidal.
Bayang-bayang kegagalan pun mulai menghantui di mana Juventus sempat kesulitan menemukan performa terbaik pada awal musim. Paling parah, Juventus sempat terjerembab hingga peringkat ke-16 pada tiga pekan pertama. Menurut salah satu kolumnis ESPNFC, Gabriel Marcotti, start Juve musim ini merupakan yang terburuk sejak tahun 1970.
Kekalahan kembali dialami Juventus pada pekan ke-10 oleh Sassuolo. Padahal sebelum laga itu, Juve sempat tak terkalahkan dalam lima pertandingan dan hanya kebobolan satu gol. Ada satu hal mencolok yang membedakan Juventus kemarin dengan Juventus pada lima laga sebelumnya, yaitu cara bertahan mereka.
Lebih Aman dari Serangan Sejak Khedira Tampil
Sebelum dikalahkan Sassuolo, Juventus terakhir kali menelan kekalahan adalah saat bertandang ke Napoli di ajang Serie A Italia. Kala itu kesebelasan berjuluk 'Si Nyonya Besar' ini takluk dengan skor 1-2.
Namun setelah itu, Juve tak terkalahkan. Di Serie A, Bologna dan Atalanta dikalahkan dengan skor 3-1 dan 2-0, dan hasil seri dengan skor 0-0 melawan Inter Milan membuat peringkat Juve merangkak naik. Sementara di Liga Champions, Juve menaklukkan Sevilla dengan skor 2-0 serta bermain imbang 0-0 kala bersua Borussia Moenchengladbach.
Selain hanya kebobolan satu gol, ketangguhan lini pertahanan Juventus pada lima laga ini adalah dengan sedikitnya jumlah tembakan yang mengarah ke gawang Juventus. Tembakan yang mengancam gawang Juve berjumlah 21 tembakan dari lima pertandingan. Sementara Juve memiliki rata-rata 19 kali percobaan tembakan dalam lima pertandingan tersebut.
Sekarang bandingkan dengan tujuh laga perdana Juve. Dari hasil dua kemenangan, dua seri dan tiga kekalahan, Juve tercatat mendapatkan percobaan tembakan 64 kali, tiga kali lipat dari lima pertandingan terakhir Juve. Padahal secara menyerang, Juve masih memiliki rataan 19 kali tembakan.
Data di atas menunjukkan bahwa lini pertahanan Juve mengalami perbaikan. Sejak melawan Sevilla, Juve begitu liat untuk diserang. Pada laga kedua Liga Champions itu sendiri, Juve hanya sekali mendapatkan ancaman dari juara Liga Europa musim 2014/2015 tersebut.
Setelah ditelisik lebih jauh, membaiknya penampilan lini pertahanan Juventus pada lima laga ini berkat baru tampilnya salah satu pemain anyar mereka musim ini, Sami Khedira. Pemain yang didapatkan dari Real Madrid dengan status bebas transfer tersebut, sempat cedera panjang pada pra-musim dan baru menjalani debut resminya saat melawan Sevilla.
Pada lima laga terakhir Juve, gelandang asal Jerman tersebut selalu dipasang sejak menit pertama. Maka bisa dibilang, lini pertahanan Juventus membaik berbarengan dengan tampilnya Khedira dalam mengawal lini tengah Juventus.
Skema Bertahan Juventus Bersama Khedira
Khedira nyatanya memang memberikan dimensi baru dalam skema bertahan Juventus. Terdapat perubahan strategi saat bertahan ketika membandingkan lini tengah Juventus bersama Khedira, dengan lini tengah Juventus tanpa Khedira.
Di lini tengah, Juventus selalu memasang tiga gelandang dalam formasi 4-3-1-2, 3-5-2, ataupun 4-3-3 dan membentuk formasi 4-4-2 saat bertahan. Paul Pogba merupakan pemain tak tergantikan yang membuatnya hampir pasti menghuni susunan pemain Juventus di sisi sebelah kiri. Di bagian tengah, ditempati Hernanes atau Roberto Pereyra ketika Claudio Marchisio masih mengalami cedera. Sementara sisi kanan, yang kini ditempati Khedira, sebelumnya ditempati oleh Stefano Sturaro atau Mario Lemina.
Sturaro dan Lemina memiliki gaya bermain yang hampir serupa. Keduanya merupakan gelandang perebut bola atau ball winning midfielder. Saat lawan yang ada di depannya menguasai bola, kedua pemain ini akan berusaha merebut bola tersebut dengan tekel-tekel agresif.
Sementara permainan Khedira tak seperti kedua pemain di atas. Gelandang berusia 28 tahun ini lebih sebagai box-to-box midfielder. Ia seolah berperan sebagai penyeimbang di lini tengah Juventus baik ketika bertahan maupun menyerang (lebih banyak memberikan operan ke belakang). Agar lebih jelas, perhatikan statistik di bawah ini:
Perbandingan statistik Sami Khedira, Mario Lemina, dan Stefano Sturaro
Dari statistik di atas, perbedaan paling mencolok antara Khedira dan Lemina-Sturaro adalah upaya tekel. Dari 433 menit bermain, Khedira hanya delapan kali mencoba merebut bola. Sementara Lemina yang menit bermainnya lebih sedikit, sebanyak 30 kali. Sedangkan Sturaro 41 kali.
Khedira memang tak memiliki kemampuan yang baik dalam merebut bola. Persentasi keberhasilan tekelnya hanya sekitar 37%. Bandingkan dengan Lemina dan Sturaro, meski banyak melakukan percobaan tekel, persentasenya berada di angka sekitar 50%.
Allegri sendiri tampaknya paham betul mengenai kelemahan Khedira ini. Karenanya, jika ia memainkan Khedira, perubahan skema bertahan Juventus dilakukan demi mengakomodasi kelebihan dan kekurangan gelandang bertahan asal Jerman itu.
Saat lini tengah dihuni oleh Sturaro atau Lemina, kedua pemain ini akan menjadi pemain pertama yang memberikan pressing bagi lawan yang tengah menguasai bola dari sisi kanan pertahanan Juve. Kelemahan dari strategi ini adalah ketika mereka gagal merebut atau berhasil dilewati, maka sistem pertahanan Juventus akan kacau.
Saat melawan Manchester City, Juve memang hanya kebobolan satu gol. Tapi melihat jalannya petandingan, lini tengah Juve begitu rentan menghadapi ketangguhan Yaya Toure dan David Silva. Beruntung Juve memiliki Gianluigi Buffon di bawah mistar yang melakukan lima penyelematan.
Skema bertahan Juventus bersama Sturaro saat menghadapi Manchester City
Pada gambar di atas, terlihat celah yang bisa dimanfaatkan Silva (mengoper pada Sterling) ketika Sturaro mencoba memberikan tekanan. Celah pun sebenarnya terbuka karena Sturaro mengarahkan Silva ke sisi kanan pertahanan Juve (lihat posisi badan Sturaro).
Cuadrado tak bisa memotong karena bola bergulir di belakangnya dan pergerakannya tertahan oleh Aleksandar Kolarov, bek kiri City, yang hendak naik. Sementara Hernanes,posisinya terlalu jauh karena menjaga Toure. Pogba sendiri seperti tidak dilibatkan bertahan jika lawan masuk bukan lewat area miliknya.
Lemina pun demikian. Ia cenderung selalu mengejar bola untuk menghentikan serangan lawan. Ia bahkan berani mengambil risiko untuk melakukan tekel keras. Gelandang berusia 22 tahun ini meski memiliki jumlah menit bermain paling sedikit, telah mengoleksi tiga kartu kuning (Khedira satu, Sturaro nol).
Sedangkan saat Khedira menghuni lini tengah Juve, Khedira tak diinstruksikan sebagai pemain pertama yang melakukan pressing. Peran tersebut diambil alih rekannya di sisi kanan, Juan Cuadrado. Khedira hanya menjaga ruang di area tengah.
Skema bertahan Juventus bersama Khedira saat menghadapi Sevilla
Pada situasi di atas, terlihat Cuadrado yang melakukan pressing terhadapi Timothee Kolodziejczak yang sedang menguasai bola, mengarahkan arah bola ke tengah, bukan ke samping (menutup jalur operan pada Benoit Tremoulinas).
Sedangkan di tengah, Grzegorz Krychowiak yang merupakan pembagi bola Sevilla di lini tengah, mendapatkan pengawalan dari Paulo Dybala. Kolodziejczak akhirnya mengoper bola kembali ke kiper.
Khedira tak berdiri sejajar dengan Hernanes dan Pogba di tengah, ia agak naik sehingga membentuk pertahanan vertikal. Keunggulan pertahanan vertikal seperti ini adalah memberikan multiple layer jika Cuadrado dilewati Kolodziejczak.
Fungsi Hernanes di belakangnya bisa menjadi pemain lapis ketiga jika Cuadrado dan Khedira berhasil dilewati (jka Kolodziejczak melakukan penetrasi karena tak bisa memberi operan pada pemain lain). Pertahanan berlapis ini yang membuat pertahanan Juve lebih kokoh.
Kesimpulan
Skema bertahan vertikal dilakukan jika Khedira menghuni lini tengah Juventus, untuk memaksimalkan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki Khedira. Jika eks pemain VfB Stuttgart itu absen dan digantikan Sturaro atau Lemina, Allegri akan lebih memaksimalkan kemampuan perebutan bola dari Sturaro dan Lemina, membuat Cuadrado lebih bermain ke dalam ketika bertahan.
Saat melawan Sassuolo, Khedira diistirahatkan. Posisinya ditempati oleh Sturaro. Juve kalah 1-0. Meski Juve harus bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-39 atas kartu merahnya Giorgio Chiellini, gol yang bersarang Juve terjadi pada menit ke-20, lewat tendangan bebas Nicola Sansone.
Pelanggaran itu terjadi karena Sturaro gagal menghadang Sansone yang masuk dari sisi kanan pertahan Juventus ke area depan kotak penalti Juventus, sehingga harus dilanggar Lemina (berbuah kartu kuning). Ini seolah mengindikasikan bahwa Juventus memang benar-benar membutuhkan Khedira di lini tengah mereka.
====
*dianalisis oleh @ardynshufi dari @panditfootball.