Review Tengah Musim
Di Rueckrunde, Bayern Tak Akan Sedominan di Putaran Pertama

Dominasi Bayern Munich di putaran pertama Bundesliga musim ini memang tidak bisa dibantah. Tapi, ada beberapa hal yang bisa membuat mereka tak sedominan itu di putaran kedua.
Pep Guardiola, selaku pelatih Bayern, memang tidak gagal. Dua gelar juara Bundesliga dan satu DFB-Pokal (plus satu Piala Super UEFA dan satu Piala Dunia Antarklub) dalam dua musim jelas tidak mengecewakan. Namun, dalam dua kesempatan yang ia miliki, Pep selalu gagal membawa Bayern Munich memenangi piala yang dua kali ia angkat tinggi bersama Barcelona: Liga Champions.
Musim ini, di antara semua kesebelasan yang lolos ke 16 besar Liga Champions, Bayern terlihat paling pantas menjadi juara. Tidak hanya itu, malah. Mereka juga terlihat cukup kuat untuk memenangi treble. Namun anggapan ini hanya berlaku untuk Bayern sebelum mereka kalah melawan Borussia Mönchengladbach.
Bayern memenangi 15 dari 17 pertandingan putaran pertama. Satu pertandingan lainnya berakhir imbang (0-0 melawan Eintracht Frankfurt) dan dalam satu lainnya Bayern kalah. Jumlah gol yang Bayern cetak hanya satu lebih sedikit dari kesebelasan paling produktif sepanjang Hinrunde (putaran pertama) musim ini, Borussia Dortmund. Bayern mencetak 46 gol sedangkan Dortmund 47. Namun sementara Dortmund kebobolan 23 kali (dan lima di antaranya mereka terima dalam pertandingan der Klassiker), gawang Bayern hanya delapan kali dibobol lawan. Terdekat dengan Bayern soal jumlah kebobolan adalah Hertha Berlin dan Ingolstadt, yang sama-sama kebobolan 18 kali.
Di ajang DFB-Pokal, Bayern sudah berhasil mencapai delapan besar setelah mengalahkan FC Nöttingen di putaran pertama dengan skor 3-1, juara bertahan – VfL Wolfsburg – di putaran kedua (juga 3-1), dan SV Darmstadt di 16 besar (1-0). Bayern bertandang ke VfL Bochum pada 10 Januari.
Pada tanggal 23 di bulan yang sama, Bayern bertamu ke kandang Juventus untuk melanjutkan perjalanan mereka di Liga Champions. Bayern lolos sebagai juara grup setelah memenangi lima dari enam pertandingan mereka di Grup F. Dalam enam pertandingan tersebut Bayern mencetak 19 gol dan hanya kebobolan tiga kali.
Pep dapat meningkatkan standar permainan Bayern dan membuat kesebelasannya sangat dominan musim ini karena beberapa alasan. Pertama, ia mendapat beberapa pemain baru yang ia butuhkan. Kedua, para pemain lama semakin baik kualitasnya. Ketiga, kedatangan para pemain baru memungkinkan Pep memainkan taktik baru. Keempat, para pemain lama sudah dapat dengan lebih baik menerjemahkan instruksi Pep.
Peningkatan standar permainan dimulai dengan melepas pemain-pemain yang tidak lagi cukup baik untuk Bayern. Xherdan Shaqiri dilepas ke Stoke City, Bastian Schweinsteiger ke Manchester United, Dante ke Wolfsburg, Pepe Reina ke Napoli, Pierre-Emile Højbjerg dipinjamkan ke Schalke, Mitchell Weiser ke Hertha BSC, dan Claudio Pizarro ke Werder Bremen. Sebagai gantinya masuk Arturo Vidal dari Juventus, Douglas Costa dari Shakhtar Donetsk, Kingsley Coman dari Juventus, Joshua Kimmich dari VfB Stuttgart, dan Sven Ulrich dari VfB Stuttgart. Tiga nama pertama langsung menjadi andalan Pep musim ini. Dan peran ketiganya besar.
Vidal, seorang petarung di antara para pemikir, menyeimbangkan Bayern serta membuat Javi Martínez dan Xabi Alonso dapat berkonsentrasi melepas umpan-umpan kunci. Costa dan Coman tidak hanya mengisi kekosongan yang muncul karena Arjen Robben dan Franck Ribéry cedera. Gaya main keduanya yang berbeda dengan Robben dan Ribéry membantu Pep menerapkan taktik baru musim ini; serangan-serangan yang lebih direct.
Soal para pemain lama yang semakin baik kualitasnya, hal ini terlihat dari kemampuan para pemain yang dimaksud melakukan hal baru. Jérôme Boateng sekarang kompeten melepas umpan-umpan kunci langsung dari lini pertahanan kepada Robert Lewandowski.
Versatile Club yang sebelumnya berisi Martínez dan Philipp Lahm kini kedatangan anggota baru, David Alaba. Tak hanya itu, kemampuan Alaba menjalankan banyak peran berbeda juga membuat Bayern menemukan keseimbangan. Jika sebelumnya kemampuan Lahm bermain sebagai bek sayap dan gelandang tengah tidak begitu berguna karena akan menimbulkan ketimpangan, sekarang tidak lagi. Dengan Alaba di sisi kiri, Lahm tidak lagi istimewa sendirian.
Tidak dalam setiap pertandingan memang Lahm dan Alaba diharuskan menjadi bek sayap dan gelandang tengah. Namun ketika mereka diminta memainkan peran ganda, Pep benar-benar sedang membutuhkan keduanya untuk memainkan peran ganda. Pada pertandingan melawan Arsenal di matchday IV Liga Champions musim ini, contohnya. Bayern kalah 0-2 dari Arsenal di matchday III karena The Gunners menggempur Bayern lewat kekosongan-kekosongan di kedua sisi pertahanan Bayern.
Ketika Arsenal bertandang ke Allianz Arena, Pep mengubah taktik. Bayern tidak bermain melebar dengan kedua bek sayap, melainkan dengan kedua penyerang sayapnya. Sebagai gantinya, para pemain yang menemani Lewandowski memadati kotak penalti adalah para gelandang serang.
Masuknya para gelandang serang ke dalam kotak penalti ditangani oleh Alaba dan Lahm, kedua bek sayap yang memainkan peran gelandang tengah ketika Bayern menyerang. Dengan cara ini Bayern menguasai pertandingan dan memaksa Arsenal pulang ke London dengan kekalahan 1-5.
Untuk setiap taktik yang ia mainkan Pep melakukan banyak analisis. Pep bekerja keras untuk membuat Bayern yang sudah dominan, semakin dominan. Ia pantas mendapat pujian.
Sayangnya manajemen Bayern tidak berpikir demikian karena kemauan Pep bekerja keras mengangkat kualitas Bayern tidak dibarengi kemauannya bekerja keras untuk memperbaiki hubungan dengan manajemen. Per Raphael Honigstein, Pep masih mengirim perwakilan setiap kali ia perlu menyampaikan sesuatu kepada manajemen Bayern.
Akibatnya tidak ada komunikasi yang baik di antara Pep dan para petinggi. Karenanya ketika Pep menolak perpanjangan kontrak, petinggi tidak menahannya. Carlo Ancelotti pun sudah dipastikan menjadi pengganti.
Mengenai prediksi Rückrunde atau putaran kedua, saya pribadi tidak terlalu yakin Bayern akan sama dominan dengan putaran pertama. Bukan karena Pep tidak lagi mau bekerja keras untuk Bayern karena ia akan pergi di akhir musim, namun karena sejak kalah dari Borussia Mönchengladbach, Bayern tampak tidak semengerikan Bayern sebelum mereka kalah melawan Mönchengladbach.
Dalam empat pertandingan setelah kalah dari Mönchengladbach, Bayern hanya mencetak enam gol. Untuk ukuran mereka, ini jelas buruk. Bahkan untuk memenangi pertandingan melawan Hannover, Bayern membutuhkan tendangan penalti.
Bisa jadi setelah Mönchengladbach mengalahkan Bayern, kesebelasan-kesebelasan lain mulai melihat cacat sistem dalam permainan Bayern yang tampak sempurna. Bisa jadi mereka hanya kelelahan. Apa pun alasannya, persiapan maksimal di masa jeda kompetisi akan menjadi kunci keberhasilan Bayern meraih treble musim ini.
====
*penulis biasa membahas sepakbola Jerman di situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @nurshiddiq.