Konsistensi Napoli Buah dari Keberhasilan Strategi Alternatif

Napoli sempat menuai kekhawatiran ketika ditinggalkan Rafael Benitez ke Real Madrid pada awal musim ini. Pasalnya, Benitez adalah pelatih yang membawa kesuksesan untuk Napoli dalam beberapa tahun terakhir.
Benitez berhasil mempersembahkan gelar juara Coppa Italia dan Super Italia. Selain itu, Benitez juga membawa Napoli ke semifinal Liga Eropa 2014/2015.
Sementara itu, penggantinya adalah pelatih yang dianggap belum terlalu berpengalaman, Maurizio Sarri. Pelatih yang sebelumnya menukangi Empoli ini belum pernah membesut kesebelasan besar dan tidak punya pengalaman di kompetisi Eropa. Bahkan, ia bukanlah mantan pesepakbola profesional. Atas catatannya itu, Sarri cuma disodori satu tahun kontrak dan opsi perpanjangan jika kinerjanya bagus.
Beberapa kalangan pun memandang rendah kepadanya, termasuk legenda hidup Napoli, Diego Maradona. Menurutnya, Sarri tidaklah lebih baik daripada Benitez. Ucapan Maradona itu tidak lepas karena tidak mampu memenangkan tiga laga pertama Serie-A 2015/2016. Saat itu Sarri masih mengotak-atik skema permainan Napoli. Maradona kurang sabar, padahal Empoli racikan Sarri berhasil membungkam Napoli asuhan Benitez dengan skor 4-2 pada musim lalu.
Akhirnya, Maradona menarik kembali sindirannya tentang Sarri. Buktinya, Pelatih asal kota Naples ini berhasil membawa Napoli semakin membaik. Dirinya tetap menjaga Napoli di papan atas klasemen Serie-A dan lolos dari fase grup Liga Eropa 2015/2016. Bahkan, mereka memastikan menjadi juara paruh musim Serie-A musim ini.
Sarri dikenal sebagai pria yang giat, layaknya kedua orang tuanya yang berlatar belakang kelas pekerja. Hal tersebut rupanya mengalir kepadanya sebagai pelatih sepakbola. Sarri rajin mempelajari taktik dan strategi calon lawannya. Bahkan ia bisa menghabiskan waktu sampai 13 jam untuk penelitiannya itu.
Dirinya juga rajin mengevaluasi latihan Marek Hamsik dkk. Metode latihan Napoli selalu direkam kamera drone untuk dianalisis. Sarri juga akrab dengan para pemainnya karena sering meluangkan waktu untuk berdiskusi. Gaya kepelatihan Sarri pernah dipuji Arrigo Sacchi, mantan Pelatih Milan. Eddie Howe, Manajer Bournemouth, pun sempat mengunjungi Empoli untuk belajar kepada Sarri saat musim lalu.
Sarri dianggap sebagai dalang utama melejitnya Napoli musim ini. Sepakbola racikannya kepada Marek Hamsik dkk dianggap paling indah di Liga Italia sekarang.
Perubahan Taktik yang Membuat Napoli Percaya Diri
Sarri masih menerapkan formasi 4-3-1-2 pada beberapa laga awal Napoli musim ini. Rupanya, formasi itu tidak cocok dengan kesebelasan berjuluk Partenopei ini. Mereka mengalami tiga laga beruntun tanpa kemenangan, bahkan dikalahkan Sassuolo pada partai perdana. Hal inilah yang menyebabkan Sarri mendapat kritik dari Maradona.
Formasi 4-3-1-2 andalannya tidak bisa berjalan dengan baik. Salah satunya Mirko Valdifiori gagal bersinergi dengan Allan Marques di lini tengah. Akhirnya, pelatih kelahiran 19 Januari 1959 itu mengubah formasinya menjadi 4-3-3. Formasi 4-3-3 sendiri merupakan formasi alternatif yang juga coba dimatangkan pada pramusim.
Sarri juga mulai mencoba memainkan Jorginho pada posisiyang biasanya diisi oleh Valdifiori. Dan ternyata Jorginho lebih menjadi tandem yang sesuai bagi Allan. Dua pemain kelahiran Brasil itu pun menjadi pemain penjaga keseimbangan di lini tengah. Jorginho mampu menjembatani antar lini dengan baik serta kuat ketika membantu Allan bertahan dan kreatif ketika membangun serangan. Berbeda dengan Valdifiori yang terlihat hanya konsen membangun serangan dengan peran deep-lying playmaker pada formasi 4-3-1-2.
Jorginho dan Allan memainkan pola sejajar ketika sedang menyerang. Hal itu karena Hamsik bergerak lebih maju, terkadang sejajar dengan Gonzalo Higuain di lini depan, atau bergerak melebar ke sisi kiri.
Ketika Hamsik mulai bergerak ke depan, Allan dan Jorginho memosisikan sejajar di lini tengah. Strategi ini memudahkan Napoli untuk mempertahankan penguasaan bola dan membangun serangan ke tahap kedua serangan mereka. Hasilnya, Napoli menang besar dalam dua partai beruntun, mengalahkan Club Brugge dan Lazio dengan skor sama-sama 5-0.
Tidak cuma soal gol, pertahanan Partenopei menjadi lebih kuat dari perubahan-perubahan tersebut. Duet bek tengah Kalidou Koulibaly dan Raul Albiol pun terbantu dengan keseimbangan yang diciptakan Jorginho dan Allan.
Ketika bertahan, Napoli turut memaksimalkan Hamsik untuk memberi bantuan. Sehingga bertahan memakai tiga gelandang dengan posisi sejajar. Kekosongan ketika tertarik menghadang lawan pun akan diisi oleh penyerang sayap.
Misalnya, Allan terpancing merebut bola dari lawan, maka posisi gelandang tengah sebelah kanan bakal diisi penyerang sayap kanan (Jose Callejon). Hal ini membuat kedua full-back tidak perlu repot menutupi kekosongan sepeninggal pemain tengah. Dua sisi pertahanan Napoli pun tetap aman karena disiplin posisi masing-masing full-back.
Kolektivitas dari Kerja Sama Lorenzo Insigne dan Marek Hamsik
Lorenzo Insigne adalah pemain asli Naples dan para pendukung Partenopei sangat mencintainya. Dan berkat Sarri, potensi terbaiknya keluar di mana akhirnya ia menjadi salah satu motor serangan Napoli.
Insigne diplot sebagai penyerang sayap kiri, namun tidak bertugas seperti winger pada umumnya. Pemain bernomor punggung 24 itu diberi kebebasan dalam perannya tersebut. Tugasnya tidak cuma melayani Higuain, namun diberi kebebasan untuk mencetak gol ketika mendapat kesempatan.
Insigne kerap merengsek ke tengah, baik itu ke area luar atau dalam kotak penalti lawan. Di sana, ia akan membagi bola atau melepaskan percobaan tembakan ke gawang lawan. Insigne tahu kapan harus mempertahankan kelebaran posisinya, supaya gelandang tengah bergerak ke areanya. Atau meninggalkan areanya ketika full-back kiri, Faozi Ghoulam, melakukan overlaping.
Pergerakannya itu sering membuat full-back lawan kebingungan; apakah harus mengikuti Insigne, atau mempertahankan posisinya untuk menutup ruang lari full-back Napoli. Kebanyakan, full-back lawan memilih opsi kedua. Namun hal itu justru membiarkan Insigne untuk melahirkan peluang, bahkan mencetak gol.
Sumber gambar : These Football Times
Tugasnya semakin sempurna atas kerja samanya dengan Hamsik. Mereka menampilkan kecerdasan taktis yang baik di sisi kiri Partenopei. Hamsik seolah menjadi pemantul bola bagi Insigne. Ketika mengalahkan SS Lazio dengan skor 5-0, sedikitnya terjadi 18 kombinasi antara dua pemain tersebut.
Diperkirakan jumlah gol Hamsik akan lebih sedikit dibandingkan musim-musim sebelumnya. Sejauh ini pun ia baru mencetak dua gol dari 17 kali penampilan. Tapi wajar karena Sarri mengubah perannya di Napoli. Terpenting, Hamsik masih menjadi salah satu bagian penting Napoli musim ini. Sarri mengembangkan peran Hamsik lebih jauh lagi untuk mendukung serangan Napoli.
Sebelumnya, Hamsik merupakan gelandang serang yang sering memberikan ancaman mencetak gol ke gawang lawan. Tapi saat ini, ia wajib mengeluarkan kemampuannya untuk menemukan ruang di sekitaran area kotak penalti lawan.
Hamsik mendorong kesebelasannya lebih jauh di kotak penalti lawan, menciptakan ruang bagi rekan-rekan satu kesebelasannya mengingat Partenopei bisa melibatkan sembilan pemain untuk menyerang lawan. Terkadang Hamsik bergerak sampai ke sepertiga akhir lawan. Di sana, ia bisa memancing bek musuh yang membuat Higuain mendapatkan ruang di dalam kotak penalti lawan.
Maka, tidak cuma Insigne, peran Hamsik baik dengan atau tanpa bola pun memiliki andil penting dalam terjadinya gol-gol yang dicetak Gonzalo Higuain. Kombinasi Hamsik dan Insigne tentu menjadi sorotan lawan. Sehingga Callejon yang beroperasi di sisi kanan, bisa diam-diam bergerak ke tengah memberi tekanan. Selain itu, Elseid Hysaj membantu kelebaran sisi kanan dan melepaskan umpan-umpan silang berbahaya.
Tentu kombinasi Hamsik dengan Insigne juga tidak lepas dari pemain lain. Hamsik tidak akan bergerak bebas tanpa jaminan Jorginho dan Allan. Ketika Hamsik mulai naik lebih ke depan, Jorginho dan Allan mampu menjaga penguasaan bola di lini tengah.
Mengandalkan Ketajaman Higuain
Napoli sudah mencetak 41 gol dala 20 pertandingan Serie A musim ini. Rupanya, sekitar 49 persen total gol Partenopei itu adalah sumbangan dari Higuain. Ya, penyerang asal Argentina ini telah mencetak 20 gol dari 20 penampilan di Serie A musim ini. Higuain pun berkesempatan menjadi pemain Argentina ke-11 yang menjadi top skor Serie-A, mengikuti jejak Diego Armando Maradona, Gabriel Omar Batistuta, Hernan Crespo, Mauro Icardi dan lainnya.
Mantan penyerang Real Madrid ini sulit dikawal lawan. Higuain masih bisa menceploskan gol ke jala gawang musuhnya walau mendapat kawalan. Ketika mendapatkan man marking dari lawan, ia bukanlah tipikal penyerang yang malas begerak. Higuain akan berpindah ke berbagai sektor untuk mencari ruang bagi dirinya sendiri atau rekan-rekanya. Dirinya tidak khawatir akan kekosongan posisinya di depan karena bisa ditutupi Insigne, Hamsik, atau bahkan Callejon.
Kendati berbadan besar, Higuain memiliki kecepatan yang sulit dikejar bek lawan. Penguasaan bolanya bisa dijaga dengan baik karena body balance yang kuat sehingga sulit dijatuhkan. Badannya yang besar itu juga membantunya ketika duel udara.
Memiliki Higuain yang produktif jelas menjadi keuntungan sendiri. Namun di sisi lain, justru hal ini yang bisa menjadi bumerang bagi Napoli. Mereka cuma mampu menang satu kali tanpa gol dari Higuain. Sarri perlu mengasah penyerang lain agar memiliki fleksibitas untuk mencetak gol. Napoli masih memiliki Manolo Gabbiadini, tapi ia masih belum kembali ke permainan terbaiknya setelah mengalami cedera.
Mengandalkan Insigne dan Higuain sepanjang musim rasanya terlalu beresiko. Jika salah satu atau keduanya tak bisa tampil, Napoli mungkin akan mengalami kebuntuan di lini depan. Sementara Sarri sejauh ini masih terus bergantung pada keduanya di mana Higuain selalu bermain di setiap laga (20 pertandingan) dan Insigne hanya absen satu kali (19 pertandingan). Pun begitu dengan Hamsik yang juga tak pernah absen di laga Serie A Napoli.
Yang paling ditakutkan adalah jika cedera menghampiri ketiganya. Sementara cedera bisa datang kapan saja. Apalagi bagi ketiga pemain andalan Napoli ini karena ketiganya terus dimainkan yang tentunya kemungkinan besar akan berpengaruh pada kebugaran ketiganya menjelang jika terlalu banyak menjalani pertandingan.
====
*dianalisis oleh @RandyNteng dari @Panditfootball.