Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Tactics

    Tren Formasi di Euro 2016 (Bagian 2 - Habis)

    Skema Tiga Bek Memesona, tapi Terbatas

    Ardy Nurhadi Shufi - detikSport
    Foto: Getty Images Sport/Claudio Villa Foto: Getty Images Sport/Claudio Villa
    Jakarta - Di Piala Eropa 2016, penggunaan skema tiga bek cukup bisa menyaingi formasi dasar 4-2-3-1 atau 4-3-3. Berdasarkan data yang dikumpulkan Football-Lineups, jika pada Piala Eropa 2012 hanya Italia saja yang menggunakan pakem tiga bek (dua kali pertandingan), di Piala Eropa 2016 terdapat 14 susunan pemain yang menggunakan skema tiga bek.

    Jumlah penggunaan tiga bek di Piala Eropa 2016 mencapai 13% dari total 102 susunan pemain yang tersaji. Jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir, skema tiga bek terakhir populer pada Piala Eropa 1996 dan mulai mengikis sejak Piala Dunia 1998.

    Para pengguna skema tiga bek pun menampilkan permainan yang cukup meyakinkan. Tengok saja apa yang sudah ditampilkan Italia, Wales, Irlandia Utara, serta Jerman dalam mempraktikkan skema tiga bek. Penampilan mereka bisa jadi memunculkan pertanyaan, apakah skema tiga bek akan kembali populer seperti 20 tahun yang lalu?

    Tapi dari hasil analisis kami, tampaknya jawaban dari pertanyaan adalah tidak. Skema tiga bek tidak akan menjadi tren baru di klub setidaknya di musim 2016/2017 sekarang ini.

    Keterbatasan yang Melahirkan Skema Tiga Bek Italia dan Wales

    Irlandia Utara yang berstatus tim debutan awalnya diprediksi akan menjadi bulan-bulanan di Piala Eropa 2016. Selain karena lawan-lawan yang mereka hadapi di babak kualifikasi tak ada kesebelasan unggulan, Irlandia Utara pun tak memiliki pemain bintang.

    Tapi yang terjadi ternyata Irlandia Utara sulit dibobol lawan. Polandia yang memiliki Robert Lewandowski dan Arkadiusz Milik di lini depan hanya mampu mencetak satu gol. Begitu juga dengan juara Piala Dunia 2014, Jerman, yang hanya mampu mencetak satu gol.

    Di tempat lain, Wales berhasil melenggang hingga semifinal dengan cukup meyakinkan. Tergabung dengan grup yang terbilang sulit karena harus bersua Inggris, Rusia, dan Slovakia, skuat asuhan Chris Coleman ini mampu menjadi juara grup.

    Menghadapi Portugal di semifinal, Wales pun cukup diunggulkan. Hanya absennya Aaron Ramsey membuat Wales tak berdaya sehingga gagal melaju ke babak final.

    Sementara itu Italia pun memiliki cerita tersendiri. Menghadapi Belgia dengan generasi emasnya, Italia menang meyakinkan dengan skor 2-0. Juara dunia 2010 yang berstatus juara Eropa 2012, Spanyol, juga berhasil dipermalukan Italia.

    Bersama Antonio Conte, skema tiga bek Italia dibawa ke level yang lebih tinggi. Bahkan pertandingan-pertandingan Italia menghadapi kesebelasan besar menjadi pertandingan yang paling menarik untuk disaksikan.

    Dengan tiga bek juga Jerman berhasil menandingi Italia. Italia yang garang sebelumnya, dibuat gigit jari dengan skema yang hampir serupa. Duel kesebelasan besar di mana keduanya menggunakan skema tiga bek jelas sangat jarang terjadi akhir-akhir ini.

    Skema tiga bek tidak hanya memberi kekokohan dalam bertahan. Bahkan Wales, bersama Gareth Bale-nya, berhasil melepas 19 tembakan saat menghadapi Rusia dan 15 tembakan saat menumbangkan Belgia. Total 12 gol berhasil diciptakan Wales.

    Akan tetapi segala hal yang memesona di atas tampaknya tidak akan menjadi tren baru di sepakbola Eropa. Kesebelasan-kesebelasan di atas menggunakan skema tiga bek karena keterbatasan yang mereka miliki.

    Italia menggunakan tiga bek bukan karena Antonio Conte handal dalam menggunakan skema tiga bek, tapi lebih karena para pemain terbaiknya paling memungkinkan bermain dengan skema tiga bek. Conte harus bermain dengan skema tiga bek agar bisa memainkan tiga bek andalannya, yakni Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci, dan Giorgio Chiellini.

    [Formasi dasar Italia di Piala Eropa 2016]

    Italia tampil di Piala Eropa memang tampil dengan skuat yang sebenarnya kurang menjanjikan. Marco Verratti dan Claudio Marchisio tak bisa tampil karena cedera. Conte juga sebenarnya sempat mencoba formasi 4-3-3 juga saat babak kualifikasi dan uji tanding, dengan memasang Federico Bernardeschi, Lorenzo Insigne, atau Stephane El Shaarawy sebagai penyerang sayap.

    Sebelum menemukan kombinasi Barzagli-Bonucci-Chiellini, Conte menggunakan formasi dasar 4-4-2 di Siena dan Juventus pada awal-awal kepemimpinannya. Sementara di Chelsea, Conte sempat mencoba formasi 3-5-2 namun kalah (saat menghadapi Rapid Vienna di pertandingan persahabatan beberapa hari yang lalu).

    Hal tak jauh berbeda dialami Coleman bersama Wales. Wales tak memiliki penyerang murni yang bisa diandalkan. Pemain bintang ia miliki ada di lini tengah (Chris Gunter, Neil Taylor, Aaron Ramsey, Gareth Bale) serta bek-bek berpengalaman (Ashley Williams, James Chester, dan James Collins). Sebelum akhirnya menemukan formula 3-4-2-1, Wales sempat mencoba formasi dengan empat bek seperti 4-4-2 dan 4-3-3.

    Coleman juga mengakui awalnya ia hendak bermain dengan formasi 4-3-3. Namun sebelum gelaran Piala Eropa 2016, ia menemukan masalah untuk bisa bermain dengan sempurna menggunakan formasi tersebut, sampai akhirnya menemukan formasi 3-4-2-1.

    "Seperti tim lain, kami ingin bermain dengan formasi 4-3-3," ujar Coleman pada Wales Online. "Kemudian para pelatih bekerja keras untuk memberi tahu para pemain caranya bermain dengan tiga bek tengah, gelandang bertahan, wing-back, dan dua gelandang no.10 karena hal ini sangat berbeda dengan 4-3-3."

    [Formasi andalan Wales di Piala Eropa 2016]

    Lebih jauh, Coleman mengatakan bahwa sebenarnya skema tiga bek sempat ragu ia praktikkan. Terlebih pada percobaan pertamanya menggunakan tiga bek menghadapi Andorra, Wales mendapat kritikan karena hanya menang tipis dengan skor 2-1.

    "Kami mendapat kritik setelahnya (pertandingan Andorra). Tapi kami tahu bahwa cara seperti itulah yang kami inginkan. Saya bahkan berbicara pada psikolog tim, Ian Mitchell, tentang menciptakan 'Plan B'. Tapi ia memberi saran untuk membuat 'Plan B' adalah ketika 'Plan A' sudah benar," terang Coleman.

    Coleman kemudian sempat kembali mencoba menggunakan 4-2-3-1 menghadapi Siprus dan Belgia. Namun dengan formasi tersebut, Bale tak bisa berkembang. Setelah hanya menang 2-1 atas Siprus, Wales bermain imbang 0-0 melawan Belgia dengan Bale yang tak bisa berkembang.

    Setelah pertandingan melawan Belgia, barulah Coleman menemukan cara memaksimalkan penyerangnya yang minim gol dengan memberikan peran hanya untuk menciptakan ruang bagi Ramsey dan Bale. Strategi tersebut ternyata berhasil, Israel ditaklukkan dengan skor 3-0.

    Dari dua cerita di atas, dapat terlihat bahwa Italia dan Wales memaksimalkan skema tiga bek karena keterbatasan yang mereka miliki. Bisa dibilang, hanya dengan skema tiga bek-lah para pemain terbaiknya bisa berkembang. Hal itu bisa berarti bagi kesebelasan lain, yang memiliki banyak pemain bintang, tak perlu memaksakan diri untuk menggunakan skema tiga bek.

    [Baca juga: Membangun Serangan pada Formasi Tiga Bek]

    Sulit Menemukan Pemain yang Bisa Bermain dengan Skema Tiga Bek

    Seperti yang sudah disebutkan dalam artikel sebelumnya, formasi 4-2-3-1 tampaknya masih belum tergantikan di sepakbola Eropa. Apalagi sebenarnya, formasi 4-2-3-1 lahir sebagai salah satu anti strategi skema tiga bek pada akhir 90-an.

    Namun faktor lain mulai bermunculannya kesebelasan dengan formasi 4-2-3-1 adalah formasi 3-5-2 terbatas digunakan karena perkembangan sepakbola modern, khususnya dari segi fisikal. Karena hal ini pula 3-5-2 lebih populer di negara-negara Amerika Latin yang memang dikenal lebih memainkan sepakbola yang fisikal.

    "Dengan kecepatan pemain modern, sangat tidak mungkin para pemain wing-back untuk bermain dengan cara yang sama karena mereka dituntut untuk lebih cepat dan lebih fit dibandingkan dengan seluruh pemain yang ada di lapangan," papar Jose Alberto Cortes, kepala kursus pelatihan di Universitas Sao Paulo.

    Conte menyadari, ketika ia hijrah ke Chelsea, jika ia ingin menduplikasi skema tiga bek yang ia terapkan di Juventus, ia harus memiliki pemain dengan tipe seperti Bonucci di bek tengah dan Stephan Lichtsteiner untuk menempati wing-back. Sementara bek seperti Bonucci, yang memiliki kelebihan dalam atribut long-pass-nya, serta bek sayap seperti Lichtsteiner, tidak mudah dicari di sepakbola modern seperti sekarang ini. Karenanya tak heran kemudian kedua pemain ini dikait-kaitkan akan hijrah ke Chelsea.

    [Baca juga: Membedah Peran Lini Belakang pada Formasi Tiga Bek]

    Saat ini, salah satu alasan semakin menjamurnya penggunaan formasi 4-2-3-1 adalah karena gelandang sayap klasik mulai sulit didapatkan. Para pemain sayap yang bermunculan saat ini memiliki kemampuan penyelesaian akhir yang baik. Cristiano Ronaldo, Neymar, Eden Hazard, Arjen Robben, atau Gareth Bale adalah sedikit contoh pemain sayap modern.

    Karena hal ini pula, skema dua penyerang masih belum akan menjadi tren meski pada musim lalu Leicester City dan Atletico Madrid menunjukkan keberhasilannya dengan skema dua penyerang. Apalagi skema 4-4-2 yang diterapkan keduanya yang cenderung defensif membuat tak sedikit kesebelasan yang gagal menduplikasinya.

    Dengan formasi 4-2-3-1 setiap kesebelasan memiliki kans besar untuk menguasai lini tengah. Lewat formasi ini pula para pemain sayap bisa merangsek ke kotak penalti tanpa harus bertabrakan dengan penyerang.

    Formasi 4-3-3 juga sebenarnya bisa menjadi piliahan ideal. Namun tak banyak gelandang yang bisa bermain sendirian di depan back-four atau yang dikenal dengan holding midfielder. Untuk mengakalinya, banyak kesebelasan yang kemudian menggunakan formasi 4-2-3-1 dengan memasang double pivot. Karena itulah 4-2-3-1 masih belum akan bisa ditandingi oleh skema tiga bek ataupun skema dua penyerang.

    [Baca juga: Tren Formasi di Euro 2016 (Bagian 1): Pengaruh Tren Formasi Piala Eropa ke Kesebelasan-Kesebelasan Eropa]



    ---
    Penulis adalah anggota Pandit Football Indonesia dengan akun twitter: @ardynshufi


    (krs/cas)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game