Juventus Masih Terlalu Tangguh untuk Serie A

Meski ditinggal salah satu gelandang terbaik mereka, Paul Pogba, kesebelasan berjuluk Si Nyonya Tua ini mendapatkan pemain pengganti yang tak akan mengurangi kualitas tim. Dengan para pemain baru, kedalaman skuat Juventus menjadi lebih seimbang di setiap lini. Apalagi target mereka kali ini bukan lagi hanya sekadar meraih scudetto (keenam beruntun), tapi juga menjadi juara di Liga Champions.
Kualitas Juventus Jauh Meningkat Bersama Para Pemain Baru
Musim lalu Juventus meraih double winner di kancah domestik. Hal ini menunjukkan bahwa kesebelasan asal kota Turin tersebut sebenarnya sudah cukup kuat di Italia. Padahal pada awal musim mereka sempat tertatih dan nyaris terjun bebas ke zona degradasi.
Pada awal musim 2015/2016, pelatih Juventus, Massimilliano Allegri, memang masih kebingungan mencari komposisi yang pas untuk skuatnya setelah ditinggal Arturo Vidal, Andrea Pirlo dan Carlos Tevez. Adaptasi inilah yang membuat Juventus goyah setidaknya di 10 pekan pertama.
Namun ritme permainan Juventus lambat laun dapat ditemukan, di mana setelahnya, Juventus hanya kalah sekali dan sekali seri hingga akhir musim. Salah satu rahasia kebangkitan Juve adalah percobaan formasi 4-3-3 yang gagal di awal musim dikembalikan ke 3-5-2.
Formasi 3-5-2 yang di lini pertahanan dihuni oleh trio BBC (Giorgio Chiellini, Andrea Barzagli, dan Leonardo Bonucci) serta kemampuan sang kapten, Gianluigi Buffon, di bawah mistar menjadi kekuatan utama Juventus musim lalu. Sementara untuk urusan mencetak gol, hanya Paulo Dybala yang terbilang cukup tajam dengan 19 golnya, atau kedua terbanyak di liga.
Cedera panjangnya Claudio Marchisio sepanjang musim lalu pun tampak tak menjadi masalah besar bagi Juventus di Serie A. Hernanes, Roberto Pereyra, Stefano Sturaro, Sami Khedira, Mario Lemina, hingga Simone Padoin bergantian menggantikan perannya.
Hanya saja skuat Juventus tersebut hanya kuat di Serie A. Ketika berlaga di Liga Champions, Juve tak seperti musim sebelumnya ketika masih dihuni Tevez, Pirlo, dan Vidal. Juve, yang sebelumnya mampu mencapai final Liga Champions, harus tersingkir sejak babak 16 besar pada musim lalu.
Atas dasar itulah Juventus cukup aktif dalam bursa transfer musim panas ini. Dan pembelian mereka pun benar-benar sesuai dengan kelemahan yang ada pada musim lalu. Bahkan Juventus tak ragu untuk mengeluarkan lebih dari 150 juta euro untuk mendatangkan pemain anyar. Kecuali di posisi kiper, setiap lini Juventus benar-benar ditingkatkan kualitasnya dengan pemain anyar.
Di lini belakang, Medhi Benatia yang dipinjam dari Bayern Munich akan membuat Juventus tak terlalu bergantung pada trio BBC. Musim lalu, ketika trio BBC ada yang harus absen, hanya Daniele Rugani yang bisa menggantikan. Hanya saja dengan usianya yang masih 21 tahun kala itu membuat potensinya belum maksimal.
Selain Benatia, Juve juga mendatangkan Daniel Alves dari Barcelona untuk lini pertahanan. Dengan segala kemampuan dan pengalaman bek asal Brasil ini, sisi kanan Juventus praktis akan menjadi lebih kuat. Musim lalu Juan Cuadrado sering dipaksakan bermain sebagai full-back kanan ketika Stephan Lichtsteiner harus absen atau harus istirahat.
Di lini tengah, Juve mendatangkan dua pemain anyar. Nama pertama adalah gelandang timnas Bosnia-Herzegovina, Miralem Pjanic. Sementara yang kedua adalah gelandang timnas Kroasia, Marko Pjaca. Pjanic dan Pjaca tampaknya akan diproyeksikan sebagai gelandang yang lebih menyerang, menggantikan peran Pogba yang kembali ke Manchester United.
Sementara itu, untuk menambal kekurangan di lini depan musim lalu, Juventus memboyong top skorer Serie A Italia, Gonzalo Higuain. Penyerang asal Argentina yang mencetak 36 gol dari 35 pertandingan Serie A itu pun akan membuat kepulangan Alvaro Morata ke Real Madrid tak menjadi masalah besar. Bahkan lebih dari itu, Juventus kini memiliki salah satu penyerang terbaik dunia.
Otak-Atik Formasi Allegri
Dengan penambahan para pemain anyar seperti yang diulas di atas, Juve kini memiliki kedalam skuat yang mumpuni. Bahkan setiap lini kini memiliki pemain yang secara kualitas di atas rata-rata setidaknya untuk Serie A.
Meskipun begitu, formasi 3-5-2 masih akan menjadi andalan Allegri pada musim ini. Skema bermain yang fondasinya dibentuk oleh Antonio Conte ini tampil tanpa cela pada musim lalu, yang pada akhir musim Juve menorehkan 75 gol serta hanya kebobolan 20 gol di Serie A.
Untuk susunan pemain utama, Benatia akan menjalani rotasi bersama trio BBC dan Rugani. Sementara itu untuk Alves, Pjanic dan Higuain akan langsung menjadi pilihan utama Allegri. Alves akan menyisihkan Lichtsteiner, Pjanic mengisi kekosongan Pogba. Sementara Higuain akan menjadi tandem ideal bagi Dybala
Untuk pemain lama, Alex Sandro yang didatangkan pada awal musim 2015/2016 tampaknya sudah cukup beradaptasi dengan skema 3-5-2. Posisi Patrice Evra di pos sebelah kiri pun akan rawan bersamaan dengan semakin membaiknya penampilan Alex Sandro bersama Juventus.
![]() |
![]() |
Kesempurnaan formasi 4-3-3 Juventus bisa tertolong dengan kehadiran Alves. Selama di Barcelona, bek kanan timnas Brasil ini selalu bermain dengan formasi 4-3-3. Dengan kemampuan bertahan dan menyerang yang sama baiknya, Alves akan sangat fasih memainkan peran ini ketimbang Lichtsteiner.
Kesimpulan
Aktivitas transfer Juventus pada musim ini menunjukkan bahwa mereka sangat serius meraih juara Liga Champions. Kepergian Pogba, Morata, dan Roberto Pereyra tampaknya tak akan memengaruhi kualitas Juventus secara keseluruhan.
Kehadiran Alves dan Benatia membuat lini pertahanan Juventus memiliki para pemain cadangan yang kualitasnya setara dengan pemain utama. Kedatangan Pjanic membuat Juventus memiliki eksekutor bola mati yang sempat hilang setelah Pirlo hengkang. Pjaca akan membuat formasi 4-3-3 Juventus lebih ideal. Sementara Higuain jelas meningkatkan kualitas lini serang Juventus yang masih memiliki Mario Mandzukic, Simone Zaza dan Dybala.
====
*penulis adalah editor situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @ardynshufi
(rin/rin)