Membedah Sistem Tiga Bek Chelsea ala Conte

Sebagai ahli meracik taktik asal Italia, Conte kemudian mengubah sistem bermain Chelsea menjadi menggunakan skema tiga bek. Sejak 1 Oktober, ketika mereka pertama kali memakai formasi 3-4-3, Conte tidak pernah menengok kembali ke belakang dengan penuh penyesalan.
Mereka tidak terkalahkan dalam empat pertandingan berturut-turut di Liga Primer Inggris. Kemenangan-kemenangan tersebut juga diraih dengan mencatatkan clean sheet alias tanpa kebobolan. Berturut-turut Chelsea mengalahkan Hull City (tandang) 2-0, Leicester City (kandang) 3-0, Manchester United (kandang) 4-0, dan terakhir Southampton (tandang) 2-0.
Melihat perubahan yang dilakukan Conte, formasi tiga bek seolah menjadi jawaban baginya. Tapi bagaimana sistem ini dapat bekerja baik untuk The Blues? Apakah menggunakan formasi tiga bek bisa memecahkan semua masalah manajer Liga Primer? Jika iya, kenapa tidak semua kesebelasan saja menerapkan sistem tiga bek?
Cara Chelsea Membangun Serangan dengan 3-4-2-1
Formasi tiga bek yang Conte aplikasikan di Chelsea adalah 3-4-3 dengan ketiga penyerangnya di depan yang dibagi lagi ke dalam dua peran, yaitu dua wide forward (biasanya Eden Hazard di kiri dan Pedro Rodríguez di kanan), plus satu ujung tombak (biasanya Diego Costa), sehingga sistem tiga beknya akan menjadi 3-4-2-1.
Secara umum, sistem 3-4-2-1 Conte menyediakan Chelsea keuntungan saat melakukan transisi bertahan ke menyerang. Hal ini memudahkan mereka dalam melakukan sirkulasi bola saat membangun serangan, terutama sirkulasi bola secara horizontal atau menyamping.
Pendekatan umum lawan, jika tidak melakukan pressing, dalam menghadapi tiga bek adalah membiarkan satu pemain di depan untuk melawan tiga bek Chelsea tersebut. Jadi gelandang lawan berusaha memenuhi wilayah tengah. Ini yang menyebabkan keleluasaan Chelsea dalam build up.
![]() Gambar 1 – Bentuk formasi Chelsea saat menguasai bola dan membangun serangan – Contoh pada pertandingan melawan Manchester United (23 Oktober 2016) |
Perlahan tapi pasti, bek Chelsea akan naik mengisi lini tengah. Ini yang menyebabkan Chelsea mudah melakukan sirkulasi bola secara horizontal di antara Gary Cahill (biasa berposisi sebagai bek tengah sebelah kiri), Nemanja Matic, N'Golo Kante (keduanya gelandang tengah), dan Cesar Azpilicueta (bek tengah sebelah kanan).
Tidak heran, bek-bek Chelsea bisa mencatatkan angka kesuksesan operan yang fantastis, mulai dari Cahill (88%), Luiz (87%), Casar Azpilicueta (87%), dan bahkan John Terry (91%).
Peran Penting Wing-Back
Kekuatan utama Chelsea dalam meamainkan sistem tiga bek ada pada wing-back mereka, yaitu Victor Moses di kanan dan Marcos Alonso di kiri. Pengambilan posisi menjadi kunci pertama, di mana saat bertahan, mereka akan turun dan membentuk formasi 5-4-1.
Moses dan Alonso sangat efisien sebagai wing-back. Mereka bisa naik tanpa harus terlalu khawatir bertahan karena sudah di-cover oleh tiga bek di belakang mereka.
Lawan akan sulit mengantisipasi mereka ketika bertahan (Chelsea menyerang) karena posisi start mereka berasal dari belakang ketika memulai serangan. Dengan ini, mereka akan cenderung dijaga oleh winger lawan, bukan full-back.
Kedua wing-back Chelsea biasanya akan naik dan memaksa winger lawan untuk turun serendah mungkin. Sementara kedua wide forward (Hazard dan Pedro) tidak akan terlalu menyayap dan dijaga oleh full-back lawan.
Ini akan membuat adanya ruang yang bisa dieksploitasi wing-back mereka, sekaligus, jika lawan melakukan track back atau penjagaan dengan baik, ini akan menetralisir potensi lawan untuk melakukan serangan balik. Apapun yang dilakukan lawan, ini akan menjadi win-win solution untuk Chelsea.
Kebingungan lawan dalam menghadapi skema Chelsea ini akan ditentukan oleh kemampuan track back lawan. Jika full-back lawan tidak tergoda dan tetap menjaga wide forward, ia akan berharap winger-nya untuk menjaga wing-back Chelsea. Tapi jika ia tergoda untuk menutup pergerakan wide forward, maka wide forward tersebut akan memiliki ruang yang kosong.
Gol ketiga Chelsea ke gawang Manchester United yang dicetak oleh Hazard adalah kejadian yang paling mencerminkan skema di atas.
Kita kemudian bisa mengambil contoh kasus lagi pada Alonso dan Hazard (keduanya di sebelah kiri Chelsea). Jika Hazard menjadi winger konvensional dan Alonso menjadi full-back konvensional, full-back lawan pastinya tidak bingung dan tetap menjaga Hazard.
Inilah kenapa wing-back Chelsea adalah pemain yang paling membuat pusing full-back lawan. Sejauh ini Chelsea bisa sukses dengan sistem tiga bek karena, bisa dibilang, lawan belum familiar atau menemukan antitesis untuk menangkal skema ini.
Kepadatan Lini Belakang Chelsea dan Cara Menembusnya
Secara bertahan, Chelsea selalu menurunkan wing-back-nya sampai ke belakang sehingga membentuk formasi 5-4-1. Dua lapis pertahanan ini membuat pertahanan mereka sangat padat dan sulit ditembus melalui tengah. Bentuk 5-4-1 juga membuat Costa dibiarkan menggantung di depan jika Chelsea mendapatkan bola untuk melakukan serangan balik.
![]() |
Sejauh ini, cara menembus kepadatan lini belakang Chelsea adalah melalui umpan silang, bola panjang, dan set piece. Kehadiran Cahill (66% menang duel udara) dan Luiz (48%) sangat membantu di sini yaitu dari keunggulan duel udara mereka. Bahkan Azpilicueta (60%) dan Terry (66%) juga masih bisa diandalkan.
Selanjutnya cara kedua menembus Chelsea adalah dengan serangan balik. Tapi seperti yang sudah dijelaskan di paragraf awal, cara bermain Chelsea melalui kedua wing-back-nya biasanya akan meminimalisasi kemungkinan lawan untuk melakukan serangan balik.
Namun, anggap saja lawan berhasil melakukan serangan balik. Chelsea biasa menyikapinya dengan merendahkan garis pertahanan mereka. Sehingga akan ada ruang yang besar antara lini tengah dan lini belakang Chelsea.
Jika serangan balik tidak dilakukan secara cepat, ketiga bek Chelsea akan memiliki cukup waktu untuk turun. Lalu jika hanya ingin sekadar Chelsea tidak bisa membangun serangan, cukup tekan saja pertahanan Chelsea sampai ke lini mereka sendiri. Dengan begitu, Chelsea akan kesulitan melakukan build up serangan dan memaksa mereka melakukan bola panjang ke depan yang biasanya dilakukan oleh Luiz (rata-rata panjang operan adalah 24,5 meter).
Inilah kenapa Chelsea digosipkan mengincar Leonardo Bonucci (Juventus) yang memiliki tingkat akurasi operan panjang terbaik di Serie A Italia dengan rata-rata panjang operan mencapai 25 meter dan tingkat akurasi 87%.
Segalanya Lebih Baik Setelah Mangaplikasikan Sistem Tiga Bek
Selalu mendapatkan hasil positif sejak beralih ke sistem tiga bek, kita bisa melihat Chelsea yang terus akan memakai sistem ini sampai akhir musim nanti. Meskipun belum sempurna, Conte bisa memanfaatkan kelebihan dan kekurangan para pemainnya dalam memainkan sistem yang masih asing di Inggris ini.
![]() |
Sejauh ini selain Conte, Walter Mazzari (Watford), dan Slaven Bilic (West Ham United) adalah manajer yang juga memakai sistem tiga bek di Liga Primer. Belum lagi jika kita manambahkan nama-nama seperti Ronald Koeman (Everton), Francesco Guidolin (Swansea City, sekarang sudah dipecat), dan Josep Guardiola (Manchester City) yang juga sempat memakai sistem tiga bek di Liga Primer.
Berdasarkan catatan kami, sebelum Chelsea menghadapi Southampton, sistem tiga bek sudah digunakan 19 kali di Liga Primer. Sebanyak 9 kemenangan, 6 kali imbang, dan 4 kali kalah didapatkan oleh kesebelasan yang menggunakan sistem tiga bek.
Conte sendiri baru satu kali merasakan kekalahan dengan 3-4-2-1, yaitu saat dikalahkan 2-1 oleh West Ham (tandang), yang juga memainkan sistem tiga bek, saat keduanya berjumpa di Piala Liga Inggris. Akan tetapi saat itu Chelsea tidak menurunkan susunan pemain terbaiknya dan dengan beberapa pemain yang belum familier bermain dengan sistem ini, seperti Ola Aina di posisi wing-back kanan dan Azpilicueta di posisi wing-back kiri (biasanya bek tengah sebelah kanan).
Kesuksesan Chelsea dalam memainkan sistem tiga bek juga didukung oleh Chelsea yang pada musim ini menjalani musim pertama mereka tanpa sepakbola Eropa (baik Liga Champions maupun Liga Europa) sejak 1996/97. Keunggulan perihal kebugaran pemain pun cukup memengaruhi Chelsea yang mampu tampil konsisten sejauh ini.
Conte telah menemukan komposisi ideal dalam menerapkan skema tiga bek, di mana hasil positif pun terus diraih Chelsea. Kesebelasan-kesebelasan lain pun mau tidak mau harus berpikir keras mencari strategi yang tepat untuk menangkal skema tiga bek Chelsea tersebut.
Memang kita masih menunggu cara lainnya untuk mengantisipasi sistem tiga bek Chelsea maupun kesebelasan Liga Primer lainnya. Namun hal ini menunjukkan, dengan kedatangan Conte ke Chelsea, Conte bukan hanya sedang merevolusi taktik Chelsea, tetapi juga taktik di Liga Primer Inggris.
====
* Penulis juga menulis untuk situs @panditfootball; juga biasa membuat artikel yang berkaitan dengan sport science. Beredar di dunia maya dengan akun @dexglenniza.
(a2s/cas)