Benarkah MU Kesebelasan Paling Tidak Beruntung di Premier League?

Pada kenyataannya, United baru saja ditahan imbang 1-1 oleh tamunya, West Ham United, pada Minggu (28/11). Hasil imbang di Premier League Inggris ini merupakan hasil imbang keempat berturut-turut untuk United di Old Trafford.
Saat ini "Setan Merah" bertengger di posisi keenam klasemen sementara Premier League dengan 20 poin dari hasil lima kali menang, lima kali imbang, dan tiga kali kalah. Mereka tertinggal 8 poin dari peringkat empat dan 11 poin dari pemuncak klasemen sementara, Chelsea.
Kemudian, apakah United benar-benar merupakan kesebelasan yang paling tidak beruntung? Apa hal yang bisa menunjukkan ketidakberuntungan bagi sebuah kesebelasan?
Mencoba Memahami Ketidakberuntungan United...
Berada pada perspektif Mourinho yang merupakan seorang jenius dalam berkata-kata di media, mungkin empat kali hasil imbang di kandang sendiri menunjukkan ketidakberuntungan. Namun sejujurnya, tidak semua hasil imbang di kandang bisa disebut tidak beruntung.
![]() |
Khusus untuk United, mereka begitu mendominasi pada empat pertandingan di Old Trafford tersebut. Dominannya permainan United ini bisa ditunjukkan dengan angka statistik pada penguasaan bola, penciptaan peluang (chances created), dan tembakan.
Empat hasil imbang berarti hanya menghasilkan empat poin dari potensi 12 poin. Ini adalah sebuah kehilangan yang besar. Kalau saja United bisa menang alih-alih imbang pada keempat pertandingan itu, mereka berarti akan memiliki 28 poin, bukan 20 poin seperti sekarang. Dengan 28 poin itu, United bisa saja berada di peringkat yang lebih baik, secara matematis adalah peringkat empat atau lima.
Akan tetapi, kembali ke inti pokok pembahasan, apakah United benar-benar bisa dibilang tidak beruntung karena hanya meraih hasil imbang melawan Stoke City, Burnley, Arsenal, dan West Ham di kandang?
Kita bisa melihat dari jumlah tembakan. Pada saat melawan Stoke misalnya, United yang menguasai 67% penguasaan bola, bisa meluncurkan 24 tembakan, 9 di antaranya on target. Tapi penjaga gawang Stoke saat itu, Lee Grant, berhasil membuat 8 penyelamatan.
![]() |
Hal ini juga terjadi ketika United berkali-kali dihadang oleh kegemilangan Tom Heaton (kiper Burnley) di mana mereka berhasil mencatatkan 38 tembakan yang 11 di antaranya ke target. Saat melawan Arsenal (5 ke target dari 12) dan West Ham (8 ke target dari 17) juga menunjukkan hal di atas.
Atau, kita juga bisa melihat dari aspek lainnya. Sebanyak dua dari empat pertandingan itu, United kebobolan di menit-menit terakhir, yang mana hal ini adalah sesuatu yang sangat mengesalkan.
Tapi jika kebobolan di menit akhir menunjukkan ketidakberuntungan, sesungguhnya ada kesebelasan yang sama-sama tidak beruntung, misalnya Crystal Palace dan Middlesbrough yang kebobolan di menit akhir pada pertandingan pekan ke-13; atau Swansea City dan West Ham di pekan ke-12.
Pada dasarnya, Mourinho tidak bisa sembarang berkata bahwa United tidak beruntung. Apakah kemudian Arsenal otomatis beruntung karena berhasil mencetak gol ke gawang United di menit ke-89 dari satu-satunya shot on target mereka pada pertandingan itu? Tidak juga.
...Ternyata Gagal Paham Kalau United Tidak Beruntung
Statistik-statistik di atas pada kenyataannya tidak selalu mampu menjawab pernyataan Mourinho di atas. Jika saya mau menawarkan statistik apa yang paling mencerminkan ketidakberuntungan, maka kita bisa melihat tembakan yang membentur tiang dan/atau mistar gawang (woodwork).
Melihat "klasemen tembakan yang membentur tiang", ternyata United berada di peringkat yang sama dengan klasemen poin sementara Premier League. AFC Bournemouth berada di peringkat pertama dengan 13 tembakan membentur tiang. Posisinya disusul oleh Arsenal (9), Manchester City (8), Stoke City (7), dan Tottenham Hotspur (7).
United berada di peringkat keenam bersama dengan Liverpool dan Southampton dengan 6 tembakan yang membentur tiang dan/atau mistar gawang.
Melihat statistik lain seperti tembakan (goal attempt), United berada di peringkat empat dengan 220 total tembakan. Statistik lainnya, The Red Devils berada di peringkat keempat di klasemen shot on target (75), peringkat keempat di key pass (164), peringkat keempat di total operan (6.985), peringkat kedua di umpan silang (337), peringkat kelima di total sentuhan di kotak penalti lawan (371), dan peringkat kelima soal penguasaan bola (56,36%).
Angka-angka di atas sebenarnya tidak terlalu mengejutkan untuk kesebelasan yang sekarang menghuni peringkat keenam di klasemen sementara Premier League.
United Bukan Tidak Beruntung, Tapi Tidak Efektif
Dari sekian banyak pembahasan di atas, ada satu statistik yang sebaiknya mulai Mourinho perhatikan jika ia memandang bahwa kesebelasannya tidak beruntung. Statistik tersebut adalah konversi gol.
[Baca juga: Mengenal Istilah-istilah Statistik di Sepakbola]
Untuk menghitung konversi gol (goal conversion), kita bisa mendapatkannya dari jumlah gol dibagi seluruh tembakan, kemudian dikalikan 100 persen. Ternyata soal konversi gol, United berada pada peringkat ketiga... dari bawah (!).
Mereka mencatatkan 8,18%; hasil dari 220 total tembakan tapi hanya 18 saja yang masuk. Masih ada West Ham (7,91%) dan Southampton (6,47%) di bawah mereka, tapi mereka ketinggalan sangat jauh dari Arsenal (14,89%), Chelsea (13,94%), Man City (12,27%), dan Liverpool (12,70%) di papan atas.
Statistik ini menyampaikan bahwa mereka harus menembak dua kali lebih banyak dari lawan-lawan mereka agar mereka bisa mencetak gol. Inilah yang membuat kita jangan kaget ketika melihat angka total tembakan United begitu banyak, dengan Zlatan Ibrahimovic memimpin daftar pencetak tembakan terbanyak di Premier League dengan 63 tembakan.
![]() |
Mereka kurang jitu di depan gawang. Hal ini juga membuat kita mengerti kenapa Grant, Heaton, Petr Cech, dan Darren Randolph menjadi penjaga gawang yang sulit dibobolnya alaihim gambreng saat bertemu dengan United.
Sinyal ketidakberuntungan sebenarnya bisa saja ditunjukkan dari statistik ini. Namun, mereka lebih pantas disebut tidak efektif daripada tidak beruntung. Mereka "hanya" butuh menciptakan lebih banyak peluang lagi, lebih banyak tembakan lagi, dan lebih banyak umpan silang lagi untuk keluar dari ketidakberuntungan atau ketidakefektifan ini.
Maka, Solusinya adalah...
Tulisan ini adalah analisis statistik yang menggelikan, karena, kita jadi berpikir: lalu apa solusinya? Mourinho sudah mendatangkan Ibrahimovic dan Paul Pogba dengan harga yang sangat tinggi, ia juga sudah mencoba banyak variasi susunan pemain, dan ia masih belum menemukan sebuah garansi untuk gol.
Beberapa hal mungkin akan berbeda jika David de Gea tidak kebobolan saat menghadapi Stoke, Arsenal, dan West Ham semalam. Jika itu terjadi, United sudah membawa pulang tambahan enam poin; dan keterlaluan kalau sampai Mourinho masih bilang United tidak beruntung juga.
Meskipun belum sampai tengah musim, peluang United untuk juara bisa jadi sudah memudar. Mereka ketinggalan 11 poin dari pemimpin klasemen sementara, Chelsea. Jika mereka terus kehilangan poin seperti semalam, bukan tidak mungkin United akan kembali finis di luar zona Liga Champions (empat besar).
Usai pertandingan lawan West Ham asisten manajer United Rui Faria menyatakan bahwa lambat-laun United yang dominan ini akan mulai menang pada akhirnya. Tapi "pada akhirnya" itu sepertinya terjadi terlalu lambat.
Sebagai pengamat taktik sepakbola, saya hanya bisa menawarkan solusi perubahan taktik bagi Mourinho jika ia ingin kesebelasannya mulai efektif, mulai beruntung. Lagipula keberuntungan itu tidak terjadi begitu saja, kan. Keberuntungan juga butuh persiapan matang. David Moyes saja tidak bisa dibilang beruntung karena pernah menangani United. The Chosen One tersebut sudah pernah membangun CV-nya yang mentereng (untuk ukuran Everton) sebelumnya di Goodison Park.
Secara instan, Henrikh Mkhitaryan mungkin saja bisa menjadi solusi dengan kemampuannya menemukan ruang dan menyambungkan antarlini United, seperti yang ia tunjukkan di Borussia Dortmund sebelumnya, atau sepercik yang ia tunjukkan saat melawan Feyenoord Rotterdam di Liga Europa UEFA tengah pekan yang lalu.
![]() |
Mourinho juga kelihatan selalu memainkan Pogba dengan harapan ia akan memberikan pengaruhnya dari posisi yang lebih dalam, seperti yang ia tunjukkan dengan assist fantastisnya kepada Ibrahimovic lawan West Ham di akhir pekan. Tapi sejujurnya, jika Mourinho sampai memecahkan rekor transfer untuk Pogba, pastinya ia tidak melakukannya karena kemampuan operannya. Pogba kemahalan jika dibeli hanya untuk itu.
Ini juga bukan sesederhana soal Marcus Rashford yang bermain di sayap. Tidak pernah ada hal sederhana di sepakbola.
Asalkan Anda tahu saja, dengan skuat seperti ini, saya berhasil membuat United memperoleh 10 kemenangan berturut-turut di FIFA 17. Saya melakukannya dengan sederhana, dengan memainkan sistem 4-3-3 (Pogba dan Ander Herrera, dibantu oleh Morgan Schneiderlin di belakang mereka berdua di lini tengah).
Akan tetapi, lagi-lagi saya ingatkan sepakbola tidak sesederhana di permainan FIFA, PES, atau bahkan Football Manager. Jika Mourinho tidak kunjung bisa melakukannya, tidak kunjung bisa mengubah nasib United, mungkin sudah saatnya kita menyebut sebuah julukan baru untuk Jose Mourinho: The Ordinary One.
====
* Penulis juga menulis untuk situs @panditfootball; juga biasa membuat artikel yang berkaitan dengan sport science. Beredar di dunia maya dengan akun @dexglenniza.
(krs/din)