Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Tactics

    Skema Tiga Bek Belum Menjadi Tren di Piala Afrika 2017

    Ardy Nurhadi Shufi - detikSport
    Foto: Reuters Foto: Reuters
    Jakarta - Piala Afrika 2017 telah berakhir. Kamerun keluar sebagai juara setelah mengandaskan perlawanan Mesir di partai final dengan skor 2-1. Gelar juara ini merupakan gelar ke-5 Kamerun. Terakhir kali Kamerun menjuarai Piala Afrika ini terjadi 15 tahun silam yaitu ketika mengalahkan Senegal lewat adu penalti.

    Meski perhatian sepakbola dunia tak teralihkan pada Piala Afrika ini karena berbarengan dengan berjalannya liga-liga di Eropa, namun persaingan pada ajang dua tahunan ini cukup sengit. Apalagi dalam 32 pertandingan tercipta 66 gol, yang artinya sekitar dua gol tercipta per pertandingan.

    Beberapa pemain potensial bermunculan seperti Junior Kabanaga dari Kongo yang menjadi pencetak gol terbanyak atau Christian Bassogog gelandang Kamerun berusia 21 tahun yang dinobatkan sebagai pemain terbaik.

    Lalu bagaimana dengan tren taktik di Piala Afrika 2017? Apakah ada hal baru tersaji?

    4-2-3-1 Masih Mendominasi

    Dari formasi, kesebelasan-kesebalasan yang berlaga di Piala Afrika mayoritas masing menggunakan pakem 4-2-3-1. Hal ini terlihat dari 32 pertandingan, atau dari total 64 formasi yang diturunkan, sebanyak 37 susunan pemain menggunakan formasi 4-2-3-1.

    Data ini tak mengherankan karena dari 16 kesebelasan yang berlaga di Piala Afrika 2017, sebanyak 13 kesebelasan pernah menggunakan formasi 4-2-3-1. Bahkan Burkina Faso, Aljazair, Guinea Bissau, Zimbabwe, dan Mali tak pernah mengotak-atik formasi mereka.

    Tak banyak variasi formasi yang tersaji pada Piala Afrika ini. Selain 4-2-3-1, formasi yang paling banyak digunakan kedua adalah 4-4-2. Sebanyak 14 susunan pemain menggunakan formasi ini. Namun formasi ini tampaknya merupakan formasi alternatif, kecuali Togo yang dalam tiga laga yang mereka jalani terus menggunakan 4-4-2.

    Skema Tiga Bek Belum Menjadi Tren di Piala Afrika 2017Foto: AFP PHOTO / Justin TALLIS

    Kamerun menjadi anomali. Di dua laga pertama, skuat asuhan Hugo Broos ini sempat menggunakan formasi dasar 4-4-2. Baru pada pertandingan ketiga, yakni imbang melawan Gabon, Kamerun menggunakan formasi dasar 4-2-3-1. Melalui formasi inilah Kamerun mampu membawa pulang trofi juara karena selepas melawan Gabon, Kamerun tetap mempertahankan skema 4-2-3-1 hingga melawan Mesir di final.

    Sementara itu tuan rumah Piala Afrika 2017, Gabon, menggunakan formasi 4-4-2 setelah formasi 4-2-3-1 mereka pada laga pertama melawan Guinea Bissau tak efektif karena bermain imbang 1-1. Namun perubahan formasi yang dilakukan pelatih mereka, Jose Antonio Camacho, tak membuahkan hasil karena Gabon harus puas dengan hasil imbang lainnya termasuk pada pertandingan melawan Burkina Faso dan Kamerun di pertandingan kedua dan ketiga.

    Formasi 4-4-2 juga menjadi formasi alternatif bagi Tunisia. Pada laga pertama melawan Senegal yang menggunakan 4-4-2, Tunisia menggunakan formasi dasar 4-3-1-2, namun kalah dengan skor 0-2. Kekalahan itulah yang membuat Tunisia menggunakan formasi dasar 4-4-2 pada dua laga berikutnya, yang kemudian membuat Tunisia meraih dua kemenangan dan lolos ke babak berikutnya sebagai runner-up di bawah Senegal. Langkah Tunisia sendiri terhenti di babak perempat final setelah mencoba formasi 4-2-3-1 di awal laga untuk menandingi kreativitas lini tengah Burkina Faso.

    Skema Tiga Bek Belum Mewabah ke Afrika

    Jika di Liga Primer Inggris sedang mewabah skema tiga bek yang dibawa oleh Antonio Conte bersama Chelsea-nya, para pelatih di Piala Afrika sepertinya tak tertarik menggunakan skema ini. Menurut catatan kami, hanya Maroko yang menggunakan skema tiga bek di ajang ini.

    Skema Tiga Bek Belum Menjadi Tren di Piala Afrika 2017Foto: AFP PHOTO / Justin TALLIS

    Sejak laga perdana, skuat besutan Herve Renard ini menggunakan skema 3-4-3. Renard mengandalkan pengalaman sang kapten tim, Medhi Benatia, yang kerap bermain dalam skema tiga bek bersama Juventus musimi ini. Benatia bertandem dengan bek Olympiakos, Manuel Da Costa, dan bek muda Lille, Hamza Mendyl.

    Maroko sempat dijegal Kongo pada pertandingan pertama dengan skor 1-0. Namun Renard tak mengubah skema 3-4-3 saat menghadapi Togo pada laga kedua. Kemenangan pun diraih dengan skor 3-1. Partai terakhir grup melawan juara bertahan, Pantai Gading, berakhir dengan kemenangan untuk Maroko juga melalui skema tiga bek. Maroko lolos sebagai runner-up grup C di bawah Kongo.

    Pada babak perempat final menghadapi Mesir, Maroko juga tak mengubah skema tiga mereka. Namun ketangguhan Mesir, kesebelasan dengan gelar Piala Afrika terbanyak, menghentikan langkah Maroko dengan skor akhir 1-0.

    Pengaruh Manajer Eropa

    Penggunaan formasi 4-2-3-1 yang umum di Piala Afrika 2017 ini tak lepas dari manajer-manajer yang berkompetisi pada ajang ini. Karena dari 16 kesebelasan, 11 kesebelasan di antaranya menggunakan jasa pelatih dari Eropa, tempat di mana formasi 4-2-3-1 cukup populer.

    Tiga kesebelasan yang tidak menggunakan pelatih di luar Afrika adalah Guinea Bissau (Baciro Cande), Kongo (Florent Ibenge), Senegal (Aliou Cisse), dan Zimbabwe (Calisto Pasuwa). Sementara itu satu-satunya pelatih asal Amerika Latin di Piala Afrika 2017 ini adalah Hector Cuper yang menukangi Mesir. Meskipun begitu Cuper pun menggunakan formasi 4-2-3-1 bersama Mesir.

    Sementara itu, dari empat pelatih Afrika di atas, Baciro Cande yang menukangi Guinea Bissau dan Calisto Pasuwa saja yang menggunakan formasi dasar 4-2-3-1. Ibenge menerapkan formasi 4-3-3 bersama Kongo sedangkan Cisse menggunakan formasi 4-4-2 bersama Senegal.

    Banyaknya penggunaan formasi 4-2-3-1 pun sebagai upaya para pelatih tersebut memaksimalkan sayap mereka lewat adanya gelandang serang kreatif. Karena mayoritas kesebelasan-kesebelasan Piala Afrika ini memiliki pemain andalan di sayap. Sebut saja Mohamed Salah (Mesir), Riyad Mahrez (Aljazair), Sadio Mane (Senegal), Alain Traore (Kamerun), Bakary Sako (Mali), dan Andre Ayew (Ghana).

    Skema Tiga Bek Belum Menjadi Tren di Piala Afrika 2017Foto: AFP PHOTO / Justin TALLIS

    Kecepatan para pemain sayap yang menjadi ciri khas kesebelasan-kesebelasan Afrika juga yang membuat masih banyaknya kesebelasan yang menggunakan 4-4-2. Hal ini dikarenakan masih banyak juga para pemain sayap tradisional yang memang difungsikan sebagai pengirim umpan silang untuk penyerang yang berada di kotak penalti. Seperti Togo misalnya yang mengandalkan Mathieu Dossevi dan Ihlas Bebou untuk memanjakan Emmanuel Adebayor dan Kodjo Fo-Doh Laba.

    Kesimpulan

    Piala Afrika masih mengandalkan kecepatan dan fisik pemain. Karenanya tak mengherankan kesebelasan-kesebelasan di Piala Afrika 2017 masih berorientasi pada serangan sayap. Formasi 4-2-3-1 dan 4-4-2 pun menjadi pilihan utama.

    Sementara itu tiga bek yang mulai ramai digunakan di Eropa, khususnya di Inggris, belum menjadi tren di Piala Afrika 2017. Tampaknya tak banyak pemain belakang Afrika yang fasih dalam skema tiga bek. Maroko menjadi satu-satunya kesebelasan yang menggunakan skema tiga bek karena adanya Benatia yang terbiasa bermain dengan skema tiga bek bersama klubnya, Juventus.


    ====

    *penulis adalah editor situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @ardynshufi.


    (krs/din)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game