Mengefisienkan Michael Essien di Persib

Namun dari yang sejauh ini terlihat, peran Essien yang berstatus marquee player ini secara permainan belum terlihat signifikan untuk Persib. Dampak terbesar dari kehadiran pemain asal Ghana ini baru sekadar semakin meningkatkan animo bobotoh –pendukung Persib– untuk datang langsung ke stadion ataupun tempat latihan.
Meski turut menyumbang satu gol saat Persib mengalahkan Persika 7-0, hasil imbang tanpa gol melawan Arema dan kekalahan 1-2 dari Bali United menunjukkan bahwa peran Essien masih minim bagi Persib, saat menghadapi kesebelasan Liga 1. Hal tersebut jelas menjadi pekerjaan rumah bagi Persib yang sebenarnya dihuni oleh banyak pemain berkualitas, bahkan para pemain terbaik di Indonesia, yang sewajarnya memiliki permainan di atas rata-rata.
Essien Ambil Alih Peran Dedi Kusnandar
Dalam formasi 4-2-3-1 yang menjadi andalan Persib, Essien ditempatkan sebagai poros ganda bersama Hariono, baik dalam laga melawan Bali United maupun Arema FC. Di depannya, terdapat Raphael Maitimo (vs Bali United) dan Gian Zola/Shohei Matsunaga (vs Arema FC).
Melawan Arema tentu menjadi ujian sesungguhnya bagi Essien karena ini merupakan laga resmi. Bersama Hariono, ia menggalang lini tengah Persib. Secara tipikal permainan, keduanya memang sama. Namun pada laga melawan Arema, pelatih Persib, Djajang Nurjaman, menginstruksikan Essien bermain layaknya Dedi Kusnandar, yaitu sebagai pengalir bola sebelum mengarah ke sepertiga akhir.
Hal ini terlihat dari pergerakan dan gaya bermain Essien yang lebih mobile pada laga ini. Tercatat, 30 operan ia lepaskan dari 77 menit bermainnya (sebelum digantikan Dedi Kusnandar). Dari 30 operan tersebut, 20 operan berhasil, dua operan menjadi peluang (umpan kunci) dan delapan operan gagal (termasuk umpan silang dari sepak pojok).
![]() |
Sekarang bandingkan dengan arah operan yang dilepaskan Hariono sebagai tandemnya. Hariono menjadi dirinya sendiri pada laga ini, sebagai ball winner. Mantan gelandang Deltras Sidoarjo ini mencatatkan tiga intersep, satu tekel berhasil, empat pelanggaran, satu sapuan, empat blok, tiga kali unggul duel udara, dan dua kali kalah duel udara. Tugasnya memang lebih defensif, tidak terlalu banyak mengalirkan bola hingga ke sepertiga akhir untuk menciptakan peluang bagi Persib.
![]() |
Hariono mencatatkan 19 operan pada laga melawan Arema (bermain 90 menit), nyaris setengahnya Essien. Namun dari operan-operan yang ia lakukan cenderung umpan-umpan pendek, bahkan ke belakang, biasanya pada Vladimir Vujovic. Peran Hariono memang menjadi penetralisir serangan lawan, dan ia memerankannya cukup baik.
Maka bisa dibilang, masuknya Essien tak berarti Djanur mengubah skema permainan mereka. Ketika Hariono bertugas sebagai perebut bola, Essien memainkan peran yang biasanya diemban Dedi Kusnandar, yaitu sebagai pendistribusi bola ke sepertiga akhir.
Umpan-umpan panjang Essien pun sebenarnya cukup memanjakan para pemain depan Persib, khususnya sayap. Persib sendiri mendapatkan peluang emas melalui Shohei Matsunaga setelah mendapatkan umpan panjang dari tengah lapangan yang dilepaskan oleh Essien.
Pada babak pertama, skema ini cukup berjalan dengan baik. Namun pada babak kedua serangan Persib mulai tak tentu arah. Ditarik keluarnya Gian Zola yang digantikan oleh Carlton Cole nyatanya mengurangi kreativitas Persib di 45 menit terakhir. Hal ini dikarenakan Zola pun sebenarnya bermain cukup apik dengan umpan-umpan daerahnya pada babak pertama.
Pada babak kedua, pemain yang menempati posisi Zola adalah Matsunaga. Namun dengan Matsunaga yang lebih banyak beroperasi di dekat kotak penalti, praktis Persib benar-benar mengharapkan umpan-umpan Essien dan Hariono untuk menciptakan peluang. Essien sendiri kemudian tampak kelelahan karena Persib mulai kesulitan ciptakan peluang. Pada babak kedua, ia hanya mencatatkan enam operan dengan empat operan berhasil.
Opsi-opsi untuk Memaksimalkan Michael Essien
Dengan usianya yang sudah mencapai 34 tahun, juga lama tak bermain reguler kompetisi teratas, cukup terlihat bahwa Essien yang sekarang bukanlah Essien yang membela Chelsea 10 tahun lalu. Persib perlu mengembalikan kebugarannya agar pemain kelahiran Accra ini bisa tampil dengan kualitas terbaiknya.
Secara penampilan, Essien sebenarnya tidak terlalu buruk, walaupun sebenarnya tidak terlalu bagus juga untuk ukuran mantan pemain Chelsea, Real Madrid, dan AC Milan. Meski staminanya mulai berkurang, namun kita masih bisa melihat aksi-aksi defensif khas Essien di awal-awal pertandingan. Dalam 77 menit bermain, Essien sendiri mencatatkan lima intersep, empat tekel berhasil dari enam percobaan, serta tiga sapuan.
Untuk menutupi kekurangan Essien dan memaksimalkan teknik dan kemampuan Essien, Persib sebenarnya bisa belajar dari pengalaman Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, Avram Grant, Filippo Inzaghi, bahkan Andrea Stramaccioni dalam memaksimalkan kemampuan Essien.
Mourinho saat pertama kali bergabung dengan Chelsea dan langsung memberikan gelar juara Liga Primer (2005/2006), menjadikan Essien sebagai andalan di lini tengah. Namun saat itu selain Essien, The Blues juga memiliki Claude Makelele sebagai gelandang perebut bola. Bersama Frank Lampard, Mourinho menggunakan formasi 4-1-4-1.
![]() |
Mourinho kemudian mulai memberikan peran Makelele pada Essien karena gelandang asal Prancis tersebut mulai uzur. Essien kemudian menjadi single pivot dalam formasi 4-1-3-2 Mourinho. Essien bertugas sebagai pelindung Lampard yang bermain di depannya. Namun dengan skema ini, Chelsea gagal juara.
Ketika Avram Grant ditunjuk sebagai caretaker Chelsea yang berpisah dengan Mourinho, Essien mulai mendapatkan peran lebih menyerang. Grant sendiri menggunakan formasi dasar 4-3-3. Di tengah, Essien dipasangkan dengan Lampard dan John Obi Mikel. Adanya Mikel membuat beban bertahan untuk Essien agak berkurang. Essien bahkan pernah mencetak dua assist dan satu gol saat Chelsea mengalahkan Manchester City enam gol tanpa balas.
Kemudian saat Chelsea menunjuk Carlo Ancelotti, Essien bermain dalam formasi "Pohon Natal" 4-3-2-1 sebagai gelandang kanan. Di tengah terdapat John Obi Mikel, di kiri Frank Lampard. Di lini tengah sendiri masih ada nama Ramires, Yuri Zhirkov dan Josh McEachran. Dua pemain di belakang Didier Drogba adalah Florent Malouda dan Nicolas Anelka (atau Salomon Kalou).
![]() |
Essien lalu bergabung kembali dengan Mourinho yang melatih Real Madrid pada 2012/2013 dengan status pinjaman dari Chelsea. Saat itu ia dimainkan dalam formasi 4-2-3-1. Dalam poros ganda Madrid saat itu, Essien harus bersaing dengan gelandang-gelandang kreatif seperti Sami Khedira, Xabi Alonso hingga Luka Modric. Hanya saja skema ini tak sesuai harapan Mou, Real Madrid tak memenangkan gelar apapun. Akhirnya Essien kembali ke Chelsea.
Di AC Milan asuhan Filippo Inzaghi, Essien bermain dalam formasi 4-3-3, sebagai gelandang tengah, diapit oleh Andrea Poli dan Sulley Muntari. Di Panathinaikos asuhan Andrea Stramaccioni, Essien diplot sebagai single pivot dalam formasi 4-1-2-1-2 atau 4-3-3.
Dilihat dari rekam jejak karier Essien di atas, terlihat bahwa Essien mulai menurun dalam lima tahun terakhir. Namun bisa dilihat juga bahwa Essien bukanlah gelandang bertahan murni, karena ia selalu ditemani oleh gelandang-gelandang jangkar seperti Makelele, Mikel, hingga Muntari. Essien memang cukup andalan bermain sebagai box-to-box midfielder walau ia tak banyak mencetak gol.
Setelah bergabung dengan AC Milan dengan serangkaian cedera yang dideritanya, Essien akhirnya mulai tersisih oleh Nigel de Jong. Di Panathinaikos, ia sempat bersaing dengan Cristian Ledesma sebelum keduanya dilepas bebas transfer pada pertengahan musim. Panathinaikos yang juga sudah memecat Stramaccioni ini pun kemudian merekrut gelandang bertahan berbakat asal Yunani, Dimitris Kourbelis.
Di Persib, adanya Hariono sebenarnya cukup menguntungkan Essien. Pemain berjuluk Bison ini memiliki pemain yang perannya bisa menduplikasi Mikel atau Makelele saat di Chelsea. Hanya saja lini tengah Persib sangat bergantung pada double pivot saat bertahan. Sementara Essien, jika melihat dua laga melawan Bali United dan Arema, mulai menurun kemampuannya dari segi kecepatan dan stamina, sehingga memunculkan celah untuk lawan.
Pola 4-2-3-1 sendiri tampaknya tak cocok dengan Essien, sebagaimana Mourinho gagal menerapkannya saat di Real Madrid. Kelemahan Essien ini cukup berbahaya karena selain menyulitkan Hariono, bisa merepotkan gelandang serang Persib yang harus turut membantu pertahanan, bisa menghambat proses serangan balik Persib.
Untuk memaksimalkan Essien, Persib bisa meniru apa yang dilakukan Grant dan Ancelotti; yakni Essien ditemani oleh dua gelandang tengah enerjik yang bisa meng-covernya, khususnya ketika ia tak mampu untuk membantu Hariono menghentikan serangan lawan.
Persib memiliki banyak pemain gelandang yang bisa memainkan peran ini. Selain Dedi Kusnandar, masih ada nama Kim Jeffrey Kurniawan dan Raphael Maitimo. Namun dari ketiga nama ini, permainan Kim rasanya paling cocok mengisi kelemahan di antara Essien dan Hariono. Gelandang blasteran Jerman ini sangat aktif dalam menyerang maupun bertahan. Umpan-umpan panjangnya pun bisa diandalkan dan bisa menggantikan peran Dedi Kusnandar.
Sialnya, Liga 1 2017 menerapkan regulasi tiga pemain U23 wajib starter. Sementara itu, tidak ada pemain U23 yang bisa memainkan peran Kim. Gian Zola merupakan gelandang serang yang tidak terlalu bisa diandalkan dari segi bertahan karena keunggulannya terletak di kemampuan menyerangnya.
Tapi setidaknya, pada babak kedua, pola tiga gelandang tengah dengan Kim menemani Essien-Hariono tampaknya bisa memaksimalkan peran Essien. Lalu dengan kedua winger Persib yang memiliki postur tubuh tak terlalu tinggi, Carlton Cole mungkin bisa menjadi Drogba-nya Persib dalam duel-duel udara.
![]() |
Dengan perubahan pola dasar dari 4-2-3-1 menjadi 4-3-3, tentu diperlukan juga perubahan atau variasi serangan Persib yang selama ini terlalu mengandalkan serangan lewat sayap. Dalam formasi 4-3-3, kedua sayap biasanya mendapatkan keleluasaan untuk mengeksploitasi area depan kotak penalti dengan kemampuan cut inside-nya, bukan umpan silangnya (umpan silang Persib terbilang buruk).
Cristiano Ronaldo, Neymar, Lionel Messi, Arjen Robben, Gareth Bale, dan Eden Hazard adalah sedikit contoh bagaimana winger menjadi ujung tombak serangan dengan kemampuannya menusuk ke kotak penalti dari sayap, bukan menggiringnya ke tepi lapangan lalu memberikan umpan silang seperti yang dilakukan Persib selama ini.
Jika terlalu jauh mencontohkan pemain kelas dunia, tengok bagaimana Esteban Vizcarra (yang pada formasi dasarnya bermain sebagai winger kanan), bisa mengobrak-abrik area depan kotak penalti Persib. Persib pun seharusnya bisa melakukannya karena memiliki Febri Hariyadi, Atep, Matsunaga, hingga Tantan yang sejatinya merupakan inside forward, bukan winger tradisional.
***
Memang masih terlalu dini menilai Essien. Tapi pada akhirnya nanti, Persib, atau khususnya sang pelatih, Djajang Nurjaman, harus mulai memikirkan bagaimana caranya keluar dari zona nyaman bermain dengan serangan sayap pola 4-2-3-1. Karena selain demi mengefisiensikan kemampuan Essien sang marquee player, lawan pun sudah bisa mengantisipasi serangan sayap Persib, sebagaimana yang terjadi saat menghadapi Arema.
-----
*penulis adalah editor di situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @ardynshufi.
(krs/raw)