Timnas basket kursi roda mulai menjalani latihan di Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang mulai akhir pekan lalu. Sebelumnya, mereka digodok di Solo, Jawa Tengah, lokasi pemusatan latihan atlet-atlet nasional disabilitas di bawah binaan National Paralympic Committee (NPC).
Tiga pekan menjelang Asian Para Games 6-13 Oktober, Timnas basket kursi roda belum menerima kursi roda. Mereka berharap bsai segera beradaptasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di dalam tim ini tidak banyak yang punya kursi roda berstandar internasional, untuk pertandingan. Kursi roda yang berstandar internasional itu ada bumper di depannya. Ban harus standar untuk lapangan kayu, enggak boleh bikin lecet lantai lapangan. Untuk basket rodanya miring sedikit. tinggi bumper ada peraturan," tutur Donald.
"Kursi roda sudah ada, sudah sampai di Solo. Tapi, belum bisa dibuka. Kalau ada waktu untuk berlatih dengan kursi roda itu lebih lama maka lebih baik. Semestinya, 2-3 bulan (sebelum Asian Para Games) sudah dipakai. Sulit untuk punya sendiri, terlalu mahal," pria kelahiran Amerika Serikat, 21 November 1989 itu.
Selain itu, kursi roda pun tak bisa dipakai bergantian antar pemain. Sebab, postur dan berat badan masing-masing atlet berbeda.
"Saat ini tersedia setengah kursi roda. Ya, waktunya kurang dari tiga minggu, enggak boleh pakai yang lama karena enggak standar. setiap atlet itu khusus, dimensinya, tingginya. Kebutuhannya berbeda-beda," ujar dia.
Selain itu, kursi roda bukan hanya mengikuti kebutuhan masing-masing atlet. Tapi, tak boleh merusak lantai lapangan.
"Kursi roda dibuat untuk lapangan kayu. Kalau digunakan bermain di luar slip, licin, berbahaya untuk teman-teman. Kalau lapangan indoor rata, kalau outdoor dan ada gelombang bahaya buat pengguna kursi roda," ujar dia.
Selain kursi roda yang belum datang, Timnas basket ke Asian Para Games berharap agar mendapatkan kesempatan untuk menjajal lapangan sebelum benar-benar bertandingdi hall A Basket kompleks Gelora Bung Karno (GBK).
"Selama di sini, kami juga berlatih di outdoor. Kami berharap sepekan sebelum pertandingan bisa pindah ke Jakarta dan banyak simulasi game," ujar Donald yang juga kapten Timnas basket kursi roda.
Selama berlatih di Tangerang, Donald dan 11 pebasket kursi roda berlatih di lapangan perumahan. Lapangan itu berlantai beton yang berisiko tinggi.
"Kalau di atas lantai beton enggak aman. Dalam arti lapangannya tidak rata, ada gelombang. Jadi licin sebab itu bukan bukan standar yang digunakan," tutur dia.
"Atlet-atlet ini sering jatuh. Ada potensi cedera. Jangan khawatir, kalau di basket falling is normal, jatuh biasa. Jatuh bisa naik sendiri kok," ujar dia.
(fem/fem)