Cerita Qatar Gelar Piala Dunia 2022: Indonesia Mundur hingga Isu Suap

Cerita Qatar Gelar Piala Dunia 2022: Indonesia Mundur hingga Isu Suap

Yanu Arifin - Sepakbola
Rabu, 09 Nov 2022 14:20 WIB
TOPSHOT - Qataris gather at the capital Dohas traditional Souq Waqif market as the official logo of the FIFA World Cup Qatar 2022 is projected on the front of a building on September 3, 2019. (Photo by - / AFP)        (Photo credit should read -/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/-
Jakarta -

Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 yang digelar tak lama lagi. Ada cerita soal mundurnya Indonesia hingga isu suap mewarnai proses bidding.

Piala Dunia edisi ke-22 akan digelar di Qatar, sejak 20 November hingga 18 Desember mendatang. Untuk kali pertama, pesta akbar sepakbola itu dihelat pada musim dingin dan di kawasan Timur Tengah.

Proses Qatar terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 berjalan penuh drama. Turnamen yang menjadi edisi terakhir mempertemukan 32 negara, sebelum menjadi 48 negara pada Piala Dunia 2026, punya banyak cerita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di antaranya mundurnya Indonesia dalam proses bidding, hingga isu korupsi yang mewarnai pemilihan Qatar memenangkan status tuan rumah Piala Dunia 2022.

Lanjut Halaman 2 soal Indonesia Mundur

ADVERTISEMENT

Indonesia Mundur

Sejak proses bidding tuan rumah Piala Dunia 2022 dibuka FIFA pada Januari 2009, ada banyak negara yang ikut bersaing. Selain Qatar, ada pula Meksiko, Australia, Jepang, Korea Selatan, Indonesia, dan Amerika Serikat.

Indonesia saat itu langsung tertarik. PSSI, yang masih dipimpin Nurdin Halid, menyatakan siap ikut bersaing menggelar turnamen akbar tersebut.

"Kami resmi mendaftar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia di 2022, sebelum deadline 2 Februari yang ditetapkan FIFA," kata Nugraha Besoes, Sekjen PSSI saat itu.

Niat PSSI kemudian disambut baik Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu, Adhyasksa Dault. Ia mengatakan dukungan Kementerian diberikan untuk bisa menggelar Piala Dunia 2022.

PSSI kemudian membuat program kampanye untuk memenangkan gelaran Piala Dunia 2022. Rencananya, dana yang dibutuhkan mencapai 1 miliar dolar untuk membangun infrastrukturnya. Program 'Green World Cup 2022' dipilih, dengan menjanjikan Piala Dunia yang ramah lingkungan.

Beberapa lokasi tuan rumah juga disiapkan. Di antaranya Jakarta, Surakarta, Semarang, Samarinda, Palembang, Surabaya, Bogor, Jayapura, Bali, Banda Aceh, Sleman, Balikpapan, Bandung, dan Kutai Kartanegara.

Niat PSSI menjadi tuan rumah saat itu, terlontar di tengah desakan masif suporter meminta Nurdin Halid mundur. Situasi makin keruh, sebab Pemerintah Pusat tidak memberi dukungan resmi kepada PSSI untuk menggelar perhelatan tersebut.

Sampai deadline soal persyaratan bidding harus dipenuhi pada Februari 2010, dukungan tak juga keluar. Alhasil, FIFA resmi mencoret Indonesia pada Maret 2010 karena gagal memenuhi persyaratannya. Indonesia sendiri akhirnya memberi rekomendasi suaranya kepada Australia, yang saat itu juga mengajukan bidding tuan rumah Piala Dunia 2022.

Indonesia menjadi satu dari dua negara yang mundur. Sebab, Meksiko juga batal menjadi tuan rumah.

Lanjut halaman 3 soal isu suap proses bidding

Isu Suap

Dalam proses selanjutnya, lima negara bersaing menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Australia, Qatar, Jepang, Korea Selatan, dan AS bisa maju ke fase berikutnya persaingan.

Pada 2 Desember 2010 di Zurich, markas FIFA, sebanyak 22 Exco FIFA berkumpul bersiap menggelar pemungutan suara. Sebelumnya, ada dua Exco FIFA ditangguhkan sebelum pemungutan suara, karena diduga terlibat suap terkait voting.

Dalam proses voting, yang dikritik media serta pundit karena disebut 'berisiko tinggi', Qatar akhirnya memenangkan bidding. Negara Timur Tengah itu merebut 14 suara, mengalahkan AS, yang cuma mendapat 8 suara. Jepang, Australia, dan Korea Selatan gagal bersaing dalam prosesnya.

Setahun berselang, isu dugaan suap dalam proses bidding tuan rumah Piala Dunia 2022 makin santer disuarakan. Keterlibatan dua Exco FIFA dalam pusaran masalah itu menimbulkan keraguan pada hasil voting yang memenangkan Qatar.

Mantan Presiden FA, David Triesmann, menyebut ada skandal dalam proses pemilihan tuan rumah Qatar. Dalam protesnya, Trieman menyebut menemukan fakta bahwa banyak pihak disuap untuk memenangkan Qatar.

Presiden FIFA yang menjabat, Sepp Blatter, juga kemudian membuka opsi pemungutan suara ulang terkait itu. Tudingan itu sempat dibantah Pemerintah Qatar.

Kemudian, ada bocoran dokumen menyatakan sebaliknya. Salah satu perusahaan media pemerintah Qatar disebut menyuap FIFA untuk memenangkan status tuan rumah. Dana senilai 880 juta dolar disebut dikucurkan untuk memenangkan Qatar. Klaim itu kemudian dibantah FIFA.

Selain isu suap, Qatar juga sempat disorot karena isu pelanggaran hak asasi manusia. Banyak laporan soal pekerja migran yang tewas dalam mempersiapkan venue Piala Dunia. Isu cuaca dan aturan ketat Qatar soal kebebasan berekspresi, termasuk minum alkohol serta LGBT, juga menjadi sorotan hingga saat ini.

Pada akhirnya, Piala Dunia 2022 tetap digelar di Qatar. Ajang itu akan digelar kurang dari dua pekan ini, setelah melewati proses yang panjang dan berliku-liku.


Hide Ads