Indonesia Mundur
Sejak proses bidding tuan rumah Piala Dunia 2022 dibuka FIFA pada Januari 2009, ada banyak negara yang ikut bersaing. Selain Qatar, ada pula Meksiko, Australia, Jepang, Korea Selatan, Indonesia, dan Amerika Serikat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia saat itu langsung tertarik. PSSI, yang masih dipimpin Nurdin Halid, menyatakan siap ikut bersaing menggelar turnamen akbar tersebut.
"Kami resmi mendaftar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia di 2022, sebelum deadline 2 Februari yang ditetapkan FIFA," kata Nugraha Besoes, Sekjen PSSI saat itu.
Baca juga: Indonesia Hijau untuk Piala Dunia 2022 |
Niat PSSI kemudian disambut baik Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu, Adhyasksa Dault. Ia mengatakan dukungan Kementerian diberikan untuk bisa menggelar Piala Dunia 2022.
PSSI kemudian membuat program kampanye untuk memenangkan gelaran Piala Dunia 2022. Rencananya, dana yang dibutuhkan mencapai 1 miliar dolar untuk membangun infrastrukturnya. Program 'Green World Cup 2022' dipilih, dengan menjanjikan Piala Dunia yang ramah lingkungan.
Beberapa lokasi tuan rumah juga disiapkan. Di antaranya Jakarta, Surakarta, Semarang, Samarinda, Palembang, Surabaya, Bogor, Jayapura, Bali, Banda Aceh, Sleman, Balikpapan, Bandung, dan Kutai Kartanegara.
Baca juga: FIFA: Indonesia Out! |
Niat PSSI menjadi tuan rumah saat itu, terlontar di tengah desakan masif suporter meminta Nurdin Halid mundur. Situasi makin keruh, sebab Pemerintah Pusat tidak memberi dukungan resmi kepada PSSI untuk menggelar perhelatan tersebut.
Sampai deadline soal persyaratan bidding harus dipenuhi pada Februari 2010, dukungan tak juga keluar. Alhasil, FIFA resmi mencoret Indonesia pada Maret 2010 karena gagal memenuhi persyaratannya. Indonesia sendiri akhirnya memberi rekomendasi suaranya kepada Australia, yang saat itu juga mengajukan bidding tuan rumah Piala Dunia 2022.
Indonesia menjadi satu dari dua negara yang mundur. Sebab, Meksiko juga batal menjadi tuan rumah.
Lanjut halaman 3 soal isu suap proses bidding