Qatar dituding membayar fans palsu untuk meramaikan hajatan Piala Dunia 2022. Praktik semacam itu rupanya bukan hal yang baru di sana.
Akun TikTok QatarLiving membagikan video penggemar dari berbagai negara mengibarkan bendera peserta Piala Dunia 2022. Para fans itu menyanyikan lagu-lagu dukungan.
Satu video menunjukkan lautan penggemar Brasil mengibarkan bendera di jalanan pinggir laut Doha. Video lain menampilkan pendukung dari Portugal, Argentina, Ghana, Kamerun, dan Tunisia.
Video-video tersebut ditonton jutaan kali dan menunjukkan 'demam' Piala Dunia 2022 telah tiba ke Qatar jelang pembukaan turnamen pada Minggu (20/11/2022). Namun, beberapa penggemar meragukan keaslian kemeriahan itu.
Banyak fans yang menuding para penggemar di Qatar adalah palsu. Qatar diduga membayar mereka untuk menampilkan kemeriahan pesta Piala Dunia 2022.
Beberapa fans mengklaim para penggemar di Qatar itu didatangkan dari Pakistan dan India. Ada pula yang menduga 'fans palsu' itu merupakan pekerja migran yang belum kembali ke negaranya.
"Saya melihat ratusan orang Pakistan mengenakan kaus Brasil saat berjalan di jalan Doha. Saya bersumpah saya melihat orang Pakistan berbaris di jalan untuk 7 negara berbeda pada siang hari," tulis salah satu penggemar di TikTok.
Praktik fans bayaran memang bukan hal yang asing di Qatar. Melansir Fox Sports Australia, Kementerian Perencanaan Pembangunan dan Statistik Qatar menyebut dua pertiga warganya enggan menonton pertandingan sepakbola akibat 'penyebaran penonton bayaran'.
Pemain voli Prancis, Edouard Rowlandson, punya pengalaman serupa saat tampil di Qatar Open 2014. Dia kaget lantaran tribun hampir penuh diisi pekerja konstruksi yang dibayar.
"Aneh memang... tapi kami lebih suka itu daripada bermain tanpa ditonton siapa pun," kata Rowlandson, dilansir dari Fox Sports Australia.
Qatar sebelumnya membayar penggemar Inggris untuk 'memata-matai' teman-teman mereka dan bersikap positif tentang negara Timur Tengah itu. Mereka mendapat imbalan penerbangan dan tiket gratis Piala Dunia 2022.
Para penggemar tersebut mendapat bayaran 105 dolar AS (Rp 1,6 juta) sehari melalui kartu kredit. Seluruh akomodasi selama di Qatar juga difasilitasi secara cuma-cuma.