Brasil dikenal sebagai negerinya sepakbola. Di jalan-jalan sampai pesisir pantai, dari anak-anak sampai remaja, nyaris semua bermain bola, bahkan dengan telanjang kaki.
Sepakbola menjadi salah satu jalan keluar bagi keluarga kelas menengah ke bawah di Brasil untuk naik level. Sepakbola selalu menjadi antidot dari kerasnya lingkungan di Negeri Samba, seperti perkelahian sampai narkoba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Jacksen di Indonesia: Ditipu Agen, Jaya di Persebaya dan Persipura, Temukan Cinta
"Dulu bapak dan ibu tidak miskin sekali, lumayanlah. Hiburan kami, anak-anak kecil di Brasil zaman dulu itu, berperang dengan sesama kampung dalam artinya perang kayu, batu, dan bermain bola," kata Jacksen saat berkisah dengan detikSport di Stadion 17 Mei, Banjarmasin.
"Biasanya kita di sekolah ada kegiatan bola, pulang sekolah kita langsung mau main bola, Sabtu-Minggu bermain bola. Jadi, bakat itu sudah dari sejak kecil. Saya masih ingat umur lima, tujuh tahun sudah main bola di kelompok umur yang kecil," dia menambahkan.
Pria yang kini menjadi pelatih dari Barito Putera itu sudah belajar menggocek bola sejak usia lima tahun. Tapi, sang ibu, Cleusa Tiago, tak pernah sepenuhnya merestui kegemaran dia. Ibunda Jacksen ingin agar dia menjadi anak-anak yang rajin belajar.
Beda dengan ibu, ayah Jacksen mendukung hobinya. Dia bahkan mendapatkan kado ulang tahun berupa bola dari ayah.
"Kado pertama yang bapak kasih mobil (mainan) dan bola. Sehingga, mau apalagi, pasti lari ke bola juga," kata dia.
"Artinya, bapak mendukung, tapi ibu tidak. Saya dipukul terus, tidak tahu kenapa. Ibu tidak suka saya main bola, dia mau saya belajar dan sering pukul," ujar Jacksen saat ditanyain terkait dukungan keluarga.
Baca Juga: Jacksen F. Tiago: Sepakbola dan Ketidakberdayaannya
Seiring berjalannya waktu, Jacksen memang tak menjadi pemain top di Brasil. Tapi kemudian dia memetik buah cintanya kepada sepakbola di tanah rantau, Indonesia.
Jacksen menjadi pemain top di Liga Indonesia. Dia menjadi sosok penting di Persebaya dan Persipura. Dengan predikat itu, dia materi pun mengikuti.
"Sampai sekarang ini saya sering guyon dengan ibu, saya bilang; 'coba ibu lihat rumah ini, semua itu bola yang kasih. Padahal, ibu dulu pukul saya terus.' Ya, itulah guyonannya. Kalau sama orang tua sering bicara hal-hal itu. Tapi, bapak selalu sering bawa saya main bola," dia menambahkan kemudian tertawa.
(ran/fem)